Jembatan Gantung Ambruk, 10 Tewas Terbawa Arus
Selfie Berujung Maut
Jembatan gantung di Desa Manau Sembilan II, Kecamatan Padang Gudi Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu, putus diduga karena kelebihan beban.
BENGKULU, NusaBali
Sebanyak 10 orang meninggal dunia terseret banjir dan 17 orang selamat setelah terjatuh dari jembatan gantung.
Sebelumnya, enam korban dinyatakan hilang sehingga tim SAR gabungan diturunkan untuk mencari para korban yang sempat hilang.
Saat peristiwa terjadi pada Minggu (19/1), banyak orang berada di atas jembatan untuk berswafoto. Pada saat bersamaan, arus sungai di bawah jembatan dalam kondisi deras karena banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ujang Syafiri menjelaskan, para korban adalah wisatawan yang sedang berada di atas jembatan yang ada di wilayah objek wisata Desa Batu Luwis. Diduga karena kelebihan beban, para korban di atas jembatan berjatuhan ke arus sungai yang kebetulan dalam kondisi banjir.
Saat itu, kata dia, sekira 30 anak remaja berstatus pelajar SMP dan SMA bersantai atau nongkrong di atas jembatan Sungai Padang Guci itu.
"Remaja-remaja itu berwisata di atas jembatan," kata Ujang, Minggu (19/1). "Saat itu mereka selfie-selfie," lanjutnya seperti dilansir kompas.
Selain itu, Ujang mengatakan, ada dugaan para remaja itu menggoyangkan jembatan sebelum jembatan tersebut putus.
"Diduga kelebihan kapasitas. Ada dugaan juga remaja sempat menggoyang-goyangkan jembatan," kata Ujang.
Ketika akhirnya jembatan terputus dan runtuh ke bawah, sebanyak 20 orang terjun ke sungai. "Sebagian mampu menyelamatkan diri tapi 10 orang tidak berhasil melawan arus sungai sehingga terseret dan tenggelam," ucapnya.
Sementara itu, Bendy Sudarto, salah satu anggota tim SAR dari Palsostik, Universitas Bengkulu, menyebutkan, semua korban hilang sudah ditemukan.
"Saat ini 10 orang meninggal dunia telah ditemukan. Semua yang hilang telah ditemukan, pencarian dihentikan dengan ditemukannya semua korban," kata Bendy.
Warga lokal yang turut membantu pencarian korban, Nopri Anto mengatakan korban meninggal ditemukan dalam radius 3 kilometer hingga 20 kilometer dari lokasi jembatan putus.
Ujang mengatakan, selain penghubung antarwarga, jembatan itu juga menjadi jalur hilir-mudik para petani mengangkut hasil panen. *
Sebelumnya, enam korban dinyatakan hilang sehingga tim SAR gabungan diturunkan untuk mencari para korban yang sempat hilang.
Saat peristiwa terjadi pada Minggu (19/1), banyak orang berada di atas jembatan untuk berswafoto. Pada saat bersamaan, arus sungai di bawah jembatan dalam kondisi deras karena banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ujang Syafiri menjelaskan, para korban adalah wisatawan yang sedang berada di atas jembatan yang ada di wilayah objek wisata Desa Batu Luwis. Diduga karena kelebihan beban, para korban di atas jembatan berjatuhan ke arus sungai yang kebetulan dalam kondisi banjir.
Saat itu, kata dia, sekira 30 anak remaja berstatus pelajar SMP dan SMA bersantai atau nongkrong di atas jembatan Sungai Padang Guci itu.
"Remaja-remaja itu berwisata di atas jembatan," kata Ujang, Minggu (19/1). "Saat itu mereka selfie-selfie," lanjutnya seperti dilansir kompas.
Selain itu, Ujang mengatakan, ada dugaan para remaja itu menggoyangkan jembatan sebelum jembatan tersebut putus.
"Diduga kelebihan kapasitas. Ada dugaan juga remaja sempat menggoyang-goyangkan jembatan," kata Ujang.
Ketika akhirnya jembatan terputus dan runtuh ke bawah, sebanyak 20 orang terjun ke sungai. "Sebagian mampu menyelamatkan diri tapi 10 orang tidak berhasil melawan arus sungai sehingga terseret dan tenggelam," ucapnya.
Sementara itu, Bendy Sudarto, salah satu anggota tim SAR dari Palsostik, Universitas Bengkulu, menyebutkan, semua korban hilang sudah ditemukan.
"Saat ini 10 orang meninggal dunia telah ditemukan. Semua yang hilang telah ditemukan, pencarian dihentikan dengan ditemukannya semua korban," kata Bendy.
Warga lokal yang turut membantu pencarian korban, Nopri Anto mengatakan korban meninggal ditemukan dalam radius 3 kilometer hingga 20 kilometer dari lokasi jembatan putus.
Ujang mengatakan, selain penghubung antarwarga, jembatan itu juga menjadi jalur hilir-mudik para petani mengangkut hasil panen. *
Komentar