Dinas Pertanian dan Pangan Badung Minta Peternak Terapkan Biosekuriti
Sejak Awal Januari, Terdata 564 Ekor Babi Mati
Guna mengantisipasi meluasnya penyakit yang mengakibatkan kematian pada ternak babi di beberapa daerah di Badung, peternak diminta untuk menerapkan biosekuriti secara ketat.
MANGUPURA, NusaBali
Misalnya, menjamin kebersihan kandang, peralatan, dan lingkungan sekitar. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Minggu (26/1), mengatakan satu-satunya cara untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah ini adalah menerapkan biosekuriti dengan serius. Caranya, dengan menjaga kebersihan kandang, melakukan spraying (penyemprotan) dengan desinfektan, membatasi dengan ketat lalu lintas orang, barang, bahan, dan hewan yang mudah terkontaminasi virus ke dalam.
“Kami imbau tidak menggunakan pakan sisa atau soil feed untuk mengantisipasi munculnya wabah ini. Ataupun kalau terpaksa menggunakan, harus dimasak dengan baik,” ujarnya seraya meminta peternakan memusnahkan babi yang sudah mati dengan cara dibakar atau dikubur.
Menurut dia, sejak adanya laporan kematian babi awal Januari lalu, pihaknya sudah menurunkan petugas untuk melakukan surveilans atau pemantauan dan pendataan sekaligus melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). “Kami melakukan ini sebagai salah satu cara mencegah meluasnya penyebaran penyakit,” tegasnya.
Ditanya hasil sampel yang diuji ke laboratorium, Wijana menegaskan hasilnya belum keluar. “Hasil laboratorium atas sampel yang dikirim ke BB Vet Denpasar masih harus dikonfirmasi ke BB Vet Medan yang punya kewenangan menentukan jenis penyakit ini,” katanya.
Karena sebentar lagi Hari Raya Galungan dan Kuningan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui aparat desa/kelurahan, desa adat. “Kami juga akan memberikan pembinaan kepada tukang potong karena mereka juga berperan besar dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit ini,” tandasnya.
Berapa jumlah babi yang diketahui mati di Badung? “Dari hasil pendataan sejak awal Januari 2020, yang mati 564 ekor, terbanyak di Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi. Jika populasi babi di Badung tercatat sebanyak 69.700 ekor babi, berarti sekitar 0,81 persen kasus kami temukan di lapangan,” ungkapnya.
Meski demikian, imbuh Wijana yang notabene mantan Camat Kuta Selatan, penyakit yang sedang diselidiki ini diyakini tidak akan menular kepada manusia. “Jadi kami imbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak resah karena penyakit ini tidak menular kepada manusia. Namun penyebarannya sangat cepat kepada ternak babi,” ucapnya. *asa
“Kami imbau tidak menggunakan pakan sisa atau soil feed untuk mengantisipasi munculnya wabah ini. Ataupun kalau terpaksa menggunakan, harus dimasak dengan baik,” ujarnya seraya meminta peternakan memusnahkan babi yang sudah mati dengan cara dibakar atau dikubur.
Menurut dia, sejak adanya laporan kematian babi awal Januari lalu, pihaknya sudah menurunkan petugas untuk melakukan surveilans atau pemantauan dan pendataan sekaligus melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). “Kami melakukan ini sebagai salah satu cara mencegah meluasnya penyebaran penyakit,” tegasnya.
Ditanya hasil sampel yang diuji ke laboratorium, Wijana menegaskan hasilnya belum keluar. “Hasil laboratorium atas sampel yang dikirim ke BB Vet Denpasar masih harus dikonfirmasi ke BB Vet Medan yang punya kewenangan menentukan jenis penyakit ini,” katanya.
Karena sebentar lagi Hari Raya Galungan dan Kuningan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui aparat desa/kelurahan, desa adat. “Kami juga akan memberikan pembinaan kepada tukang potong karena mereka juga berperan besar dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit ini,” tandasnya.
Berapa jumlah babi yang diketahui mati di Badung? “Dari hasil pendataan sejak awal Januari 2020, yang mati 564 ekor, terbanyak di Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi. Jika populasi babi di Badung tercatat sebanyak 69.700 ekor babi, berarti sekitar 0,81 persen kasus kami temukan di lapangan,” ungkapnya.
Meski demikian, imbuh Wijana yang notabene mantan Camat Kuta Selatan, penyakit yang sedang diselidiki ini diyakini tidak akan menular kepada manusia. “Jadi kami imbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak resah karena penyakit ini tidak menular kepada manusia. Namun penyebarannya sangat cepat kepada ternak babi,” ucapnya. *asa
Komentar