Lalin Jalan Raya Canggu Kerap Macet
Pemkab Badung sudah memasang ATCS di dua simpang untukmengurai kemacetan. Juga direncanakan ada penambahan personel di UPT LLAJ Badung Selatan.
MANGUPURA, NusaBali
Jalan Raya Canggu, Desa Adat Canggu, Kecamatan Kuta Utara, yang menghubungkan ke objek wisata Tanah Lot dan Batu Bolong menjadi langganan macet. Diakui, volume kendaraan tidak sepadan dengan kapasitas jalan.
Dari pantauan pada Minggu (7/8) siang, hampir sepanjang Jalan Raya Canggu mengalami kemacetan. Banyak pengendara terutama pengendara sepeda motor yang tak sabar untuk melintasi jalan dengan cepat. Tak jarang mereka menggunakan trotoar untuk melintas. Tak sedikit kejadian kecelakaan lalu lintas di sepanjang ruas jalan itu.
Mari, salah seorang pedagang di Jalan Raya Canggu, menceritakan bahwa di depan tempatnya berjualan kerap terjadi lakalantas. Menurutnya lakalantas sering terjadi pada saat hujan. Jalan yang berlubang dan tergenang air, mengakibatkan pengendara motor terjatuh. “Pokoknya kalau hujan pasti ada yang jatuh di depan sini. Genangan-genangan air waktu hujan membuat pengendara tergelincir. Lihat saja trotoarnya juga sudah rusak akibat dilintasi oleh kendaraan bermotor,” tuturnya.
Diceritakannya, kemacetan yang paling parah terjadi pada siang hari sekitar pukul 13.00 Wita. “Pokoknya kalau sudah pukul 13.00 hingga pukul 15.00 Wita, pasti macet,” imbuh Mari. Bendesa Adat Canggu Nengah Lana, saat dikonfirmasi perihal kemacetan lalu lintas, dia mengakui hal itu. Menurutnya itu adalah salah satu dampak dari berkembangnya wilayah Canggu.
Menurutnya ada empat hal yang memicu kemacetan. Pertama, dampak dari galian proyek yang hingga kini belum rampung. Kedua, tingginya jumlah atau volume kendaraan yang melintas tak sebanding dengan lebar badan jalan. Ketiga, masih banyaknya pengusaha yang tak memiliki tempat parkir, sehingga menggunakan sebagian bahu jalan untuk dijadikan tempat parkir. Keempat, wilayah Canggu sedang berkembang.
Sementara itu, Kabid Lalu Lintas Dishubkominfo Badung Tofan Priyanto, tak membantah kekroditan arus lalu lintas di Jalan Raya Canggu – Tanah Lot. Apalagi pada saat jam sibuk maupun akhir pekan. “Di jalur tersebut kami akui memang krodit. Kejenuhan sudah melebihi ambang batas, artinya volume kendaraan sudah melebihi kapasitas (kapasitas jalan yang ada, Red). Sementara pengaturan kendaraan dari utara menuju ke selatan dengan traffic light kurang efektif,” katanya, Senin (8/8).
Apa solusi yang bisa ditempuh? Menurut Tofan, pihaknya sudah memasang ATCS (Area Traffic Control System) di dua simpang utama yakni di Simpang Banjar Anyar, Kerobokan, dan satu lagi di kawasan Canggu, Kuta Utara. Pemerintah berharap dengan pengendalian otomatis yang terkontrol dapat mengurai kemacaten. Selain pemasangan ACTS, pihaknya juga mengoptimalkan personel yang ada. Sehingga dapat secara langsung mengurai kemacaten di lapangan. Tentunya dengan berkoordinasi dengan aparat kepolisian.
Sayangnya kekuatan personel Dishubkominfo yang ada sekarang, kurang memadai dari segi jumlah. “Saat ini UPT LLAJ Badung Selatan hanya memiliki sekitar 60 orang personel. Dan itu tidak cukup mengcover tiga kecamatan sekaligus, yakni Kecamatan Kuta Utara, Kuta, dan Kuta Selatan. Per-shift-nya hanya 15 orang,” kata Tofan. Bagaimana solusi ke depannya? “Kami berharap personel yang bertugas di Terminal Mengwi dapat diperbantukan bila nanti pengelolaan Terminal Mengwi diambilalih pusat,” tandasnya.
Dengan adanya tambahan personel dari Terminal Mengwi diharapkan semakin banyak petugas standby di lapangan demi mengurai kemacetan. * cr64, asa
Jalan Raya Canggu, Desa Adat Canggu, Kecamatan Kuta Utara, yang menghubungkan ke objek wisata Tanah Lot dan Batu Bolong menjadi langganan macet. Diakui, volume kendaraan tidak sepadan dengan kapasitas jalan.
Dari pantauan pada Minggu (7/8) siang, hampir sepanjang Jalan Raya Canggu mengalami kemacetan. Banyak pengendara terutama pengendara sepeda motor yang tak sabar untuk melintasi jalan dengan cepat. Tak jarang mereka menggunakan trotoar untuk melintas. Tak sedikit kejadian kecelakaan lalu lintas di sepanjang ruas jalan itu.
Mari, salah seorang pedagang di Jalan Raya Canggu, menceritakan bahwa di depan tempatnya berjualan kerap terjadi lakalantas. Menurutnya lakalantas sering terjadi pada saat hujan. Jalan yang berlubang dan tergenang air, mengakibatkan pengendara motor terjatuh. “Pokoknya kalau hujan pasti ada yang jatuh di depan sini. Genangan-genangan air waktu hujan membuat pengendara tergelincir. Lihat saja trotoarnya juga sudah rusak akibat dilintasi oleh kendaraan bermotor,” tuturnya.
Diceritakannya, kemacetan yang paling parah terjadi pada siang hari sekitar pukul 13.00 Wita. “Pokoknya kalau sudah pukul 13.00 hingga pukul 15.00 Wita, pasti macet,” imbuh Mari. Bendesa Adat Canggu Nengah Lana, saat dikonfirmasi perihal kemacetan lalu lintas, dia mengakui hal itu. Menurutnya itu adalah salah satu dampak dari berkembangnya wilayah Canggu.
Menurutnya ada empat hal yang memicu kemacetan. Pertama, dampak dari galian proyek yang hingga kini belum rampung. Kedua, tingginya jumlah atau volume kendaraan yang melintas tak sebanding dengan lebar badan jalan. Ketiga, masih banyaknya pengusaha yang tak memiliki tempat parkir, sehingga menggunakan sebagian bahu jalan untuk dijadikan tempat parkir. Keempat, wilayah Canggu sedang berkembang.
Sementara itu, Kabid Lalu Lintas Dishubkominfo Badung Tofan Priyanto, tak membantah kekroditan arus lalu lintas di Jalan Raya Canggu – Tanah Lot. Apalagi pada saat jam sibuk maupun akhir pekan. “Di jalur tersebut kami akui memang krodit. Kejenuhan sudah melebihi ambang batas, artinya volume kendaraan sudah melebihi kapasitas (kapasitas jalan yang ada, Red). Sementara pengaturan kendaraan dari utara menuju ke selatan dengan traffic light kurang efektif,” katanya, Senin (8/8).
Apa solusi yang bisa ditempuh? Menurut Tofan, pihaknya sudah memasang ATCS (Area Traffic Control System) di dua simpang utama yakni di Simpang Banjar Anyar, Kerobokan, dan satu lagi di kawasan Canggu, Kuta Utara. Pemerintah berharap dengan pengendalian otomatis yang terkontrol dapat mengurai kemacaten. Selain pemasangan ACTS, pihaknya juga mengoptimalkan personel yang ada. Sehingga dapat secara langsung mengurai kemacaten di lapangan. Tentunya dengan berkoordinasi dengan aparat kepolisian.
Sayangnya kekuatan personel Dishubkominfo yang ada sekarang, kurang memadai dari segi jumlah. “Saat ini UPT LLAJ Badung Selatan hanya memiliki sekitar 60 orang personel. Dan itu tidak cukup mengcover tiga kecamatan sekaligus, yakni Kecamatan Kuta Utara, Kuta, dan Kuta Selatan. Per-shift-nya hanya 15 orang,” kata Tofan. Bagaimana solusi ke depannya? “Kami berharap personel yang bertugas di Terminal Mengwi dapat diperbantukan bila nanti pengelolaan Terminal Mengwi diambilalih pusat,” tandasnya.
Dengan adanya tambahan personel dari Terminal Mengwi diharapkan semakin banyak petugas standby di lapangan demi mengurai kemacetan. * cr64, asa
Komentar