Gerindra Galang Gerakan Pemecah Ombak Pilgub 2018
Tanda-tanda Koalisi Bali Mandara (KBM) tidak akan utuh lagi dalam Pilgub 2018, kian menyeruak ke permukaan.
Lobi Fraksi Panca Bayu buat Calon Alternatif di Luar Koster-Sudikerta
DENPASAR, NusaBali
Setelah parpol gurem seperti PKPI menyatakan tak puas karena merasa dicueki selama 3 tahun pasca Pilgub Bali 2013, kini giliran partai menengah Gerindra yang galang gerakan ‘pemecah ombak’. Intinya, Gerindra coba gandeng partai-partai gurem untuk munculkan figur Calon Gubernur (Cagub) alternatif di luar Ketut Sudikerta (dari Golkar) dan Wayan Koster (PDIP).
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali, I Nyoman Suyasa, sudah bergerak mendekati se-jumlah anggota Fraksi Panca Bayu DPRD Bali (NasDem-Hanura-PKPI-PAN). Jurus lobi tersebut terlihat saat I Ketut Jengiskan (anggota Fraksi Panca Bayu DPRD Bali dari PAN) bertandang ke Ruangan Fraksi Gerindra DPRD Bali di Gedung Dewan, Niti Mandala Denpasar, Senin (8/8) pagi pukul 10.00 Wita.
Pagi itu, Ketut Jengiskan yang notabene Ketua DPW PAN Bali secara khusus menemui Ketua Fraksi Gerindra, Nyoman Suyasa. Dalam pertemuan lintas fraksi ini, Nyoman Suyasa (Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali yang juga Ketua DPC Gerindra Karangasem) didampingi Ketut Gede Nugrahita Pendit (anggota Fraksi Gerindra DPRD Bali Dapil Tabanan). Sementara Ketut Jengiskan, anggota Fraksi Panca Bayu dari PAN Dalil Buleleng) didampingi salah satu kadernya asal Gumi Panji Sakti.
Komunikasi dalam pertemuan pagi itu ternyata sudah mengarah ke pembahasan Pilgub Bali 2018 mendatang. Termasuk juga terkait posisi Fraksi Gerindra dan Fraksi Panca Bayu terhadap jalannya roda pemerintahan Made Mangku Pastika-I Ketut Sudikerta sampai sisa masa jabatan tahun 2018. Pastrika-Sudikerta merupakan Gubernur-Wakil Gubernur Bali hasil Pilgub 2013 yang diusung KBM (Golkar-Demokrat-Gerindra-Hanura-PKPI-PAN).
Seusai pertemuan kemarin, Nyoman Suyasa mengatakan Gerindra sangat apresiasi terhadap sikap sejumlah pentolan Fraksi Panca Bayu, yang pilih tunggu arah angin jelang Pilgub Bali 2018. “Kami Fraksi Gerindra melihat teman-teman dari partai yang tergabung di Fraksi Panca Bayu mulai mempertimbangkan ada calon alternatif untuk Pilgub Bali 2018. Itu arah yang saya baca di media. Ternyata, tadi kita komunikasi awal dengan teman-teman di Fraksi Panca Bayu, memang mereka bercita-cita munculkan paket calon alternatif di Pilgub Bali 2018,” ujar Suyasa.
Menurut Suyasa, Gerindra yang memiliki 7 kursi dari total 55 kursi DPRD Bali, bisa menjadi motor dalam koalisi untuk memunculkan paket calon alternatif di Pilgub Bali 2018 mendatang. Koalisi nanti bisa berisikan Gerindra-NasDem-Hanura-PKPI-PAN. Koalisi yang dimotori Gerindra ini bisa mengusung paket calon sendiri ke Pilgub Bali 2018, karena memenuhi suara gabungan parlemen minimal 20 persen.
Syara poarlemen gabungan mereka mencapai 21,82 persen. Rinciannya, Gerindra punya 7 kursi DPRD Bali hasil Pileg 2014 (dengan kekuatan 12,72 persen suara parlemen), NasDem punya 2 kursi DPRD Bali (kuasai 3,64 persen suara parlemen), Hanura punya 1 kursi DPRD Bali (kuasai 1,82 persen suara parlemen), PAN punya 1 kursi DPRD Bali (kuasai 1,82 persen suara parlemen), dan PKPI punya 1 kursi DPRD Bali (kuasai 1,82 persen suara parlemen).
Jika Gerindra dan parpol-parpol gurem bersatu, maka buyarlah skenario Golkar-Demokrat untuk menciptakan tarung head to head melawan PDIP di Pilgub Bali 2018. PDIP sebagai partai terbesar memiliki 24 kursi DPRD Bali (kuasai 43,64 persen suara parlemen). Sedangkan gabungan Golkar-Demokrat memiliki total 19 kursi DPRD Bali hasil Pileg 2014 (kuasai 34,54 persen suara parlemen). Rinciannya, 11 kursi DPRD Bali (dominasi 20,00 persen suara parlemen) milik Golkar dan 8 kursi DPRD Bali (dominasi 14,54 persen suara parlemen) milik Demokrat.
Sejauh ini, Golkar-Demokrat diwacanakan akan mengusung Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018. Sedangkan PDIP sudah hampir pasti akan usung Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018.
“Kalau Gerindra, NasDem, PAN, PKPI, dan Hanura bergabung, ya kita bisa mengusung Calon Gubernur alternatif. Siapa orangnya, bisa dari fugur independen, bisa juga dari tokoh partai politik,” ungkap Nyoman Suyasa.
Suyasa menyebutkan, pertemuan dengan Ketut Jengiskan selaku Ketua DPW PAN Bali, Senin kemarin, juga dibarengi komunikasi dengan Ketua DPW NasDem Bali IB Oka Gunastawa dan anggoita DPRD Bali dari PKPI yang mantan Ketua PKPI Bali, Kadek Nuartana. Bahkan, kemarin Suyasa menghubungi Oka Gunastawa langsung di depan NusaBali. Dari arah pembicaraan, akan dikomunikasikan koalisi mengusung paket calon alaternatif. “Pak Oka Gunastawa dan Pak Kadek Nuartana sudah. Tinggal Ketua DPDi Hanura Bali yang belum diajak komunikasi,” ujar Suyasa yang duduk Komisi III DPRD Bali.
Sementara itu, Ketut Jengiskan mengatakan PAN tidak mau lagi jadi pelengkap dalam kancah politik di Bali, terutama terkait hubungan eksekutif-legislatif. “Pengalaman kita ketika jelang diajak berkoalisi di Pilgub Bali 2013, diuber-uber. Ketika sudah selesai hajatan, kita tidak dianggap. Tadi rekan kita dari Fraksi Gerindra memikirkan arah politik dan sikap kita dengan sisa waktu pemerintahan Mangku Pastika-Ketut Sudikerta yang akan berakhir 2018,” ujar Jengiskhan yang putra politisi senior asal Buleleng, I Ketut Kajar.
Jengiskan menegaskan, kalau terjadi koalisi Gerindra-NasDem-POAN-Hanura-PKPI, bisa terjadi tarung segitiga antara 3 paket calon di Pilgub Bali 2018. “Kami ingin memberikan pilihan kepada masyarakat Bali di luar Pak Wayan Koster yang diusung PDIP dan Keytut Sudikerta yang diusung Golkar. Soal orangnya siapa, tentu kita harus berproses,” ujar satu-satunya anggota DPRD Bali hasil Pileg 2014 dari PAN ini. * nat
DENPASAR, NusaBali
Setelah parpol gurem seperti PKPI menyatakan tak puas karena merasa dicueki selama 3 tahun pasca Pilgub Bali 2013, kini giliran partai menengah Gerindra yang galang gerakan ‘pemecah ombak’. Intinya, Gerindra coba gandeng partai-partai gurem untuk munculkan figur Calon Gubernur (Cagub) alternatif di luar Ketut Sudikerta (dari Golkar) dan Wayan Koster (PDIP).
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali, I Nyoman Suyasa, sudah bergerak mendekati se-jumlah anggota Fraksi Panca Bayu DPRD Bali (NasDem-Hanura-PKPI-PAN). Jurus lobi tersebut terlihat saat I Ketut Jengiskan (anggota Fraksi Panca Bayu DPRD Bali dari PAN) bertandang ke Ruangan Fraksi Gerindra DPRD Bali di Gedung Dewan, Niti Mandala Denpasar, Senin (8/8) pagi pukul 10.00 Wita.
Pagi itu, Ketut Jengiskan yang notabene Ketua DPW PAN Bali secara khusus menemui Ketua Fraksi Gerindra, Nyoman Suyasa. Dalam pertemuan lintas fraksi ini, Nyoman Suyasa (Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali yang juga Ketua DPC Gerindra Karangasem) didampingi Ketut Gede Nugrahita Pendit (anggota Fraksi Gerindra DPRD Bali Dapil Tabanan). Sementara Ketut Jengiskan, anggota Fraksi Panca Bayu dari PAN Dalil Buleleng) didampingi salah satu kadernya asal Gumi Panji Sakti.
Komunikasi dalam pertemuan pagi itu ternyata sudah mengarah ke pembahasan Pilgub Bali 2018 mendatang. Termasuk juga terkait posisi Fraksi Gerindra dan Fraksi Panca Bayu terhadap jalannya roda pemerintahan Made Mangku Pastika-I Ketut Sudikerta sampai sisa masa jabatan tahun 2018. Pastrika-Sudikerta merupakan Gubernur-Wakil Gubernur Bali hasil Pilgub 2013 yang diusung KBM (Golkar-Demokrat-Gerindra-Hanura-PKPI-PAN).
Seusai pertemuan kemarin, Nyoman Suyasa mengatakan Gerindra sangat apresiasi terhadap sikap sejumlah pentolan Fraksi Panca Bayu, yang pilih tunggu arah angin jelang Pilgub Bali 2018. “Kami Fraksi Gerindra melihat teman-teman dari partai yang tergabung di Fraksi Panca Bayu mulai mempertimbangkan ada calon alternatif untuk Pilgub Bali 2018. Itu arah yang saya baca di media. Ternyata, tadi kita komunikasi awal dengan teman-teman di Fraksi Panca Bayu, memang mereka bercita-cita munculkan paket calon alternatif di Pilgub Bali 2018,” ujar Suyasa.
Menurut Suyasa, Gerindra yang memiliki 7 kursi dari total 55 kursi DPRD Bali, bisa menjadi motor dalam koalisi untuk memunculkan paket calon alternatif di Pilgub Bali 2018 mendatang. Koalisi nanti bisa berisikan Gerindra-NasDem-Hanura-PKPI-PAN. Koalisi yang dimotori Gerindra ini bisa mengusung paket calon sendiri ke Pilgub Bali 2018, karena memenuhi suara gabungan parlemen minimal 20 persen.
Syara poarlemen gabungan mereka mencapai 21,82 persen. Rinciannya, Gerindra punya 7 kursi DPRD Bali hasil Pileg 2014 (dengan kekuatan 12,72 persen suara parlemen), NasDem punya 2 kursi DPRD Bali (kuasai 3,64 persen suara parlemen), Hanura punya 1 kursi DPRD Bali (kuasai 1,82 persen suara parlemen), PAN punya 1 kursi DPRD Bali (kuasai 1,82 persen suara parlemen), dan PKPI punya 1 kursi DPRD Bali (kuasai 1,82 persen suara parlemen).
Jika Gerindra dan parpol-parpol gurem bersatu, maka buyarlah skenario Golkar-Demokrat untuk menciptakan tarung head to head melawan PDIP di Pilgub Bali 2018. PDIP sebagai partai terbesar memiliki 24 kursi DPRD Bali (kuasai 43,64 persen suara parlemen). Sedangkan gabungan Golkar-Demokrat memiliki total 19 kursi DPRD Bali hasil Pileg 2014 (kuasai 34,54 persen suara parlemen). Rinciannya, 11 kursi DPRD Bali (dominasi 20,00 persen suara parlemen) milik Golkar dan 8 kursi DPRD Bali (dominasi 14,54 persen suara parlemen) milik Demokrat.
Sejauh ini, Golkar-Demokrat diwacanakan akan mengusung Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018. Sedangkan PDIP sudah hampir pasti akan usung Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018.
“Kalau Gerindra, NasDem, PAN, PKPI, dan Hanura bergabung, ya kita bisa mengusung Calon Gubernur alternatif. Siapa orangnya, bisa dari fugur independen, bisa juga dari tokoh partai politik,” ungkap Nyoman Suyasa.
Suyasa menyebutkan, pertemuan dengan Ketut Jengiskan selaku Ketua DPW PAN Bali, Senin kemarin, juga dibarengi komunikasi dengan Ketua DPW NasDem Bali IB Oka Gunastawa dan anggoita DPRD Bali dari PKPI yang mantan Ketua PKPI Bali, Kadek Nuartana. Bahkan, kemarin Suyasa menghubungi Oka Gunastawa langsung di depan NusaBali. Dari arah pembicaraan, akan dikomunikasikan koalisi mengusung paket calon alaternatif. “Pak Oka Gunastawa dan Pak Kadek Nuartana sudah. Tinggal Ketua DPDi Hanura Bali yang belum diajak komunikasi,” ujar Suyasa yang duduk Komisi III DPRD Bali.
Sementara itu, Ketut Jengiskan mengatakan PAN tidak mau lagi jadi pelengkap dalam kancah politik di Bali, terutama terkait hubungan eksekutif-legislatif. “Pengalaman kita ketika jelang diajak berkoalisi di Pilgub Bali 2013, diuber-uber. Ketika sudah selesai hajatan, kita tidak dianggap. Tadi rekan kita dari Fraksi Gerindra memikirkan arah politik dan sikap kita dengan sisa waktu pemerintahan Mangku Pastika-Ketut Sudikerta yang akan berakhir 2018,” ujar Jengiskhan yang putra politisi senior asal Buleleng, I Ketut Kajar.
Jengiskan menegaskan, kalau terjadi koalisi Gerindra-NasDem-POAN-Hanura-PKPI, bisa terjadi tarung segitiga antara 3 paket calon di Pilgub Bali 2018. “Kami ingin memberikan pilihan kepada masyarakat Bali di luar Pak Wayan Koster yang diusung PDIP dan Keytut Sudikerta yang diusung Golkar. Soal orangnya siapa, tentu kita harus berproses,” ujar satu-satunya anggota DPRD Bali hasil Pileg 2014 dari PAN ini. * nat
Komentar