Festival Nyurat Lontar Libatkan 2.020 Peserta
Bulan Bahasa Bali Dibuka Gubernur 1 Februari
Sebanyak 2.020 peserta Festival Nyurat Aksara Bali pada daun lontar bakal memeriahkan pembukaan kegiatan Bulan Bahasa Bali Tahun 2020 di Taman Budaya Provinsi Bali, Jalan Nusa Indah Denpasar, Sabtu (1/2) depan.
DENPASAR, NusaBali
Sedangkan peserta Bulan Bahasa Bali Tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 5.000 orang. Ini untuk kali kedua Pemprov Bali di bawah Gubernur Wayan Koster menyelenggarakan kegiatan Bulan Bahasa Bali. Kegiatan serupa untuk pertama kalinya digelar tahun 2019 lalu di tempat yang sama. Saat pembukaan Bula Bahasa Bali Tahun 2019 pada 1 Februari 2019 lalu, peserta nyurat aksara Bali sebanyak 1.000 orang. Kala itu, Gubernur Koster bersama istri, Ni Putu Putri Suastini, juga sempat ikut nyurat aksara Bali di atas daun lontar.
“Jika tahun lalu melibatkan 1.000 peserta, maka nyurat aksara Bali tahun ini kita identikkan dengan angka tahun, yakni 2.020 peserta. Artinya, ini sebuah gerakan menyemesta yang melibatkan berlapis komponen masyarakat, mulai dari penyuluh, pendidik, peserta didik, hingga masyarakat umum,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan ‘Kun’ Adnyana, di sela memantau kesiapan Bulan Bahasa Bali di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Rabu (29/1).
Menurut Kun Adnyana, Bulan Bahasa Bali akan dibuka resmi Gubernur Koster, 1 Februari 2020. Ada tiga tempat di Taman Budaya Provinsi Bali yang akan digunakan oleh peserta Festival Nyurat Lontar nanti. Pertama, Lantai Bawah Gedung Ksirarnawa. Kedua, Kalangan Ratna Kanda. Ketiga, Kalangan Angsoka.
Kun Adnyana menyebutkan, Festival Nyurat Lontar ini bukan hanya sekadar selebrasi, namun juga sebagai upaya untuk memahami kembali betapa pentingnya kesatuan pemahaman antara bahasa, aksara, dan sastra Bali. “Ada satu bait lontar yang akan dituliskan kembali ke lontar. Jadi, biar masyarakat juga tahu, pengerupak itu apa, jenis daun lontarnya harus dengan tingkat kekeringan seberapa, dan lainnya. Kita ingin bahasa, aksara, dan sastra Bali ini menjadi gaya hidup, tidak hanya kita pakai pada hari-hari tertentu,” tandas Kun Adnyana.
Ditambahkan Kun Adnyana, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali Tahun 2020 mengambil tema ‘Melarapan Bulan Bahasa Bali Nyujur Atma Kertih’. Tema ini mengandung visi untuk memuliakan dan menyucikan jiwa atau atma. Sedangkan maskotnya adalah Manuk Dewata, yaitu burung yang akan mengantar atma ke surga.
Ada pun kegiatan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh, 1-27 Februarai 2020, meliputi 14 pagelaran seni budaya, 5 sarasehan yang melibatkan penekun susastra dan penyuluh bahasa Bali, 15 pameran berbasis industri kreatif, pengembangan dan pemajuan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Selain itu, ada 17 lomba yang berkaitan dengan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Terakhir, agenda penyerahan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada tokoh perseorangan ataupun lembaga yang berdedikasi dalam pelestarian pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
“Pada tahun kedua ini, kita bisa menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh. Selain itu, dari sisi partisipasi peserta, kita perkirakan sebanyak 5.000 peserta, meliputi masyarakat adat, mahasiswa, pelajar SD, SMP, SMA, bahkan PAUD, serta Penyuluh Bahasa Bali,” jelas Kun Adnyana.
Kun Adnyana menambahkan, implementasi Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali nantinya diharapkan tidak hanya melalui ranah konvensional, melainkan juga menggunakan media digital dan computerized.
“Dalam lomba nanti, juga menggunakan media-media baru seperti lomba vlog berbahasa Bali, lomba kartun online, menulis dengan piranti komputer. Ini sebuah terobosan bagaimana Bahasa Bali tidak hanya hidup di wilayah tradisi, tapi juga jadi gaya hidup di ruang-ruang yang sudah modern, maju, dan juga dalam ekspresi-ekspresi yang kontemporer sekalipun,” katanya.
“Artinya, penguatan dan pengembangan bahasa, aksara, sastra Bali itu tidak melulu tentang hal-hal yang bersifat pelestarian. Tapi, juga mengarah pada pengembangan media-media baru,” lanjut birokrat yang juga akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini.
Sekadar dicatat, pada penyelenggaraan perdana Bulan Bahasa Bali Tahun 2019 lalu, peserta nyurat lontar sebanyak 1.000 orang, terdiri dari siswa SMP dan SMA/SMK, hingga mahasiswa perguruan tinggi se-Bali, selain juga para Penyuluh Bahasa Bali. Seluruh lontar yang telah bertuliskan aksara Bali hasil nyurat lontar 1.000 peserta itu kemudian dipamerkan di Taman Budaya, 26-28 Februari 2019. *ind
“Jika tahun lalu melibatkan 1.000 peserta, maka nyurat aksara Bali tahun ini kita identikkan dengan angka tahun, yakni 2.020 peserta. Artinya, ini sebuah gerakan menyemesta yang melibatkan berlapis komponen masyarakat, mulai dari penyuluh, pendidik, peserta didik, hingga masyarakat umum,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan ‘Kun’ Adnyana, di sela memantau kesiapan Bulan Bahasa Bali di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Rabu (29/1).
Menurut Kun Adnyana, Bulan Bahasa Bali akan dibuka resmi Gubernur Koster, 1 Februari 2020. Ada tiga tempat di Taman Budaya Provinsi Bali yang akan digunakan oleh peserta Festival Nyurat Lontar nanti. Pertama, Lantai Bawah Gedung Ksirarnawa. Kedua, Kalangan Ratna Kanda. Ketiga, Kalangan Angsoka.
Kun Adnyana menyebutkan, Festival Nyurat Lontar ini bukan hanya sekadar selebrasi, namun juga sebagai upaya untuk memahami kembali betapa pentingnya kesatuan pemahaman antara bahasa, aksara, dan sastra Bali. “Ada satu bait lontar yang akan dituliskan kembali ke lontar. Jadi, biar masyarakat juga tahu, pengerupak itu apa, jenis daun lontarnya harus dengan tingkat kekeringan seberapa, dan lainnya. Kita ingin bahasa, aksara, dan sastra Bali ini menjadi gaya hidup, tidak hanya kita pakai pada hari-hari tertentu,” tandas Kun Adnyana.
Ditambahkan Kun Adnyana, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali Tahun 2020 mengambil tema ‘Melarapan Bulan Bahasa Bali Nyujur Atma Kertih’. Tema ini mengandung visi untuk memuliakan dan menyucikan jiwa atau atma. Sedangkan maskotnya adalah Manuk Dewata, yaitu burung yang akan mengantar atma ke surga.
Ada pun kegiatan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh, 1-27 Februarai 2020, meliputi 14 pagelaran seni budaya, 5 sarasehan yang melibatkan penekun susastra dan penyuluh bahasa Bali, 15 pameran berbasis industri kreatif, pengembangan dan pemajuan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Selain itu, ada 17 lomba yang berkaitan dengan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Terakhir, agenda penyerahan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada tokoh perseorangan ataupun lembaga yang berdedikasi dalam pelestarian pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
“Pada tahun kedua ini, kita bisa menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh. Selain itu, dari sisi partisipasi peserta, kita perkirakan sebanyak 5.000 peserta, meliputi masyarakat adat, mahasiswa, pelajar SD, SMP, SMA, bahkan PAUD, serta Penyuluh Bahasa Bali,” jelas Kun Adnyana.
Kun Adnyana menambahkan, implementasi Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali nantinya diharapkan tidak hanya melalui ranah konvensional, melainkan juga menggunakan media digital dan computerized.
“Dalam lomba nanti, juga menggunakan media-media baru seperti lomba vlog berbahasa Bali, lomba kartun online, menulis dengan piranti komputer. Ini sebuah terobosan bagaimana Bahasa Bali tidak hanya hidup di wilayah tradisi, tapi juga jadi gaya hidup di ruang-ruang yang sudah modern, maju, dan juga dalam ekspresi-ekspresi yang kontemporer sekalipun,” katanya.
“Artinya, penguatan dan pengembangan bahasa, aksara, sastra Bali itu tidak melulu tentang hal-hal yang bersifat pelestarian. Tapi, juga mengarah pada pengembangan media-media baru,” lanjut birokrat yang juga akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini.
Sekadar dicatat, pada penyelenggaraan perdana Bulan Bahasa Bali Tahun 2019 lalu, peserta nyurat lontar sebanyak 1.000 orang, terdiri dari siswa SMP dan SMA/SMK, hingga mahasiswa perguruan tinggi se-Bali, selain juga para Penyuluh Bahasa Bali. Seluruh lontar yang telah bertuliskan aksara Bali hasil nyurat lontar 1.000 peserta itu kemudian dipamerkan di Taman Budaya, 26-28 Februari 2019. *ind
1
Komentar