Ada Palinggih Berisi Kloset di Bangli, Pemilik Bantah Jadi Pengikut Aliran Sesat
Salah satu keluarga di wilayah Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli berbuat nyeleneh membangun palinggih Padmasana yang disebelahnya diisi kloset jongkok.
BANGLI, NusaBali
Konon, membangun palinggih bersebelahan dengan kloset ini dilakukan karena pawisik (petunjuk niskala). Keluarga yang bertindak nyeleneh ini bantah jadi pengikut aliran sesat.
Saat ditemui NusaBali, Jumat (31/1), salah satu anggota keluarga pemilik palinggih berisi kloset jongkok di Kelurahan Kawan, Kota Bangli mengatakan Palinggih Padmasana tersebut dibangun setelah ibunya sembuh dari sakit. Remaja tamatan SMK ini mengungkapkan, awalnya keluarga pergi ke kawasan Desa Bantang, Kecamatan Kintamani, Bangli. Disana, mereka sembahyang di sebuah Palinggih Padmasana yang juga ada klosetnya.
“Setelah sembahyang di palinggih yang ada klosetnya di Desa Bantang itu, syukur ibu saya sembuh dan sakitnya tidak pernah kambuh. Padahal, sebelumnya ibu saya hampir setiap minggu pergi ke dokter untuk berobat,” katanya.
Kemudian, lanjut dia, dibangunlah Palinggih Padma di rumahnya. Nah, di sebelah Palinggih Padma tersebut dipasang sebuah kloset, karena keluarganya memiliki keyakinan bahwa Ida Batara Sesuhunan ibarat manusia, yang juga membutuhkan toilet. “Ibaratkan seperti kita, yang Ida Sesuhunan juga membutuhkan toilet,” katanya.
Disebutkan, Palinggih Padma yang ada kloset duduk di sebelahnya tersebut sudah dibangun 2 tahun lalu. Dia membantah keluarganya membangun palinggih berisi kloset karena mengikuti suatu aliran. “Bukan, kami bukan pengikut aliran sesat,” jelas remaja putri yang enggan namanya dikorankan ini.
Disinggung terkait adanya sesajen khusus di sebelah kloset dan palinggih tersebut, menurut dia, tidak ada persembahan khusus. Keluarganya sembahyang seperti biasa menggunakan canang dan memuja Ida Batara Surya. Hanya saja, kata dia, setiap paginya kloset di sebelah Palinggih Padma tersebut disiram dengan air. Selain itu, di palinggih juga dihaturkan wedang (kopi).
Sejak beberapa hari terakhir, keluarga pemilik Palinggih Padma berisi kloset jongkok ini kerap didatangi pihak berwajib. Oleh petugas, keluarga yang dianggap ‘nyeleneh’ ini disarankan untuk membongkar kloset di sebelah palinggih tersebut. Karena itu, kloset tersebut akhirnya ditutup dan diganti menggunakan payuk (priyuk). “Baru tadi siang (kemarin) diganti menggunakan payuk,” tutur remaja berusia 18 tahun ini.
Disinggung terkait ritual nunas tirta yang menggunakan tangan kiri, menurut gadis ini, penggunaan tangan kiri hanya sewaktu-waktu saja. Baginya, antara tangan kanan dan kiri sama-sama suci. “Kedudukan tangan kanan maupun kiri sama saja. Tangan kanan toh juga dipakai mengambil bangke (mayat),” dalihnya.
Sementara itu, Ketua PHDI Kabupaten Bangli, I Nyoman Sukra, mengatakan persoalan palinggih yang di sebelahnya dipasangi kloset ini masih dalam pendalaman. Menurut Nyoman Sukra, masalah ini adalah ranahnya Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Keagamaan Masyarakat (PAKEM).
Tim PAKEM sendiri beranggotakan beberapa instansi terkait yang diketuai langsung oleh Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bangli. Menurut Nyoman Sukra, Tim PAKEM sudah mengambil langkah-langkah atas persoalan palinggih berisi kloset di Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli ini.
Untuk tahap pertama, kata dia, dilakukan pendataan. Terungkap, membangun palinggih bersebelahan dengan kloset ini merupakan aliran Bija Kuning. “Tahap pertama dilakukan pendataan. Buat sementara, kasus ini kami temukan di wilayah Kelurahan Kawan dan Desa Bantang,” jelas Nyoman Sukra saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Bangli, Jumat kemarin.
Untuk tahap kedua, kata Nyoman Sukra, dilakukan pendekatan terhadap keluarga yang memiliki palinggih berisi kloset. Menurut Nyoman Sukra, kebaradaan palinggih berisi kloset ini memang cukup meresahkan masyarakat.
“Memang ini awalnya berdasarkan laporan dari masyarakat. Kemudian, tim langsung menindaklanjutinya. Dari pendekatan yang telah dilakukan, pemilik palinggih sudah membongkar kloset tersebut dan menggantinya dengan payuk,” tandas Nyoman Sukra seraya menyebut dari pendekatan yang dilakukan, pemilik palinggih berisi kloset mengakui tindakan nyelenh dilakukan karena pawisik.
Sedangkan untuk tahap ketiga, kata Nyoman Sukra, adalah dilakukan pembinaan. Karena ini adalah umat Hindu, maka pembinaan dilakukan oleh PHDI. Sebelum dilakukan pembinaan lebih lanjut, lebih dulu dilakukan pendataan. Pasalnya, di tempat lain juga dimungkinkan masih ada kasus serupa. “Kami lakukan pendataan dulu, setelah itu baru dilakukan pembinaan,” papar Ketua PHDI yang juga yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bangli ini.
Sebelumnya, juga sempat beredar foto Palinggih Padma berisi kloset yang tersebar melalui media sosial, sejak sebulan lalu. Salah satu foto itu disebut-sebut diambil dari kawasan Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem. Seiring merebaknya foto tersebut, menggelinding pula isu penistaan agama dari aliran Bija Kuning.
Namun, Bendesa Adat Padangbai, I Komang Nuriada, menegaskan foto palinggih bersebelahan dengan kloset itu adalah hoax. Menurut Komang Nuriada, di wewidangan desanya tidak ada kejadian seperti itu. “Saya telah telusuri di wilayah Desa Padangbai seperti yang disebutkan di medsos itu. Mengatasnamakan di Desa Padangbai sama artinya mencemarkan nama Desa Padangbai, itu hoax,” tegas Komang Nuriada, Rabu (29/1) lalu. *esa
Saat ditemui NusaBali, Jumat (31/1), salah satu anggota keluarga pemilik palinggih berisi kloset jongkok di Kelurahan Kawan, Kota Bangli mengatakan Palinggih Padmasana tersebut dibangun setelah ibunya sembuh dari sakit. Remaja tamatan SMK ini mengungkapkan, awalnya keluarga pergi ke kawasan Desa Bantang, Kecamatan Kintamani, Bangli. Disana, mereka sembahyang di sebuah Palinggih Padmasana yang juga ada klosetnya.
“Setelah sembahyang di palinggih yang ada klosetnya di Desa Bantang itu, syukur ibu saya sembuh dan sakitnya tidak pernah kambuh. Padahal, sebelumnya ibu saya hampir setiap minggu pergi ke dokter untuk berobat,” katanya.
Kemudian, lanjut dia, dibangunlah Palinggih Padma di rumahnya. Nah, di sebelah Palinggih Padma tersebut dipasang sebuah kloset, karena keluarganya memiliki keyakinan bahwa Ida Batara Sesuhunan ibarat manusia, yang juga membutuhkan toilet. “Ibaratkan seperti kita, yang Ida Sesuhunan juga membutuhkan toilet,” katanya.
Disebutkan, Palinggih Padma yang ada kloset duduk di sebelahnya tersebut sudah dibangun 2 tahun lalu. Dia membantah keluarganya membangun palinggih berisi kloset karena mengikuti suatu aliran. “Bukan, kami bukan pengikut aliran sesat,” jelas remaja putri yang enggan namanya dikorankan ini.
Disinggung terkait adanya sesajen khusus di sebelah kloset dan palinggih tersebut, menurut dia, tidak ada persembahan khusus. Keluarganya sembahyang seperti biasa menggunakan canang dan memuja Ida Batara Surya. Hanya saja, kata dia, setiap paginya kloset di sebelah Palinggih Padma tersebut disiram dengan air. Selain itu, di palinggih juga dihaturkan wedang (kopi).
Sejak beberapa hari terakhir, keluarga pemilik Palinggih Padma berisi kloset jongkok ini kerap didatangi pihak berwajib. Oleh petugas, keluarga yang dianggap ‘nyeleneh’ ini disarankan untuk membongkar kloset di sebelah palinggih tersebut. Karena itu, kloset tersebut akhirnya ditutup dan diganti menggunakan payuk (priyuk). “Baru tadi siang (kemarin) diganti menggunakan payuk,” tutur remaja berusia 18 tahun ini.
Disinggung terkait ritual nunas tirta yang menggunakan tangan kiri, menurut gadis ini, penggunaan tangan kiri hanya sewaktu-waktu saja. Baginya, antara tangan kanan dan kiri sama-sama suci. “Kedudukan tangan kanan maupun kiri sama saja. Tangan kanan toh juga dipakai mengambil bangke (mayat),” dalihnya.
Sementara itu, Ketua PHDI Kabupaten Bangli, I Nyoman Sukra, mengatakan persoalan palinggih yang di sebelahnya dipasangi kloset ini masih dalam pendalaman. Menurut Nyoman Sukra, masalah ini adalah ranahnya Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Keagamaan Masyarakat (PAKEM).
Tim PAKEM sendiri beranggotakan beberapa instansi terkait yang diketuai langsung oleh Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bangli. Menurut Nyoman Sukra, Tim PAKEM sudah mengambil langkah-langkah atas persoalan palinggih berisi kloset di Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli ini.
Untuk tahap pertama, kata dia, dilakukan pendataan. Terungkap, membangun palinggih bersebelahan dengan kloset ini merupakan aliran Bija Kuning. “Tahap pertama dilakukan pendataan. Buat sementara, kasus ini kami temukan di wilayah Kelurahan Kawan dan Desa Bantang,” jelas Nyoman Sukra saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Bangli, Jumat kemarin.
Untuk tahap kedua, kata Nyoman Sukra, dilakukan pendekatan terhadap keluarga yang memiliki palinggih berisi kloset. Menurut Nyoman Sukra, kebaradaan palinggih berisi kloset ini memang cukup meresahkan masyarakat.
“Memang ini awalnya berdasarkan laporan dari masyarakat. Kemudian, tim langsung menindaklanjutinya. Dari pendekatan yang telah dilakukan, pemilik palinggih sudah membongkar kloset tersebut dan menggantinya dengan payuk,” tandas Nyoman Sukra seraya menyebut dari pendekatan yang dilakukan, pemilik palinggih berisi kloset mengakui tindakan nyelenh dilakukan karena pawisik.
Sedangkan untuk tahap ketiga, kata Nyoman Sukra, adalah dilakukan pembinaan. Karena ini adalah umat Hindu, maka pembinaan dilakukan oleh PHDI. Sebelum dilakukan pembinaan lebih lanjut, lebih dulu dilakukan pendataan. Pasalnya, di tempat lain juga dimungkinkan masih ada kasus serupa. “Kami lakukan pendataan dulu, setelah itu baru dilakukan pembinaan,” papar Ketua PHDI yang juga yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bangli ini.
Sebelumnya, juga sempat beredar foto Palinggih Padma berisi kloset yang tersebar melalui media sosial, sejak sebulan lalu. Salah satu foto itu disebut-sebut diambil dari kawasan Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem. Seiring merebaknya foto tersebut, menggelinding pula isu penistaan agama dari aliran Bija Kuning.
Namun, Bendesa Adat Padangbai, I Komang Nuriada, menegaskan foto palinggih bersebelahan dengan kloset itu adalah hoax. Menurut Komang Nuriada, di wewidangan desanya tidak ada kejadian seperti itu. “Saya telah telusuri di wilayah Desa Padangbai seperti yang disebutkan di medsos itu. Mengatasnamakan di Desa Padangbai sama artinya mencemarkan nama Desa Padangbai, itu hoax,” tegas Komang Nuriada, Rabu (29/1) lalu. *esa
Komentar