BELAJAR DARI SIFAT AIR
Krama Hindu Bali umumnya hanya mengenal satu sifat air, yaitu air bersih. Air bersih amat dibutuhkan, apalagi saat musim panas yang berkepanjangan.
Air sungai, danau, atau mata air menyusut drastis. Krama Bali kelimpungan untuk memeroleh air bersih. Pemerintah bergeming untuk menyediakan air bersih untuk masyarakat. Menurut Yogeshwara Rajayocharya, Shri Yogeshwaranand Parmahans, air memiliki 10 (sepuluh) sifat. Air bersih hanya bentuk kasar, sedangkan bentuk halusnya terdiri dari sepuluh sifat.
Pertama, air memiliki kehalusan, sehingga memungkinkan untuk menyusup masuk ke celah bumi. Air hadir dalam setiap partikel bumi. Apapun yang keras dapat dilunakkan dengan air. Misalnya, tanah kering dapat diliatkan dengan menambahkan air; kemudian, tanah liat dapat dibentuk menjadi berbagai keramik yang indah. Padang savana bila dialiri air akan menjadi subur, sehingga berbagai tumbuhan dapat tumbuh. Apabila sifat air ini dipahami, maka reformasi pendidikan dapat diarahkan ke sifat pertama air tersebut.
Kedua, air dapat mencerahkan. Apabila, batu akik digosok dengan bantuan air secara konstan, maka batu akik yang keras itu akan berbentuk dan berkilau. Tanah liat kasar, jika diberi air yang cukup, maka ia akan menjadi lembut dan lentur. Semua kelembutan dapat tercipta karena sifat air ditambahkan. Apabila sifat air ke-dua ini diterapkan dalam kepemimpinan, maka seua konflik yang keras dapat dilembutkan dan diberikan solusinya, tanpa harus menimbulkan masalah baru di pakraman.
Ketiga, air memiliki sifat elastis. Elasitasnya dapat dipahami ketika bumi yang kering dibuat subur. Beban berat dapat mengambang ketika air diakumulasi. Misalnya, kapal bermuatan barang berton-ton dibuat tidak tenggelam di laut; betapa kasarnya garam atau padatnya gula akan menjadi lunak karena campur tangan air! Air selalu bersifat kontekstual, karena air selalu dapat menyesuaikan diri sesuai dengan ruang dan tempat. Air dapat ditampung dalam galon, mangkok, cangkir, atau gelas dalam bentuk dan ukuran berbeda! Sifat air ini yang dibudayakan oleh krama Bali dari dulu, ia ramah dengan semua suku, ras maupun agama di dunia, tidak perlu dipolitisasi!
Ke-empat, air lebih berat dari minyak dan ketika air dicampur minyak, maka air memisahkan diri di bawah. Air memiliki daya mengapungkan beban berat. Semakin banyak jumlah air, semakin kuat dayanya. Udara dan api tidak memiliki daya seperti air; udara pengap menyesakkan paru-paru dan api yang besar melalap bumi beserta isinya. Sebaliknya, hujan yang lebat memadamkan kebakaran hutan. Kebudayaan Bali memiliki sifat air, karena ia telah mampu mengangkat seni dan budaya ke seluruh jendela dunia.
Ke-lima, air memiliki sifat cemerlang. Badan yang kotor dan lusuh disegarkan oleh air. Tumbuhan dan tanaman apapun disuburkan oleh sentuhan air. Kearifan lokal Bali memiliki kecemerlangan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Kecermerlangan pariwisata budaya tidak perlu digantikan dengan keramahan. Keramahan sudah mendarah-daging atau mengurat-akar pada pikiran, perkataan, dan perilaku kebudayaan Bali yang adiluhung.
Ke-enam, kualitas ir bersifat alami, bukan rekayasa. Sifat air ini telah dimiliki oleh keaslian budaya leluhur Bali. Bali sudah dikenal secara sinkronik maupun diakronik sebagai masyarakat plural, yang menghargai dan menghormati pluralitas suku, ras, maupun agama.
Ke-tujuh, air bersifat sejuk dan menyenangkan. Air memiliki sifat melindungi dan memberi nutrisi; tidak seperti api yang menghanguskan. Sistem sosial dan budaya krama Bali telah melindungi kelestarian aset dari agresi budaya asing sampai saat ini. Ke-delapan, air memberi bentuk apasaja yang belum berbentuk. Seniman ukir, tari, dan kerawitan telah banyak menyipta kreasi menakjubkan. Ke-sembilan, air membersihkan dan menyucikan kekotoran badani dan rohani. Tirta adalah air yang menyucikan pikiran agar dapat menyatu dengan Brahman. Dan, ke-sepuluh, air memberi perlindungan dari dahaga dan dehidrasi. Agama dan budaya Hindu mengalir bagai air, alami tanpa terhenti oleh siapapun atau apapun. Demikianlah sifat air yang telah menjiwai pariwisata budaya Bali.
Prof.Dewa Komang Tantra,MSc.,Ph.D.
(Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya)
Komentar