Jelang Galungan, Harga Cabai Tembus Rp 85 Ribu/Kg
Warga Diminta Manfaatkan Pekarangan
Menjelang Hari Raya Galungan pada 19 Februari mendatang, harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Jembrana semakin pedas.
NEGARA, NusaBali
Seperti terpantau di Pasar Umum Negara, Kelurahan Pendem, Kecamatan Negara, Jembrana, Senin (3/2). Harga cabai rawit yang normalnya berkisar Rp 30 ribu per kilogram, melambung hingga Rp 85 ribu per kg. Begitu juga dengan harga cabai besar menembus Rp 65 ribu per kg.
Selain harga cabai, sejumlah pedagang di pasar tradisional terbesar di Kabupaten Jembrana, ini mengakui juga terjadi kenaikan harga sejumlah komoditas bumbu dapur. Di antaranya bawang putih yang melonjak sampai Rp 50 ribu per kg dari sebelumnya berkisar Rp 30 ribu per kg. Sedangkan bawan merah di kisaran Rp 28 ribu per kg dari sebelumnya Rp 25 ribu per kg. “Naiknya sudah mulai sebulanan. Yang paling terasa cabai rawit,” kata I Komang Suardana, 45, pedagang di Pasar Umum Negara.
Sepekan sebelumnya, lanjut Suardana, harga cabai rawit sudah menembus Rp 70 ribu per kg. Seiring menipisnya pasokan dari Jawa, harganya pun semakin melambung, dan kini menembus Rp 85 ribu per kg. “Naiknya seketika. Pasokan seret dari Jawa. Informasinya karena pengaruh cuaca kurang bagus, banyak tanaman rusak, makanya mahal. Ini kami juga belum tahu kapan normal kembali,” ucapnya.
Akibat lonjakan harga tersebut, permintaan konsumen dirasakan semakin berkurang. Konsumen dari kalangan rumah tangga yang biasa membeli satu kg, akhirnya mengurangi porsi menjadi setengah kg. “Kalau yang dulu biasa beli sekilo, sekarang paling ngambil setengah. Yang ngambil setengah jadi seperempat. Karena permintaan berkurang, ya saya juga kurangi stok. Takut kalau kebanyakan malah busuk,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana I Komang Agus Adinata, Senin kemarin, mengatakan kenaikan harga cabai maupun sejumlah komoditas bumbu dapur tidak hanya terjadi di Jembrana. Tetapi juga di daerah-daerah lain, karena faktor cuaca ekstrem. “Karena cuaca, di samping menjelang hari raya. Komoditas bumbu dapur kan memang sering harganya fluktuatif, karena sangat dipengaruhi kondisi panen di petani. Kalau banyak, ya pasti normal,” ujarnya.
Mengantisipasi kenaikan harga komoditas bumbu dapur, Adinata mengatakan pemerintah telah menggalakkan program Gerakan Membangun Sistem Intensifikasi Pekarangan (Gerbang Si Intan). Masing-masing warga diminta menanam tanaman bumbu dapur seperti cabai, termasuk sayur mayur ataupun buah-buahan di pekarangan rumah, untuk memenuhi kebutuhan di masing-masing rumah tangga. Jika tidak mempunyai areal pekarangan yang luas, bisa dengan cara menanam dalam pot (melapot). “Paling tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan dapur masing-masing. Itu bisa sangat bermanfaat ketika terjadi kenaikan harga cabai seperti sekarang,” ucapnya. *ode
Selain harga cabai, sejumlah pedagang di pasar tradisional terbesar di Kabupaten Jembrana, ini mengakui juga terjadi kenaikan harga sejumlah komoditas bumbu dapur. Di antaranya bawang putih yang melonjak sampai Rp 50 ribu per kg dari sebelumnya berkisar Rp 30 ribu per kg. Sedangkan bawan merah di kisaran Rp 28 ribu per kg dari sebelumnya Rp 25 ribu per kg. “Naiknya sudah mulai sebulanan. Yang paling terasa cabai rawit,” kata I Komang Suardana, 45, pedagang di Pasar Umum Negara.
Sepekan sebelumnya, lanjut Suardana, harga cabai rawit sudah menembus Rp 70 ribu per kg. Seiring menipisnya pasokan dari Jawa, harganya pun semakin melambung, dan kini menembus Rp 85 ribu per kg. “Naiknya seketika. Pasokan seret dari Jawa. Informasinya karena pengaruh cuaca kurang bagus, banyak tanaman rusak, makanya mahal. Ini kami juga belum tahu kapan normal kembali,” ucapnya.
Akibat lonjakan harga tersebut, permintaan konsumen dirasakan semakin berkurang. Konsumen dari kalangan rumah tangga yang biasa membeli satu kg, akhirnya mengurangi porsi menjadi setengah kg. “Kalau yang dulu biasa beli sekilo, sekarang paling ngambil setengah. Yang ngambil setengah jadi seperempat. Karena permintaan berkurang, ya saya juga kurangi stok. Takut kalau kebanyakan malah busuk,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana I Komang Agus Adinata, Senin kemarin, mengatakan kenaikan harga cabai maupun sejumlah komoditas bumbu dapur tidak hanya terjadi di Jembrana. Tetapi juga di daerah-daerah lain, karena faktor cuaca ekstrem. “Karena cuaca, di samping menjelang hari raya. Komoditas bumbu dapur kan memang sering harganya fluktuatif, karena sangat dipengaruhi kondisi panen di petani. Kalau banyak, ya pasti normal,” ujarnya.
Mengantisipasi kenaikan harga komoditas bumbu dapur, Adinata mengatakan pemerintah telah menggalakkan program Gerakan Membangun Sistem Intensifikasi Pekarangan (Gerbang Si Intan). Masing-masing warga diminta menanam tanaman bumbu dapur seperti cabai, termasuk sayur mayur ataupun buah-buahan di pekarangan rumah, untuk memenuhi kebutuhan di masing-masing rumah tangga. Jika tidak mempunyai areal pekarangan yang luas, bisa dengan cara menanam dalam pot (melapot). “Paling tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan dapur masing-masing. Itu bisa sangat bermanfaat ketika terjadi kenaikan harga cabai seperti sekarang,” ucapnya. *ode
1
Komentar