Kemenpar Gelar Rakor MICE di Bali
Di tengah kecemasan dunia perhotelan nasional yang terdampak pemangkasan APBN-P sebesar Rp 133,8 triliun, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berupaya melakukan peningkatan kontribusi MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition/event) dari kalangan wisatawan domestik.
MANGUPURA, NusaBali
“Pemerintah telah menempatkan MICE sebagai produk unggulan pariwisata nasional karena kontribusinya selama ini sangat signifikan, dan mendorong peningkatan wisatawan domestik,” kata Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah Tazbir, saat membuka Rakor di Grand Mega Bali di Kuta, Rabu (10/8).
Dari data yang ada, kontribusi MICE memang masuk dalam lima teratas dalam mendatangkan wisatawan, selain wisata belanja dan kuliner, wisata heritage dan religi, wisata bahari, serta wisata olahraga. Kontribusi MICE,menurut Tazbir, di kisaran 5 persen, dan angka ini pada 2019 diharapkan sudah menembus 10 persen.
Saat ini Indonesia berdasar data ICCA (International Congress and Convention Association), berada di posisi 42 dunia dan 12 untuk kawasan Asia Pasifik. “Selain pertumbuhannya yang meningkat, daya saing di tingkat global harus juga ditingkatkan,” pesan Tazbir.
Kini dengan kondisi dikuranginya APBN-P, kegiatan MICE yang melibatkan negara ASEAN dan kawasan Asia Pasifik menjadi bidikan Kemenpar. Rakor MICE yang diselenggarakan di Bali ini diharapkan oleh Kemenpar menjadi langkah konkret pemerintah dalam memprioritaskan pengembangan pariwisata serta mendapatkan standar dan prosedur dalam menjalankan kegiatan MICE. “Harapannya terjadi sinkronisasi antar-pelaku kegiatan MICE, baik di daerah dan pusat dan dalam negeri agar bisa memenangkan persaingan bisnis MICE di ASEAN dan Asia Pasifik,” kata Tazbir.
Posisi Indonesia sebenarnya sudah meningkat delapan strip di kawasan Asia Pasifik. Indikasi ini juga diikuti oleh rancangan jumlah event yang meningkat dari 76 event menjadi 150 event pada 2019 mendatang. “Kontribusi MICE terhadap perolehan devisa juga sangat signifikan. Diproyeksikan devisa mencapai 2,5 miliar dolar AS pada tahun ini. Kondisi ini menjadikan sektor pariwisata sebagai penggerak perekonomian nasional,” kata Tazbir.
Sementara itu Nyoman Wardawan, selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Bali, mengakui kontribusi MICE terhadap peningkatan kunjungan wisatawan di Bali cukup signifikan, yakni, antara 30-40 persen. “Ke depan perlu dipertahankan dan ditingkatkan, karena spending wisatawan MICE ini ternyata lebih besar dibandingkan wisatawan leisure,” tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa masih banyak kendala dalam industri MICE di Bali dan Indonesia. Di antaranya, kurangnya awareness destinasi wisata akan pentingnya MICE. “Kita mesti terus melakukan promosi secara berkelanjutan ke manca negara karena persaingan sekarang sudah sangat ketat,” tuturnya.
Rakor MICE ini menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan praktisi dan akademisi antara lain Ketua Umum DPP INCCA (Indonesia Congress and Convention Association) Ibal Alam Abdullah, lalu ada Ida Bagus Lolec yangh dikenal sebagai praktisi dan pelaku bisnis MICE. * cr64
“Pemerintah telah menempatkan MICE sebagai produk unggulan pariwisata nasional karena kontribusinya selama ini sangat signifikan, dan mendorong peningkatan wisatawan domestik,” kata Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah Tazbir, saat membuka Rakor di Grand Mega Bali di Kuta, Rabu (10/8).
Dari data yang ada, kontribusi MICE memang masuk dalam lima teratas dalam mendatangkan wisatawan, selain wisata belanja dan kuliner, wisata heritage dan religi, wisata bahari, serta wisata olahraga. Kontribusi MICE,menurut Tazbir, di kisaran 5 persen, dan angka ini pada 2019 diharapkan sudah menembus 10 persen.
Saat ini Indonesia berdasar data ICCA (International Congress and Convention Association), berada di posisi 42 dunia dan 12 untuk kawasan Asia Pasifik. “Selain pertumbuhannya yang meningkat, daya saing di tingkat global harus juga ditingkatkan,” pesan Tazbir.
Kini dengan kondisi dikuranginya APBN-P, kegiatan MICE yang melibatkan negara ASEAN dan kawasan Asia Pasifik menjadi bidikan Kemenpar. Rakor MICE yang diselenggarakan di Bali ini diharapkan oleh Kemenpar menjadi langkah konkret pemerintah dalam memprioritaskan pengembangan pariwisata serta mendapatkan standar dan prosedur dalam menjalankan kegiatan MICE. “Harapannya terjadi sinkronisasi antar-pelaku kegiatan MICE, baik di daerah dan pusat dan dalam negeri agar bisa memenangkan persaingan bisnis MICE di ASEAN dan Asia Pasifik,” kata Tazbir.
Posisi Indonesia sebenarnya sudah meningkat delapan strip di kawasan Asia Pasifik. Indikasi ini juga diikuti oleh rancangan jumlah event yang meningkat dari 76 event menjadi 150 event pada 2019 mendatang. “Kontribusi MICE terhadap perolehan devisa juga sangat signifikan. Diproyeksikan devisa mencapai 2,5 miliar dolar AS pada tahun ini. Kondisi ini menjadikan sektor pariwisata sebagai penggerak perekonomian nasional,” kata Tazbir.
Sementara itu Nyoman Wardawan, selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Bali, mengakui kontribusi MICE terhadap peningkatan kunjungan wisatawan di Bali cukup signifikan, yakni, antara 30-40 persen. “Ke depan perlu dipertahankan dan ditingkatkan, karena spending wisatawan MICE ini ternyata lebih besar dibandingkan wisatawan leisure,” tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa masih banyak kendala dalam industri MICE di Bali dan Indonesia. Di antaranya, kurangnya awareness destinasi wisata akan pentingnya MICE. “Kita mesti terus melakukan promosi secara berkelanjutan ke manca negara karena persaingan sekarang sudah sangat ketat,” tuturnya.
Rakor MICE ini menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan praktisi dan akademisi antara lain Ketua Umum DPP INCCA (Indonesia Congress and Convention Association) Ibal Alam Abdullah, lalu ada Ida Bagus Lolec yangh dikenal sebagai praktisi dan pelaku bisnis MICE. * cr64
1
Komentar