Badung Siapkan Tim, Periksa Daging Babi Jelang Galungan
Sebanyak 40 petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung bakal dikerahkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan daging babi saat Hari Raya Galungan.
MANGUPURA, NusaBali
Pemeriksaan ini untuk memastikan babi yang dipotong warga maupun rumah potong hewan aman dikonsumsi, terlebih merebak kasus kematian babi.
“Selain 40 petugas, kami juga akan dibantu oleh 100 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan (Universitas Udayana) untuk melakukan pemeriksaan,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gde Asrama, Rabu (5/2).
Para petugas ini nanti akan diterjunkan ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan sebelum babi dipotong (pemeriksaan antemortem) maupun setelah babi dipotong (pemeriksaan postmortem). “Jadi, nanti tim akan disebar di seluruh kecamatan se-Badung. Untuk pemeriksaan antemortem akan kami lakukan pada Minggu (16 Februari 2020) sebelum hewan dipotong. Atau bisa juga Sabtu (15 Februari 2020), kalau ada pemotongan hari Minggu,” ungkapnya.
Sesuai standar pemeriksaan antermortem, dilihat ciri-ciri fisik, termasuk sehat tidaknya hewan yang bakal dipotong. Sementara, pemeriksaan postmortem, lebih kepada pemeriksaan bagian organ dalam hewan seperti hati, limpa, dan paru. Jika tidak ditemukan penyakit, maka daging babi tersebut layak untuk dikonsumsi.
Pada bagian lain, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Badung dr I Gede Putra Suteja, menegaskan jika Pemkab Badung memberikan perhatian serius menyikapi kasus kematian babi yang marak. “Sebentar lagi Hair Raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi pasti masyarakat agak resah. Makanya Pak Sekda memerintahkan Dinas Pertanian dan Pangan Badung untuk bisa mengambil langkah-langkah penanganan,” bebernya.
Disinggung langkah-langkah yang akan diambil yakni melakukan sosialisasi terhadap peternak tentang kematian babi. Kedua, melaksanakan pencegahan, misalnya babi mati harus dikubur dan yang sakit dipisahkan dengan yang sehat. “Begitu juga biosekuriti atau pengamanan terhadap kandang, vaksinasi dan lain sebagainya juga ditingkatkan,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Badung.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Badung, total babi yang dilaporkan mati hingga 4 Februari 2020 mencapai 804 kasus. Paling banyak di Kecamatan Mengwi dan Kecamatan Abiansemal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, mengungkapkan sampel yang dikirim ke BB Vet Medan telah keluar. Hasilnya, negatif ASF. “Total kita mengirim 23 sampel, yang sudah keluar 16 sampel dan semuanya negatif,” ungkap Wijana.
Dari hasil uji Lab BB Vet Medan, kematian babi yang jumlahnya ratusan di Gumi Keris disebabkan oleh bakteri. “Informasinya penyebab bakteri dan bisa diobati,” ujar Wijana. Sayangnya, dia tidak menyebutkan bakteri yang dimaksud. *asa
“Selain 40 petugas, kami juga akan dibantu oleh 100 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan (Universitas Udayana) untuk melakukan pemeriksaan,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gde Asrama, Rabu (5/2).
Para petugas ini nanti akan diterjunkan ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan sebelum babi dipotong (pemeriksaan antemortem) maupun setelah babi dipotong (pemeriksaan postmortem). “Jadi, nanti tim akan disebar di seluruh kecamatan se-Badung. Untuk pemeriksaan antemortem akan kami lakukan pada Minggu (16 Februari 2020) sebelum hewan dipotong. Atau bisa juga Sabtu (15 Februari 2020), kalau ada pemotongan hari Minggu,” ungkapnya.
Sesuai standar pemeriksaan antermortem, dilihat ciri-ciri fisik, termasuk sehat tidaknya hewan yang bakal dipotong. Sementara, pemeriksaan postmortem, lebih kepada pemeriksaan bagian organ dalam hewan seperti hati, limpa, dan paru. Jika tidak ditemukan penyakit, maka daging babi tersebut layak untuk dikonsumsi.
Pada bagian lain, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Badung dr I Gede Putra Suteja, menegaskan jika Pemkab Badung memberikan perhatian serius menyikapi kasus kematian babi yang marak. “Sebentar lagi Hair Raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi pasti masyarakat agak resah. Makanya Pak Sekda memerintahkan Dinas Pertanian dan Pangan Badung untuk bisa mengambil langkah-langkah penanganan,” bebernya.
Disinggung langkah-langkah yang akan diambil yakni melakukan sosialisasi terhadap peternak tentang kematian babi. Kedua, melaksanakan pencegahan, misalnya babi mati harus dikubur dan yang sakit dipisahkan dengan yang sehat. “Begitu juga biosekuriti atau pengamanan terhadap kandang, vaksinasi dan lain sebagainya juga ditingkatkan,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Badung.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Badung, total babi yang dilaporkan mati hingga 4 Februari 2020 mencapai 804 kasus. Paling banyak di Kecamatan Mengwi dan Kecamatan Abiansemal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, mengungkapkan sampel yang dikirim ke BB Vet Medan telah keluar. Hasilnya, negatif ASF. “Total kita mengirim 23 sampel, yang sudah keluar 16 sampel dan semuanya negatif,” ungkap Wijana.
Dari hasil uji Lab BB Vet Medan, kematian babi yang jumlahnya ratusan di Gumi Keris disebabkan oleh bakteri. “Informasinya penyebab bakteri dan bisa diobati,” ujar Wijana. Sayangnya, dia tidak menyebutkan bakteri yang dimaksud. *asa
Komentar