Asyiknya Mebasa Bali Lewat Lomba Mesatua Banyol
Penggak Men Mersi Selenggarakan Kegiatan Parasara
Membudayakan berbahasa Bali pada generasi muda sesungguhnya bisa dimulai dengan hal-hal yang sederhana.
DENPASAR, NusaBali
Misalnya saja, lomba mesatua banyol yang diadakan oleh Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Kesiman serangkaian kegiatan Pekan Generasi Sadar Aksara (Parasara) pada 8-9 Februari 2020 mendatang. Kegiatan lomba mesatua banyol yang dipusatkan di rumah budaya tersebut akan melibatkan pelajar SMP, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar.
Kelian Penggak Men Mersi, Kedek Wahyudita, mengatakan lomba mesatua banyol diadakan pada 8 Februari khusus ditujukan untuk tingkat SMP dengan mengangkat tema ‘Melajah Mabasa Bali Mapiranti Mesatua Bali’. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah tentang pelaksanaan Bulan Bahasa Bali dan mendukung Program Kota Denpasar sebagai Kota Kreatif yang berwawasan Budaya. Hingga saat ini sudah ada 12 peserta yang mendaftar. Pendaftaran dibuka sampai, Kamis (5/2) hari ini.
“Kami berusaha menyosialisasikan bahasa, aksara dan sastra dengan cara sederhana. Dalam mesatua banyol ini, anak-anak ada kebebasan menggunakan kosa kata bahasa sesuai dengan minat mereka. Jadi ada pola yang tidak mencekam. Biar mereka happy,” ujarnya di sela-sela teknical meeting, Rabu (5/2).
Syaratnya, peserta merupakan siswa SMP kelas VII sampai IX yang wajib menyajikan sebuah garapan pertunjukan drama lucu yang sumber cerita dapat digali dari cerita, satua Bali yang telah ada atau pun dibuat baru. Masing-masing peserta menyajikan garapan dengan durasi 5-10 menit. “Materi dagelan atau banyolan tidak boleh mengandung unsur porno dan SARA. Garapan diwajibkan menggunakan bahasa Bali. Setiap kelompok dibatasi antara 3 sampai 5 orang dengan iringan musik live atau playback. Satua yang diiringi instrumen musik memiliki bobot penilaian yang lebih tinggi,” jelasnya.
Sedangkan untuk kostum, diperkenankan menyesuaikan kebutuhan garapan dan disiapkan sendiri oleh peserta. Ide dan konsepnya harus jelas, demikian juga bentuknya mesti mempertimbangkan teknik, komposisi, dan kreativitas. Penampilan juga harus mpertimbangkan ekspresi, keutuhan, rias, busana, dan keharmonisan. Masing-masing pemenang nantinya akan mendapatkan piagam penghargaan dan uang tunai untuk juara I, II dan juara III.
Selain kegiatan lomba mesatua banyol pada 8 Februari, kegiatan Parasara juga diisi dengan workshop permainan yang melibatkan peserta dari guru-guru di Denpasar pada 9 Februari dipusatkan di tempat yang sama. Workshop akan menghadirkan Made Taro, tokoh dan pelestari permainan tradisional anak.
Dalam workshop tersebut akan diungkap cara menyosialisasikan bahasa Bali dengan permainan. “Kami juga didukung Media Suara Saking Bali untuk diskusi santai soal sastra modern dari perspektif lontar. Dalam diskusi nanti pun akan menggunakan bahasa Bali kepara, yakni bahasa Bali yang digunakan sehari-hari,” tambahnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, I Wayan Gunawan, mengapresiasi diselenggarakannya kegiatan Parasara yang digagas oleh Penggak Men Mersi. Pihaknya berharap melalui kegiatan ini, mampu menumbuhkan minat generasi muda pada sastra Bali. “Kami mendukung penuh gelaran Parasara ini sehingga nantinya mampu memberi pendidikan karakter pada generasi di tengah era milenial saat ini,” ucapnya. *ind
Kelian Penggak Men Mersi, Kedek Wahyudita, mengatakan lomba mesatua banyol diadakan pada 8 Februari khusus ditujukan untuk tingkat SMP dengan mengangkat tema ‘Melajah Mabasa Bali Mapiranti Mesatua Bali’. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah tentang pelaksanaan Bulan Bahasa Bali dan mendukung Program Kota Denpasar sebagai Kota Kreatif yang berwawasan Budaya. Hingga saat ini sudah ada 12 peserta yang mendaftar. Pendaftaran dibuka sampai, Kamis (5/2) hari ini.
“Kami berusaha menyosialisasikan bahasa, aksara dan sastra dengan cara sederhana. Dalam mesatua banyol ini, anak-anak ada kebebasan menggunakan kosa kata bahasa sesuai dengan minat mereka. Jadi ada pola yang tidak mencekam. Biar mereka happy,” ujarnya di sela-sela teknical meeting, Rabu (5/2).
Syaratnya, peserta merupakan siswa SMP kelas VII sampai IX yang wajib menyajikan sebuah garapan pertunjukan drama lucu yang sumber cerita dapat digali dari cerita, satua Bali yang telah ada atau pun dibuat baru. Masing-masing peserta menyajikan garapan dengan durasi 5-10 menit. “Materi dagelan atau banyolan tidak boleh mengandung unsur porno dan SARA. Garapan diwajibkan menggunakan bahasa Bali. Setiap kelompok dibatasi antara 3 sampai 5 orang dengan iringan musik live atau playback. Satua yang diiringi instrumen musik memiliki bobot penilaian yang lebih tinggi,” jelasnya.
Sedangkan untuk kostum, diperkenankan menyesuaikan kebutuhan garapan dan disiapkan sendiri oleh peserta. Ide dan konsepnya harus jelas, demikian juga bentuknya mesti mempertimbangkan teknik, komposisi, dan kreativitas. Penampilan juga harus mpertimbangkan ekspresi, keutuhan, rias, busana, dan keharmonisan. Masing-masing pemenang nantinya akan mendapatkan piagam penghargaan dan uang tunai untuk juara I, II dan juara III.
Selain kegiatan lomba mesatua banyol pada 8 Februari, kegiatan Parasara juga diisi dengan workshop permainan yang melibatkan peserta dari guru-guru di Denpasar pada 9 Februari dipusatkan di tempat yang sama. Workshop akan menghadirkan Made Taro, tokoh dan pelestari permainan tradisional anak.
Dalam workshop tersebut akan diungkap cara menyosialisasikan bahasa Bali dengan permainan. “Kami juga didukung Media Suara Saking Bali untuk diskusi santai soal sastra modern dari perspektif lontar. Dalam diskusi nanti pun akan menggunakan bahasa Bali kepara, yakni bahasa Bali yang digunakan sehari-hari,” tambahnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, I Wayan Gunawan, mengapresiasi diselenggarakannya kegiatan Parasara yang digagas oleh Penggak Men Mersi. Pihaknya berharap melalui kegiatan ini, mampu menumbuhkan minat generasi muda pada sastra Bali. “Kami mendukung penuh gelaran Parasara ini sehingga nantinya mampu memberi pendidikan karakter pada generasi di tengah era milenial saat ini,” ucapnya. *ind
Komentar