Perpaduan Apik Wayang, Drama, Karawitan, dan Tari Nusantara
Pentas Kolaborasi ISI Denpasar-ISI Jogjakarta-ISBI Bandung
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, ISI Jogjakarta, dan ISBI Bandung mementaskan seni pertunjukan bertajuk ‘Wadantara’ yang merupakan uji coba produk dari riset penugasan Program Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRU-PT) Bidang Fokus Humaniora, Seni Budaya dan Pendidikan Tahun 2019.
DENPASAR, NusaBali
Pertunjukan seni yang memadukan wayang, drama, karawitan, serta tarian Nusantara berjudul ‘Satria Nusantara Mahawira’ tersebut ditampilkan dengan apik di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Selasa (4/2) malam.
“Hibah penelitian ini untuk penciptaan karya seni pertunjukan. Menariknya, pertunjukan seni yang diciptakan dengan kolaborasi wayang, drama, tari dan karawitan dan dikemas dalam wadah Nusantara. Kita meyakini salah satu cara yang andal dalam merekatkan kebhinekaan adalah melalui seni budaya,” ujar Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum.
Dari sisi kolaborasi, kata Prof Arya sangat mencirikan Nusantara. Tidak hanya memasukkan seni tari dan karawitan Bali, namun juga memasukkan unsur kesenian Sunda, Papua, dan daerah lainnya. Tema Sumpah Palapa dipandang cocok untuk menggambarkan tema persatuan dan kesatuan Nusantara. “Harapan kami ke depan garapan-garapan seperti ini akan terus berkembang, dan seni bukan lagi hanya sebatas tontonan atau sesuatu yang menghibur, melainkan sebagai tuntunan dan makna kehidupan,” katanya.
Karya cipta seni pertunjukan Wadantara mengisahkan tentang Sumpah Palapa Gajah Mada yang menggetarkan bentangan kepulauan khatulistiwa. Sang Mahapatih Majapahit ini bertekad merajut kesatuan wilayah gemilang Nusantara.
Peristiwa dramatik Gajah Mada sebagai bingkai, membuka peluang besar mengembangkan berbagai potensi kelokalan Nusantara, baik Jawa, Sunda, maupun etnik lainnya di Indonesia. Perbedaan dapat dikolaborasikan menjadi kekuatan dan keindahan dengan cara menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menjadi bangsa yang kaya dan bersatu untuk membangun negara dan bangsa.
Dr Ni Luh Sustiawati MPd selaku ketua tim peneliti sekaligus pemenang hibah penelitian dari ISI Denpasar mengatakan, dari seni petunjukan Wadantara dapat diambil nilai moral dan pendidikan selama pertunjukan berlangsung. “Pertunjukan seni ini juga memberikan ruang kepada mahasiswa untuk berkreativitas dan menuangkan ide serta karyanya ke dalam seni pertunjukan,” ucapnya.
Sementara Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemenristek/BRIN RI, Prof Dr Ir Ocky Karna Radjasa, mengatakan Program Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRU-PT) Bidang Fokus Humaniora, Seni Budaya dan Pendidikan ini dimulai sejak tahun 2019 ditujukan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan NKRI yang dilandasi oleh toleransi bermasyarakat.
Karena itu, seni pertunjukan yang sarat dengan muatan budaya lokal dirasa cocok untuk menguatkan tujuan tersebut. “Sejak tahun lalu kami mendukung riset penugasan terkait bidang seni dan pendidikan. Jadi perguruan seni yang ditunjuk akan melakukan kajian tentang seni pertunjukan,” ujarnya. Ada lima perguruan tinggi seni yang mendapatkan hibah penelitian dari program KRU-PT Bidang Fokus Humaniora, Seni Budaya dan Pendidikan tahun 2019. Satu di antaranya adalah ISI Denpasar. Perguruan tinggi yang ditunjuk bertugas menghasilkan bentuk seni pertunjukan yang mengolaborasikan jenis kesenian dari multi etnis dalam satu kemasan seni pertunjukan wayang, drama, karawitan dan tari Nusantara dalam satu repertoar berjudul Seni Wadantara. *ind
“Hibah penelitian ini untuk penciptaan karya seni pertunjukan. Menariknya, pertunjukan seni yang diciptakan dengan kolaborasi wayang, drama, tari dan karawitan dan dikemas dalam wadah Nusantara. Kita meyakini salah satu cara yang andal dalam merekatkan kebhinekaan adalah melalui seni budaya,” ujar Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum.
Dari sisi kolaborasi, kata Prof Arya sangat mencirikan Nusantara. Tidak hanya memasukkan seni tari dan karawitan Bali, namun juga memasukkan unsur kesenian Sunda, Papua, dan daerah lainnya. Tema Sumpah Palapa dipandang cocok untuk menggambarkan tema persatuan dan kesatuan Nusantara. “Harapan kami ke depan garapan-garapan seperti ini akan terus berkembang, dan seni bukan lagi hanya sebatas tontonan atau sesuatu yang menghibur, melainkan sebagai tuntunan dan makna kehidupan,” katanya.
Karya cipta seni pertunjukan Wadantara mengisahkan tentang Sumpah Palapa Gajah Mada yang menggetarkan bentangan kepulauan khatulistiwa. Sang Mahapatih Majapahit ini bertekad merajut kesatuan wilayah gemilang Nusantara.
Peristiwa dramatik Gajah Mada sebagai bingkai, membuka peluang besar mengembangkan berbagai potensi kelokalan Nusantara, baik Jawa, Sunda, maupun etnik lainnya di Indonesia. Perbedaan dapat dikolaborasikan menjadi kekuatan dan keindahan dengan cara menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga menjadi bangsa yang kaya dan bersatu untuk membangun negara dan bangsa.
Dr Ni Luh Sustiawati MPd selaku ketua tim peneliti sekaligus pemenang hibah penelitian dari ISI Denpasar mengatakan, dari seni petunjukan Wadantara dapat diambil nilai moral dan pendidikan selama pertunjukan berlangsung. “Pertunjukan seni ini juga memberikan ruang kepada mahasiswa untuk berkreativitas dan menuangkan ide serta karyanya ke dalam seni pertunjukan,” ucapnya.
Sementara Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemenristek/BRIN RI, Prof Dr Ir Ocky Karna Radjasa, mengatakan Program Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRU-PT) Bidang Fokus Humaniora, Seni Budaya dan Pendidikan ini dimulai sejak tahun 2019 ditujukan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan NKRI yang dilandasi oleh toleransi bermasyarakat.
Karena itu, seni pertunjukan yang sarat dengan muatan budaya lokal dirasa cocok untuk menguatkan tujuan tersebut. “Sejak tahun lalu kami mendukung riset penugasan terkait bidang seni dan pendidikan. Jadi perguruan seni yang ditunjuk akan melakukan kajian tentang seni pertunjukan,” ujarnya. Ada lima perguruan tinggi seni yang mendapatkan hibah penelitian dari program KRU-PT Bidang Fokus Humaniora, Seni Budaya dan Pendidikan tahun 2019. Satu di antaranya adalah ISI Denpasar. Perguruan tinggi yang ditunjuk bertugas menghasilkan bentuk seni pertunjukan yang mengolaborasikan jenis kesenian dari multi etnis dalam satu kemasan seni pertunjukan wayang, drama, karawitan dan tari Nusantara dalam satu repertoar berjudul Seni Wadantara. *ind
Komentar