Peternak Ramai-ramai Jual Babi
Harga di Bawah Standar, Dampak Kasus Babi Mati Mendadak
Biasanya satu bulan menjelang Galungan sudah banyak yang mencari babi, kali ini belum ada, padahal Galungan sudah dekat.
DENPASAR, NusaBali
Kasus kematian babi secara mendadak mulai berdampak pada para peternak. Sejumlah peternak khawatir babinya mati mendadak, sehingga cepat-cepat dijual, meski harganya di bawah standar. Akibatnya, populasi babi di Denpasar turun hingga 50 persen. Bukan hanya karena babi mati mendadak, tapi lebih banyak akibat dijual.
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar, I Gede Ambara Putra, Rabu (5/2). Dikatakan, populasi babi di Denpasar mencapai 20.000 ekor dari 200 peternak yang ada. Namun, kini mengalami penurunan drastis hingga 50 persen.
Sedangkan untuk penambahan bibit babi yang baru, tidak dianjurkan, karena adanya kasus babi mati mendadak di beberapa lokasi. Meski sampai saat ini tidak ada lagi laporan adanya babi milik masyarakat yang kembali mati. Sementara itu, salah seorang peternak babi, Ketut Karta, yang ditemui di kandang babinya, di Jalan Hayam Wuruk Denpasar mengaku khawatir dengan adanya kasus babi yang mati mendadak.
Walaupun ternak babi yang dipeliharanya tidak ada yang mati. "Belum sampai di sini. Ada babi yang mati, tapi mati biasa karena sesak nafas, ini sudah dari dulu. Tidak seperti tempat lain seperti di Jimbaran, Badung yang babinya banyak mati," kata Karta.
Hanya, akibat kasus babi yang banyak mati ini berdampak pada penjualan. Setelah munculnya isu virus ASF (African swine fever virus) atau demam babi Afrika ini, jumlah pembeli babi sangat sedikit. Bahkan dirinya yang menjadi peternak babi sejak 10 tahun lalu, baru kali ini merasakan penjualan babi yang paling anjlok. "Sejak saya jadi peternak sekitar 10 tahun lalu, baru kali ini mengalami kondisi seperti sekarang,” ujarnya.
Karta mengatakan banyak peternak yang menjual babinya dengan harga murah karena takut terkena virus ASF. Ada yang jual Rp 23 ribu per kilogram, kalau harga hari-hari biasa kan kisaran Rp 25 ribu per kilogram. Dikhawatirkan pada saat Hari Raya Galungan nanti minat untuk mengkonsumsi daging babi juga akan turun. Karena biasanya satu bulan menjelang Galungan sudah banyak yang mencari babi, kali ini belum ada. Padahal, Galungan sudah dekat. ”Kalau dulu menjelang Galungan sudah banyak yang order. Dalam sehari bisa menjual sampai 10 ekor babi,” kenangnya.
Karta menambahkan, petugas dari Dinas Pertanian sering datang untuk mengecek kondisi ternaknya. Dirinya pun diminta lebih rajin melakukan penyemprotan kandang. Dia juga memberikan babinya vitamin B-Plek agar tak mudah terserang penyakit. *mis
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar, I Gede Ambara Putra, Rabu (5/2). Dikatakan, populasi babi di Denpasar mencapai 20.000 ekor dari 200 peternak yang ada. Namun, kini mengalami penurunan drastis hingga 50 persen.
Sedangkan untuk penambahan bibit babi yang baru, tidak dianjurkan, karena adanya kasus babi mati mendadak di beberapa lokasi. Meski sampai saat ini tidak ada lagi laporan adanya babi milik masyarakat yang kembali mati. Sementara itu, salah seorang peternak babi, Ketut Karta, yang ditemui di kandang babinya, di Jalan Hayam Wuruk Denpasar mengaku khawatir dengan adanya kasus babi yang mati mendadak.
Walaupun ternak babi yang dipeliharanya tidak ada yang mati. "Belum sampai di sini. Ada babi yang mati, tapi mati biasa karena sesak nafas, ini sudah dari dulu. Tidak seperti tempat lain seperti di Jimbaran, Badung yang babinya banyak mati," kata Karta.
Hanya, akibat kasus babi yang banyak mati ini berdampak pada penjualan. Setelah munculnya isu virus ASF (African swine fever virus) atau demam babi Afrika ini, jumlah pembeli babi sangat sedikit. Bahkan dirinya yang menjadi peternak babi sejak 10 tahun lalu, baru kali ini merasakan penjualan babi yang paling anjlok. "Sejak saya jadi peternak sekitar 10 tahun lalu, baru kali ini mengalami kondisi seperti sekarang,” ujarnya.
Karta mengatakan banyak peternak yang menjual babinya dengan harga murah karena takut terkena virus ASF. Ada yang jual Rp 23 ribu per kilogram, kalau harga hari-hari biasa kan kisaran Rp 25 ribu per kilogram. Dikhawatirkan pada saat Hari Raya Galungan nanti minat untuk mengkonsumsi daging babi juga akan turun. Karena biasanya satu bulan menjelang Galungan sudah banyak yang mencari babi, kali ini belum ada. Padahal, Galungan sudah dekat. ”Kalau dulu menjelang Galungan sudah banyak yang order. Dalam sehari bisa menjual sampai 10 ekor babi,” kenangnya.
Karta menambahkan, petugas dari Dinas Pertanian sering datang untuk mengecek kondisi ternaknya. Dirinya pun diminta lebih rajin melakukan penyemprotan kandang. Dia juga memberikan babinya vitamin B-Plek agar tak mudah terserang penyakit. *mis
1
Komentar