LENTERA: Uang yang Membahagiakan
PENULIS buku Zen Millionaire, Ken Honda, bercerita sedih, suatu hari ketika dia masih remaja melihat ayahnya menangis histeris di depan ibunya.
Tentu saja Ken merasa sangat aneh, terutama karena belum pernah melihat seorang pria Jepang menangis. Setelah suasananya tenang, ibunya yang bercerita bahwa mitra dagang ayahnya tidak saja bunuh diri, tapi juga menghabisi nyawa seluruh anggota keluarganya hanya karena kesulitan keuangan.
Jika di negeri kaya seperti Jepang saja, ada cerita horor yang berkaitan dengan uang, apa yang terjadi di negeri-negeri berkembang dengan kemampuan keuangan yang terbatas? Ringkasnya, ada banyak sekali energi ketakutan, kegelisahan, dan kehancuran di sekitar uang. Jika tidak belajar cerdas di depan uang, maka uang bisa membunuh banyak manusia.
Uang sebagai Sumber Bahaya
Di salah satu bagian buku Ken Honda, penulis cerdas ini menyimpulkan: “Bukan kelangkaan uang yang membunuh, tapi ketakutan berlebihan akan uang, itulah yang membunuh!” Dari sinilah muncul ide tentang happy money, uang yang membawa energi kebahagiaan. Bukan uang yang membawa energi ketakutan.
Sebagaimana terlihat di sana-sini, terutama di kelas-kelas meditasi, banyak sekali manusia yang memiliki hubungan tidak sehat dengan uang. Yang paling tidak sehat adalah memperlakukan uang sebagai segala-galanya, kemudian mengorbankan segalanya untuk uang. Ujungnya, sudah terlihat di banyak tempat, orang jenis ini nyaris semuanya roboh. Yang kurang sehat, banyak manusia yang malu membicarakan uang. Karena malu, kemudian ditutup-tutupi. Seperti api kecil yang disimpan lama di dalam, suatu hari jadi sangat membakar.
Agar para sahabat sehat selamat, mari belajar membangun hubungan yang sehat dengan uang. Ken Honda memperkenalkan pendekatan indah yang disebut harigato money, ucapkan terima kasih saat uang masuk. Ucapkan terima kasih juga pada saat uang keluar, terutama karena uang mirip makanan bagi tubuh. Manusia memasukkan makanan melalui mulut, mengeluarkan kotoran melalui (maaf) dubur. Keduanya berputar seimbang.
Sedihnya, terlalu banyak manusia hanya mengucapkan terima kasih saat uang masuk. Sebagian bahkan marah-marah ketika uang keluar. Itu mirip dengan manusia yang makan banyak, tapi tidak mengeluarkan kotoran sama sekali. Tentu saja tubuhnya dijangkiti berbagai penyakit. Dari sinilah awal dari uang yang membunuh, bukan uang yang membahagiakan. Dari sini juga kecerdasan uang sebaiknya dimulai. Persisnya, kecerdasan uang yang menyelamatkan kehidupan.
Uang sebagai Sumber Cahaya
Langkah praktisnya, ketika mendapat tagihan kartu kredit, misalnya, atau mau membayar cicilan rumah sebagai contoh lain, belajar tersenyum penuh rasa terima kasih pada tagihan yang datang. Seindah manusia yang berterima kasih pada kotoran yang keluar di kloset setiap hari. Untuk diendapkan lebih dalam, energi ketakutan mirip dengan lumpur kotor yang mengundang datangnya cacing kesialan. Begitu energi ketakutan menumpuk terlalu banyak di dalam, kecelakaan kehidupan sangat menakutkan bisa terjadi, sebagaimana cerita keluarga menyentuh di awal tulisan ini.
Agar sembuh dari ketakutan akan uang, seawal mungkin belajar mengucapkan terima kasih pada setiap tagihan yang datang. Sambil tentu saja terus berusaha untuk mendapatkan uang yang cukup untuk menghidupi diri dan keluarga. Banyak peneliti kebahagiaan sepakat uang lebih mudah datang kalau seseorang di dalamnya bahagia. Kualitas pelayanan, kualitas persahabatan, kualitas kerja semua dibikin lebih baik oleh keseharian yang penuh kebahagiaan.
Agar para sahabat tidak dibakar oleh keinginan berlebihan akan uang, layak diendapkan dalam-dalam, semua orang punya wadah (container) berbeda berkaitan dengan uang. Penelitian di Jepang mengungkapkan, 98 persen penerima lotre hidupnya justru kacau setelah menerima uang jauh melebihi di atas wadah atau kemampuan seseorang menyimpan uang. Ada yang cari istri kesekian, ada yang tenggelam di meja judi, ada yang dibunuh oleh konsumsi alkohol berlebihan.
Bekal spiritualnya, sebelum berumur 40 tahun, silakan berusaha untuk mendapatkan uang semampunya. Setelah melewati umur 40 tahun, belajar tahu diri dengan kontainer hidup masing-masing. Tidak banyak orang yang diberkahi sekaya Bill Gates, misalnya. Belajar mengalir dengan setiap putaran uang. Ingat ilmu harigato money: tersenyum penuh rasa terima kasih baik saat uang masuk maupun keluar.
Lebih dalam dari itu, perhatikan tanda-tanda peringatan dini tentang hubungan uang yang mulai tidak sehat. Dari frekuensi marah yang lebih sering, didatangi stres, sulit tidur, mimpi buruk, pasangan sering mengancam pisah, sampai anak-anak dikunjungi banyak masalah. Begitu tanda-tanda jenis ini sering datang, bekali diri dengan ilmu spiritual sederhana namun sangat menyelamatkan, yakni belajar berbahagia dengan apa-apa dan siapa-siapa yang telah Anda miliki.
Jika mau lebih dalam lagi, latih diri untuk merasa berkecukupan. Anehnya, kombinasi antara kebahagiaan dan rasa berkecukupan tidak saja membuat seseorang sembuh dari luka jiwa yang berkaitan dengan uang, tapi juga membuat seseorang menjadi magnet yang mengundang datangnya uang sesuai dengan besarnya kontainer masing-masing.
Sejujurnya, uang itu sejenis energi. Energi tidak membawa negatif-positif di dalam dirinya. Pikiran manusia-lah yang membuatnya jadi negatif atau positif. Agar kehadiran uang membawa lebih banyak energi positif, belajar siklus uang yang membahagiakan. Pertama, uang lebih mudah membahagiakan jika seseorang mendapatkan uang dengan cara membahagiakan orang lain. Setidaknya, mendapatkan uang dengan cara tidak menyakiti makhluk lain. Di Australia, pernah ditemukan lebih dari 80 persen orang yang profesinya menjadi pemotong sapi ketika muda, saat tua mengalami sakit mental yang sangat kronis.
Kedua, proses mendapatkan uang juga disarankan agar membahagiakan. Maksudnya, jalani setiap panggilan kerja dengan penuh rasa bahagia. Sebarkan aura kebahagiaan dengan siapa saja yang dijumpai. Kurangi mengeluh, fokus pada bertumbuh.
Ketiga, hubungan yang sehat dan membahagiakan dengan uang dimulai dari rasa percaya pada kehidupan. Sebagai bahan renungan, burung tidak sekolah, tidak punya ijazah, tapi setiap hari bernyanyi indah. Jika burung saja ada yang merawat di alam ini, apalagi makhluk mulia bernama manusia. Para sahabat yang di dalamnya menyimpan banyak rasa takut, penting belajar dari psikologi positif yang menyarankan untuk membisikkan ke dalam diri sesering mungkin: “Saya layak untuk berbahagia.”
Keempat, kenali kepribadian dominan Anda berkaitan dengan uang, kemudian belajar disiplin sejak awal. Bagi tipe orang yang suka menyimpan (saver), hati-hati jika Anda suka menyimpan uang, biasanya orang dekat suka mengeluarkan uang. Jaga keseimbangan, itu sarannya. Bagi tipe orang yang suka belanja (spender), belanja memang sejenis terapi. Namun, waspadai sejak awal, suatu hari kemampuan menghasilkan uang setiap orang pasti menurun.
Yang rawan terbakar hidupnya adalah tipe penjudi (gambler). Yang berjudi di sana-sini, kemudian tanpa disadari banyak melukai. Tidak ada saran lain, kecuali segera meninggalkan kepribadian berbahaya jenis ini. Belajar spiritual seperti meditasi adalah salah satu pilihan. Bergaul di lingkungan yang lebih sehat adalah pilihan lain.
Tipe kepribadian yang paling rawan terbakar adalah ia yang selalu takut soal uang (worrier). Ini yang paling mungkin dibunuh oleh uang. Bagi kelompok ini, seawal mungkin latih diri mengembangkan kepercayaan pada kehidupan. Sesuaikan pengeluaran dengan pendapatan. Bagi uang ke dalam tiga kelompok. Sepertiga pertama untuk kebutuhan primer seperti pangan dan papan. Sepertiga kedua untuk senang-senang bersama keluarga. Sepertiga terakhir disimpan untuk cadangan mendadak, seperti keluarga sakit.
Ken Honda mengembangkan ilmu happy banruptcy. Belajar berbahagia kalau seumpama bangkrut. Indahnya tidak punya banyak uang, seseorang tidak lagi dikunjungi ketakutan berlebihan untuk kehilangan. Indahnya tidak kaya, seseorang punya waktu berlimpah untuk berbahagia bersama keluarga. Indahnya tidak berlebihan secara material, orang tidak lagi dikejar-kejar oleh manusia yang penuh dengan kepalsuan.
Begitu seseorang cerdas di depan kebangkrutan, kehidupan material boleh sederhana, tapi tidak sedikit orang mengalami kebangkitan spiritual justru setelah bangkrut secara keuangan. Buku When Things Fall Apart karya Pema Chodron adalah sebuah referensi. Setelah hidupnya hancur lebur, Pema Chodron tidak bunuh diri, tidak membunuh orang lain, tapi sebaliknya malah berjumpa Guru spiritual hebat bernama Chogyum Trungpa Rinpoche. Ujungnya, Pema Chodron menjadi salah satu generasi pertama wanita yang dikagumi di Amerika Utara dalam urusan membimbing meditasi. *
Guruji Gede Prama
1
Komentar