Peternak Babi di Buleleng Cemaskan Dampak ASF
Jelang hari raya Galungan dan Kuningan yang biasanya terjadi lonjakan harga, justru kali ini harga jual anjlok.
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah peternak babi di Buleleng khususnya di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, masih khawatir serangan virus Afrika Swine Fever (ASF). Bahkan menjelang hari raya Galungan dan Kuningan yang semestinya menjadi berkah peternak babi, malah membuat harga jual menurun. Sejumlah peternak babi di Desa Panji pun terpaksa mencairkan hewan ternaknya lebih awal agar tak merugi di tengah situasi yang tak kondusif ini.
Seperti yang dialami oleh peternak babi Nyoman Arga Budiarsana, saat didatangi di rumahnya Senin (10/2/2020). Babi peliharannya hanya tersisa tiga ekor. Arga yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak Merta Sari Desa Panji, mengaku sudah menjual enam ekor babinya yang lain baru-baru ini dengan harga di bawah harga standar. “Saya sudah tahu informasinya lewat media sosial juga di pesan WhatsApp soal virus ini, ya was-was juga karena ketidak tahuan kami sebagai peternak kecil karena belum ada petugas ke sini,” jelas dia.
Babi peliharannya dengan kondisi serangan virus ASF yang sudah menjamah empat kabupaten di Bali ini (Buleleng belum ditemukan kasus ASF, Red) hanya laku Rp 26 ribu per kilogram dalam kondisi masih hidup. Padahal di hari-hari biasa harga babi per kilogramnya Rp 30 ribu. Peningkatan harga yang lumayan juga disebutnya terjadi menjelang hari raya Galungan dan Kuningan seperti saat ini. “Dampaknya kami peternak babi panik dan membuat harga pasaran menurun, padahal jelang hari raya begini biasanya harganya bagus. Kondisi saat ini juga dimainkan pembeli juga yang ingin meraup untung banyak dari peternak,” jelas Arga.
Sebagai peternak babi rumahan dia pun berupaya untuk aktif mencari informasi ke sesama peternak babi. Bahkan dia pun dengan mandiri melakukan langkah antisipatif dengan menyemprotkan disinfektan ke kandang seperti yang dibacanya di media sosial.
Kekhawatiran serangan virus ASF yang semakin masif di Bali juga diungkapkan Made Pasek Mustika yang juga peternak asal Desa Panji. Dia pun mengaku was-was jika wabah penyakit babi yang pernah membunuh belasan ekor babinya secara bersamaan di tahun 2003 silam terulang kembali. “Takut juga karena dulu tahun 2003 pernah kejadian babi saya 15 ekor langsung mati semua. Tidak Cuma saya yang mengalami peternak di sini juga sama. Ya mudah-mudahan saja tidak sampai ke sini,” harap Made Pasek.
Dirinya yang memelihara babi peranakan beserta anaknya juga mengaku belum mendapatkan sosialisasi dari petugas Dinas Pertanian terkait virus ASF ini. Sejauh ini Made Pasek dan istrinya pun masih memberikan pakan seperti biasa yang terdiri dari pohon pisang, dedaunan yang dicampur juga dengan dedak.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta mengatakan sejauh ini tim penyuluhnya masih terus bergerak melakukan sosialisasi dan pemberian disinfektan kepada peternak babi. Hanya saja masih difokuskan pada peternak menengah dan besar yang ada di Buleleng. Namun dirinya tak menutup akses peternak skala kecil sepanjang mau aktif mencari dan menginformasikan ke Dinas Pertanian. “Petugas kami sudah door to door tetapi mungkin belum sampai ke pedalaman. Sejauh ini sasaran pertama peternak yang budidayakan babi dalam jumlah besar. Astungkara sebelum galungan semua peternak babi rumahan di Buleleng sudah tercover semua,” kata Kadis Sumiarta. Dinas Pertanian juga berencana melakukan pengecekan ke tukang jagal babi yang menjual babinya di pasaran menjelang hari raya Galungan dan Kuningan ini.*k23
Sejumlah peternak babi di Buleleng khususnya di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, masih khawatir serangan virus Afrika Swine Fever (ASF). Bahkan menjelang hari raya Galungan dan Kuningan yang semestinya menjadi berkah peternak babi, malah membuat harga jual menurun. Sejumlah peternak babi di Desa Panji pun terpaksa mencairkan hewan ternaknya lebih awal agar tak merugi di tengah situasi yang tak kondusif ini.
Seperti yang dialami oleh peternak babi Nyoman Arga Budiarsana, saat didatangi di rumahnya Senin (10/2/2020). Babi peliharannya hanya tersisa tiga ekor. Arga yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak Merta Sari Desa Panji, mengaku sudah menjual enam ekor babinya yang lain baru-baru ini dengan harga di bawah harga standar. “Saya sudah tahu informasinya lewat media sosial juga di pesan WhatsApp soal virus ini, ya was-was juga karena ketidak tahuan kami sebagai peternak kecil karena belum ada petugas ke sini,” jelas dia.
Babi peliharannya dengan kondisi serangan virus ASF yang sudah menjamah empat kabupaten di Bali ini (Buleleng belum ditemukan kasus ASF, Red) hanya laku Rp 26 ribu per kilogram dalam kondisi masih hidup. Padahal di hari-hari biasa harga babi per kilogramnya Rp 30 ribu. Peningkatan harga yang lumayan juga disebutnya terjadi menjelang hari raya Galungan dan Kuningan seperti saat ini. “Dampaknya kami peternak babi panik dan membuat harga pasaran menurun, padahal jelang hari raya begini biasanya harganya bagus. Kondisi saat ini juga dimainkan pembeli juga yang ingin meraup untung banyak dari peternak,” jelas Arga.
Sebagai peternak babi rumahan dia pun berupaya untuk aktif mencari informasi ke sesama peternak babi. Bahkan dia pun dengan mandiri melakukan langkah antisipatif dengan menyemprotkan disinfektan ke kandang seperti yang dibacanya di media sosial.
Kekhawatiran serangan virus ASF yang semakin masif di Bali juga diungkapkan Made Pasek Mustika yang juga peternak asal Desa Panji. Dia pun mengaku was-was jika wabah penyakit babi yang pernah membunuh belasan ekor babinya secara bersamaan di tahun 2003 silam terulang kembali. “Takut juga karena dulu tahun 2003 pernah kejadian babi saya 15 ekor langsung mati semua. Tidak Cuma saya yang mengalami peternak di sini juga sama. Ya mudah-mudahan saja tidak sampai ke sini,” harap Made Pasek.
Dirinya yang memelihara babi peranakan beserta anaknya juga mengaku belum mendapatkan sosialisasi dari petugas Dinas Pertanian terkait virus ASF ini. Sejauh ini Made Pasek dan istrinya pun masih memberikan pakan seperti biasa yang terdiri dari pohon pisang, dedaunan yang dicampur juga dengan dedak.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta mengatakan sejauh ini tim penyuluhnya masih terus bergerak melakukan sosialisasi dan pemberian disinfektan kepada peternak babi. Hanya saja masih difokuskan pada peternak menengah dan besar yang ada di Buleleng. Namun dirinya tak menutup akses peternak skala kecil sepanjang mau aktif mencari dan menginformasikan ke Dinas Pertanian. “Petugas kami sudah door to door tetapi mungkin belum sampai ke pedalaman. Sejauh ini sasaran pertama peternak yang budidayakan babi dalam jumlah besar. Astungkara sebelum galungan semua peternak babi rumahan di Buleleng sudah tercover semua,” kata Kadis Sumiarta. Dinas Pertanian juga berencana melakukan pengecekan ke tukang jagal babi yang menjual babinya di pasaran menjelang hari raya Galungan dan Kuningan ini.*k23
Komentar