Masalah Shortcut Dilempar ke Pusat
Versi Sugawa Korry, jika bangun Shortcut di wialayah Desa Candikuning, bisa lebih cepat dan mudah, karena lahannya milik Pemprov Bali
Hasil Pertemuan Komisi III DPRD Bali-Bupati Buleleng
DENPASAR, NusaBali
Tarik ulur soal pembangunan Shortcut (Jalan Pintas) jalur Denpasar-Singaraja via Bedugul akhirnya dilempar ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kesepakatan ini diambil dalam pertemuan antara Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Komisi III DPRD Bali (membidangi infrastuktur, pembangunan) di Gedung Dewan, Niti Mandala Denpasar, Jumat (12/8).
Dalam pertemuan yang dipantau Wakil Ketua DPRD Bali Nyoman Sugawa Korry (dari Fraksi Golkar) selaku Koordinator Komisi III Dewan yang berlangsung selama 2 jam mulai pagi pukul 10.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita, Jumat kemarin, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana hadir dengan didampingi Sekda Kabupaten Buleleng Dewa Ketut Puspaka dan semumlah pimpinan SKPD lingkup Pemkab Buleleng.
Sedangkan pejabat dari Pemprov Bali, antara lain, hadir Kadis Perhubungan Provinsi Bali I Ketut Artika dan Kadis PU Provinsi Bali Bali I Nyoman Astawa Riadi. Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (PBJN) Wilayah VIII, Saeful Anwar, juga diundang hadir. Demikian pula sejumlah pimpinan SKPD Pemkab Tabanan ikut diundang.
Pertemuan yang dipandu Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba (dari Fraksi Demokrat), kemarin sempat mutar-mutar. Ini dipicu kedua kubu: Pemkab Buleleng vs Komisi III DPRD Bali, yang berseteru dan tidak mau mengalah soal titik prioritas penggarapan Shortcut. Komisi III DPRD Bali minta tetap seusai dengan rencana awal, prioritaskan pembangunan Shortcut di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Sebaliknya, Bupati Agus Suradnyana ngotot dengan prioritas pembangunan Shortcut di wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Dalam pertemuan kemarin, juga masih terasa aroma ‘jual beli’ kekuatan politik. Bupati Agus Suradnyana klaim pembangunan Shortcut di Titik 5 (Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada) dan Titik 6 (juga di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada) lebih penting untuk diprioritaskan. Alasannya, sama seperti yang beberapa kali disampaikan sebelumnya. Medan jalan di wilayah Kecamatan Sukasada banyak tikungan tajam, curam, dan rawan kecelakaan. Selain itu, bus-bus pariwisata dari objek wisata Bedugul di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti juga sering melalui jalur Sukasada (ke arah utara).
“Sekarang trendnya bus-bus pariwisata dari Bedugul malah melalui jalur Sukasada. Satu bus saja ada masalah, macet sudah di wialayah Sukasada. Dan, ini rawan kecelakaan,” papar Agus Suradnyana yang notabene mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga kali periode dari Fraksi PDIP.
Agus Suradnyana pun meminta supaya jalur pembangunan Shortcut diprioritaskan untuk Titik 5 dan Titik 6 di wilayah Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada. Bupati Buleleng yang diusung PDIP ini pun meminta semua pihak mendukung rencana prioritas pembangunan Surtcut di Titik 5 dan Titik 6.
“Saya sejak tahun 1999 jadi Ketua Komisi III DPRD Bali (periode 1999-2004, 2004-2009, 2009-2012, Red). Apa yang terjadi di Bedugul di mana wisatawan lebih banyak melalui jalur Sukasada ke Buleleng, adalah fenomena baru. Sebetulnya, dari Candikuning ke Singaraja ini kan bagus bagi Buleleng, karena kami kembangkan destinasi pariwisata,” tegas Agus Suradnyana.
Sementara, Ketua Komisi III DPRD Bali (2014-2019) Nengah Tamba angkat bicara menanggapi sikap Agus Suradnyana. Politisi senior Demokrat ini memberikan contoh Shortcut jalur utama Denpasar-Gilimanuk yang dibangun cepat. “Sekarang lalulintas jalur rawan Denpasar-Giulimanuk di daerah Megawati di Tabanan, lancar-lancar karena Shortcut. Artinya, kita ini ingin mempercepat jarak tempuh saja. Tujuan ini kan sama dengan membangun Shortcut di Desa Candikuning (Kecamatan Baturiti),” tandas Nengah Tamba.
Pernyataan Nengah Tamba ini ditimpali anggota Komisi III DPRD Bali, Kadek Diana, yang juga Ketua Fraksi PDIP. Kadek Diana menilai masalah Shortcut sudah ada kemajuan. Soal titik pembangunannya di mana, tidak perlu diperdebatkan. “Jangan ada ego sectoral di sini. Saya sependapat kalau dibangun dulu Shortcut di Titik 5 dan Titik 6 wilayah Sukasada. Ini demi pemerataan pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan,” ujar politisi PDIP asal politisi asal Banjar Kebalian, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Sedangkan anggota Komisi III DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Badung, Wayan Disel Astawa, mengaku tidak mempersoalkan di mana saja titik prioritas pembangunan Shortcut. “Karena spriritnya kurangi macet dan memperpendek jarak tempuh. Bagi saya, yang mana saja dubangun dulu bolehlah, yang tercepat saja,” tegas politisi asal Desa Ungasan, Kecamatan, Kuta Selatan, Badung ini.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Golkar, Nyoman Sugawa Korry, menegaskan ide pembangunan Shortcut muncul karena adanya kesenjangan antara Bali Selatan dan Bali Utara. Mengatasi kesenjangan inilah spririt dasar Pemprov Bali mengusulkan Shortcut di jalur Denpasar-Singaraja via Bedugul.
“Kesenjangan besar ini harus diatasi. Ketika bicara memperpendek jarak tempuh utara dan selatan, yang berkembang jalan tol,” ujar politisi senior Golkar asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng, satu kampung dengan Bupati Agus Suradnyana ini.
Sugawa Korry menegaskan, karena belum memungkinkan dibangun jalan tol, maka Shortcut adalah upaya alternatif untuk memperpendek jarak tempuh Bali Selatan-Bali Utara, sehingga ada pengawalan oleh Pemprov Bali. Menurut dia, sudah bagus Pemkab Buleleng memberikan dorongan.
“Ada jangka pendek dan jangka panjang. Sekarang sudah ada 4 titik Shortcut yang ren-cananya dibangun dari sisi anggaran. Yang penting, ada terealisasi di tahun 2017. Yang mana saja diprioritaskan, nggak masalah. Syukur kalau yang diinginkan Pemkab Buleleng bisa diwujudkan (bagun Shortcut di Titik 5 dan Titik 6). Kita serahkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Peruymahan Rakyat saja masalah ini,” ujar Sugawa Korry yang juga Sekretaris DPD I Golkar Bali.
Sugawa Korry pun meminta Bupati Agus Suradnyana tetap mengawal Shortcut di wilayah Kecamatan Sukasada, karena memiliki akses ke menteri. Menurut dia, kalau membangun Shortcut di wialayah Desa Candikuning, bisa lebih cepat dan mudah, karena pembebasan lahannya tidak sulit lantaran lahan milik Pemprov Bali.
“Tapi, sekarang mana yang paling memungkinkan? Yang mana lebih mudah, itu dulu dilakukan. Toh juga sama-sama memperpendek jarak tempuh. Agar jangan berpolemik,” tandas politisi yang dikenal sebagai dedengkot Koperasi ini.
Sementara, anggota Komisi III DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Buleleng, Ketut Kariyasa Adnyana, juga mem-back up Bupati Agus Suradnyana. Intinya, Kariyasa meminta supaya diprioritaskan pembangunan Shortcut di Titik 5 dan Titik 6 wilayah Sukasada. “Spritinya, karena ini demi pemerataan pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan,” papar politisi PDIP asal Desa/Kecamatan Busungbiu, Buleleng yang sudah tiga periode duduk di DPRD Bali ini.
Sebaliknya, anggota Komisi III DPRD Baliu yang notabene Ketua Fraksi Demokrat, I Wayan Adnyana, langsung memotong paparan Kariyasa. “Tolong jangan sampai melebar lagi. Tadi Wakil Ketua Dewan Pak Sugawa Korry sudah memberikan kesimpulan yang menyerahkan sepenuhnya masalah Shortcut ke pusat (Bali Jalan Nasional Wilayah VIII). Bagi kita, yang mana saja dibangun dulu tidak masalah, terpenting bisa terwujud tahun 2017. Shortcut di Candikuning lebih siap, ya ini diprioritaskan. Sekarang tunggu pusat saja,” sergah politisi Demokrat asal Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini.
Dikonfirmasi NusaBali seusai rapat dengan Komisi III DPRD Bali, Jumat siang, Bupati Agus Suradnyana mengatakan pembangunan Shortcut harus kedepankan persoalan di wilayah Kecamatan Sukasada yang rawan kecelakaan. Pihaknya pun tidak mau berpolemik soal dilemparnya kembali masalah Shortcut ke pusat.
“Kita ingin di sini gunakan pendekatan yang ilmiah, yang mana lebih urgen. Bukan pendekatan politik-lah. Bagi kami, situasi sekarang di Sukasada rawan kecelakaan, sehingga harus ada skala prioritas,” dalih Agus Suradnyana.
Sayangnya, pihak Kementerian PUPR, dalam hal ini Balai Jalan Nasional Wilayah VIII, belum bisa dikonfirmasi masalah dilemparnya persoalan Shortcut ke pusat. Kepala Balai Jalan Nasional Wilayah VIII, Saeful Anwar, belum bisa dimintai komentarnya, karena tidak m engangkat ponsel saat dihubungi per telepon, Jumat kemarin.
Sebelumnya, persoalan Shortcut menuai polemik, menyusul rencana dipindahanya titik prioritas dari Desa Candikuning ke wilayah Kecamatan Sukasada. Pemindahan titik prioritas terjadi setelah dua kali pertemuan antara jajaran Pemkab Buleleng dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Kepala Balai Jalan Nasional VIII Saeful Anwar, Sabtu (8/8) lalu.
jauh sebelumnya, Kadis PU Provinsi Bali Nyoman Astawa Riadi menyatakan ada 4 Shortcut yang segera dibangun di sepanjang jalur Denpasar–Singaraja via Bedugul. Pertama, Shortcut Candikuning I di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Shortcut Candi Kuning I direncanakan sepanjang 749 meter, lokasinya sebelum (sebelah selatan) perempatan Kebun Raya Bedugul di Desa Candikuning.
Kedua, Shortcut Candikuning II di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Shortcut Candikuning II dirancang sepanjang 385 meter, yang posisinya di jalan turunan objek wisata Danau Beratan, Bedugul, Kecamatan Baturiti. Ketiga, Shortcut Sukasada I di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng dengan panjang 378 meter. Keempat, Shortcut Sukasada II yang lokasinya tidak jauh dari Shortcut Sukasada I. Untuk Shortcut Sukasada II ini dirancang sepanjang mencapai 402 meter. Shortcut Candikuning II dipriritaskan terwujud paling awal tahun 2017, karena masuk tahap penggarapan detail engineering design (DED). * nat
Komentar