Jelang Valentine, Pedagang Bunga Sepi Pembeli
Selain identik dengan coklat, perayaan Valentine Day atau Hari Kasih Sayang, juga identik dengan bunga.
DENPASAR, NusaBali
Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, penjualan bunga oleh beberapa pedagang di sekitar Denpasar mengalami sepi pembeli.
Berdasarkan penelusuran NusaBali ke beberapa pedagang di kawasan Jalan Mayjen Sutoyo, Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat pada Kamis (13/2), beberapa pedagang mengaku penjualan bunga menjelang Valentine tahun ini sepi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. “Sebelumnya seminggu sebelum Valentine sudah banyak pesanan, tapi ini belum ada sama sekali,” ujar HM Syukur, pemilik toko bunga M Syukur di kawasan Jalan Mayjen Sutoyo.
Hal serupa diungkapkan oleh Adiba, pemilik toko Adiba Florist di kawasan yang sama. Meskipun belum bisa dipastikan apa yang menjadi penyebab utama sepinya pembeli hingga sehari sebelum Hari Valentine yang jatuh pada Jumat (14/2), namun Adiba mengungkapkan kemungkinan fenomena ini sebagai dampak dari isu virus Corona yang mempengaruhi kunjungan wisatawan China ke Bali. “Karena nggak ada tamu. Tamu-tamu China, Jepang, itu biasanya (yang membeli),” terang Adiba.
Sepinya pembeli bunga ini turut mempengaruhi stok bunga oleh masing-masing pedagang. HM Syukur, misalnya, tidak mensuplai tambahan stok bunga yang dijual khusus untuk perayaan Valentine. “Besok datang 4.000 tangkai dari dua orang, tapi itu sudah kontinyu, biasanya kalau ramai saya tambah, tapi sekarang tidak,” terang HM Syukur.
Sementara itu, Adiba Florist tetap mendatangkan suplai bunga mawar dan krisan tambahan untuk perayaan Valentine, namun dirinya mengungkapkan rasa pesimis. “Yang dominan dicari kan mawar sama krisan, kalau saya biasa setiap harinya datangkan 1.000, sekarang saya datangkan 5.000. Kalau tahun-tahun kemarin saya datangkan 20.000, paling sedikit 15.000. Sekarang hanya 5.000. Ya untung-rugilah besok. Memang besok datang bunga lagi banyak, tapi ya untung-rugi saja,” tambah Adiba.
Tak hanya itu, para pedagang bunga yang setiap tahunnya berinisiatif untuk turut menjual coklat dan boneka yang menjadi ciri khas perayaan Valentine, di tahun ini tidak semua toko menjual barang-barang tersebut. “Paling hanya boneka. Kalau dulu cokelat, sekarang tidak ada. Cuma bunga-bunga saja,” lanjut Adiba.
Pun demikian dengan harga penjualan, harga bunga mawar yang biasanya melonjak hingga mencapai Rp 10.000 per tangkai di tahun lalu, kini dijual dengan harga yang berkisar di angka Rp 5.000 – Rp 7.000 per tangkai bunga. Kondisi ini, membuat sejumlah pedagang pesimis untuk penjualan di Hari Valentine. “Lihat kondisi besok, kalau pas ramai, ya tinggi harganya, tapi kalau sepi terpaksa kami jual seperti biasa,” ungkap HM Syukur.
Meski demikian, terdapat beberapa pedagang bunga yang tidak terpengaruh akan fenomena ini. Dewi Artini, pengelola toko Angga Florist, tetap melakukan peningkatan harga dan mensuplai bunga mawar lebih banyak dibanding hari biasa, meskipun dalam jumlah yang tidak sebanyak Adiba Florist dan toko M Syukur. “Banyak sih, sekitar 2.000 dari semua jenis bunga. Kalau mawar saja itu antara 1.200 sampai 1.500 tangkai. Kalau hari-hari biasa itu sekitar 500 tagkai, tapi itu seminggu tiga kali datang,” jelas Dewi Artini.
Dewi Artini juga tetap menjual beberapa aksesori valentine seperti boneka dan bingkisan valentine lainnya, meskipun tidak menjual coklat seperti tahun lalu. “Karena dekat hari raya Galungan, biasanya saya buat coklat, tapi sekarang tidak sempat, apalagi hari ini Sugihan Jawa,” tutupnya. *cr74
Berdasarkan penelusuran NusaBali ke beberapa pedagang di kawasan Jalan Mayjen Sutoyo, Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat pada Kamis (13/2), beberapa pedagang mengaku penjualan bunga menjelang Valentine tahun ini sepi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. “Sebelumnya seminggu sebelum Valentine sudah banyak pesanan, tapi ini belum ada sama sekali,” ujar HM Syukur, pemilik toko bunga M Syukur di kawasan Jalan Mayjen Sutoyo.
Hal serupa diungkapkan oleh Adiba, pemilik toko Adiba Florist di kawasan yang sama. Meskipun belum bisa dipastikan apa yang menjadi penyebab utama sepinya pembeli hingga sehari sebelum Hari Valentine yang jatuh pada Jumat (14/2), namun Adiba mengungkapkan kemungkinan fenomena ini sebagai dampak dari isu virus Corona yang mempengaruhi kunjungan wisatawan China ke Bali. “Karena nggak ada tamu. Tamu-tamu China, Jepang, itu biasanya (yang membeli),” terang Adiba.
Sepinya pembeli bunga ini turut mempengaruhi stok bunga oleh masing-masing pedagang. HM Syukur, misalnya, tidak mensuplai tambahan stok bunga yang dijual khusus untuk perayaan Valentine. “Besok datang 4.000 tangkai dari dua orang, tapi itu sudah kontinyu, biasanya kalau ramai saya tambah, tapi sekarang tidak,” terang HM Syukur.
Sementara itu, Adiba Florist tetap mendatangkan suplai bunga mawar dan krisan tambahan untuk perayaan Valentine, namun dirinya mengungkapkan rasa pesimis. “Yang dominan dicari kan mawar sama krisan, kalau saya biasa setiap harinya datangkan 1.000, sekarang saya datangkan 5.000. Kalau tahun-tahun kemarin saya datangkan 20.000, paling sedikit 15.000. Sekarang hanya 5.000. Ya untung-rugilah besok. Memang besok datang bunga lagi banyak, tapi ya untung-rugi saja,” tambah Adiba.
Tak hanya itu, para pedagang bunga yang setiap tahunnya berinisiatif untuk turut menjual coklat dan boneka yang menjadi ciri khas perayaan Valentine, di tahun ini tidak semua toko menjual barang-barang tersebut. “Paling hanya boneka. Kalau dulu cokelat, sekarang tidak ada. Cuma bunga-bunga saja,” lanjut Adiba.
Pun demikian dengan harga penjualan, harga bunga mawar yang biasanya melonjak hingga mencapai Rp 10.000 per tangkai di tahun lalu, kini dijual dengan harga yang berkisar di angka Rp 5.000 – Rp 7.000 per tangkai bunga. Kondisi ini, membuat sejumlah pedagang pesimis untuk penjualan di Hari Valentine. “Lihat kondisi besok, kalau pas ramai, ya tinggi harganya, tapi kalau sepi terpaksa kami jual seperti biasa,” ungkap HM Syukur.
Meski demikian, terdapat beberapa pedagang bunga yang tidak terpengaruh akan fenomena ini. Dewi Artini, pengelola toko Angga Florist, tetap melakukan peningkatan harga dan mensuplai bunga mawar lebih banyak dibanding hari biasa, meskipun dalam jumlah yang tidak sebanyak Adiba Florist dan toko M Syukur. “Banyak sih, sekitar 2.000 dari semua jenis bunga. Kalau mawar saja itu antara 1.200 sampai 1.500 tangkai. Kalau hari-hari biasa itu sekitar 500 tagkai, tapi itu seminggu tiga kali datang,” jelas Dewi Artini.
Dewi Artini juga tetap menjual beberapa aksesori valentine seperti boneka dan bingkisan valentine lainnya, meskipun tidak menjual coklat seperti tahun lalu. “Karena dekat hari raya Galungan, biasanya saya buat coklat, tapi sekarang tidak sempat, apalagi hari ini Sugihan Jawa,” tutupnya. *cr74
Komentar