2.020 Siswa di Klungkung Nyurat Aksara Bali
Siswa Madrasah Ikut Partisipasi
Pemkab Klungkung melalui Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) dan Penyuluh Bahasa Bali (PBB) Klungkung selaku panitia, menggelar festival nyurat Aksara Bali massal dengan jumlah peserta 2.020 orang di Catus Pata Semarapura.
SEMARAPURA, NusaBali
Para peserta tak hanya dari siswa SD dan SMP di Klungkung Daratan namun juga ada dari Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) dan Madrasah Tsnawiyah (MTs).
Dalam festival ini menggunakan konsep Catur Raksa Aksara, yaitu posisi peserta membentang pada 4 penjuru arah. "Konsep nyatur yaitu dari 4 penjuru mata angin dari Utara, Timur, Selatan dan Barat, di mana setiap penjuru mata angin berjumlah 505 peserta sehingga ketika ditotal berjumlah 2.020 peserta," ujar Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung I Wayan Arta Diptha.
Disebutkan, makna dari konsep nyatur untuk melestarikan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali harus didukung dari segala penjuru, baik itu dari masyarakat maupun pemerintah sehingga ke depannya Bahasa Bali akan tetap ajeg dan lestari.
Alasannya digelar 2.020 peserta karena disesuaikan dengan angka tahun saat ini 2020, supaya mudah untuk diingat begitupula saat festival nyurat aksara tahun lalu berjumlah sesuai angka tahun 2019 orang. Dengan peserta dari perwakilan SD dan SMP ring sejebag Klungkung, kecuali Nusa Penida. "Persiapan dilakukan sejak Desember 2019, kami mencoba berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait sehingga kegiatan ini bisa berjalan lancar seperti tahun sebelumnya," ujarnya.
Dalam festival nyurat Aksara Bali massal, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan, seperti pada festival-festival yang dulu, dengan tujuan tempat ini adalah tempat religius, napak dara. Hari ini diadakan Nyurat Aksara Bali secara massal sebanyak 2.020 orang diikuti dari berbagai sekolah ditiga kecamatan. "Menariknya di Klungkung ini ada diikuti anak-anak dari MTI dan Madrasah ini menandakan toleransi di Klungkung sudah berjalan dengan baik," ujarnya.
Bupati Suwirta menambahkan, di samping untuk melaksanakan amanah dari Gubernur Bali Wayan Koster yang terpenting adalah ke depan adat budaya Bali tetap lestari melalui nyurat Aksara Bali dan menggunakan Bahasa Bali yang benar. Pihaknya meyakini bahwa dalam Aksara Bali yang dituangkan dalam lontar ada petuah-petuah yang tentunya nanti bisa dibaca anak-anak ke depan. “Nanti jangan hanya anak-anak bisa menyalin saja tapi harus bisa juga membaca dan ditularkan ke semua teman dan juga anak-anaknya kelak,” harap Bupati Suwirta.
Menurut peserta Nyurat Aksara Bali Tjokorda Istri Dwiary Putri Witrananda, siswi kelas VI SDN 1 Semarapura Tengah mengatakan, sangat senang dapat berpartisipasi dalam festival nyurat Aksara Bali ini. Peserta lainnya, Anastasya dan Diana, siswa MTs Hasanudin Semarapura mengaku bisa menulis dan membaca Aksara Bali karena di sekolahnya mendapat pelajaran Bahasa Bali. "Dapat pelajarannya di sekolah," ujarnya. *wan
Dalam festival ini menggunakan konsep Catur Raksa Aksara, yaitu posisi peserta membentang pada 4 penjuru arah. "Konsep nyatur yaitu dari 4 penjuru mata angin dari Utara, Timur, Selatan dan Barat, di mana setiap penjuru mata angin berjumlah 505 peserta sehingga ketika ditotal berjumlah 2.020 peserta," ujar Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung I Wayan Arta Diptha.
Disebutkan, makna dari konsep nyatur untuk melestarikan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali harus didukung dari segala penjuru, baik itu dari masyarakat maupun pemerintah sehingga ke depannya Bahasa Bali akan tetap ajeg dan lestari.
Alasannya digelar 2.020 peserta karena disesuaikan dengan angka tahun saat ini 2020, supaya mudah untuk diingat begitupula saat festival nyurat aksara tahun lalu berjumlah sesuai angka tahun 2019 orang. Dengan peserta dari perwakilan SD dan SMP ring sejebag Klungkung, kecuali Nusa Penida. "Persiapan dilakukan sejak Desember 2019, kami mencoba berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait sehingga kegiatan ini bisa berjalan lancar seperti tahun sebelumnya," ujarnya.
Dalam festival nyurat Aksara Bali massal, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan, seperti pada festival-festival yang dulu, dengan tujuan tempat ini adalah tempat religius, napak dara. Hari ini diadakan Nyurat Aksara Bali secara massal sebanyak 2.020 orang diikuti dari berbagai sekolah ditiga kecamatan. "Menariknya di Klungkung ini ada diikuti anak-anak dari MTI dan Madrasah ini menandakan toleransi di Klungkung sudah berjalan dengan baik," ujarnya.
Bupati Suwirta menambahkan, di samping untuk melaksanakan amanah dari Gubernur Bali Wayan Koster yang terpenting adalah ke depan adat budaya Bali tetap lestari melalui nyurat Aksara Bali dan menggunakan Bahasa Bali yang benar. Pihaknya meyakini bahwa dalam Aksara Bali yang dituangkan dalam lontar ada petuah-petuah yang tentunya nanti bisa dibaca anak-anak ke depan. “Nanti jangan hanya anak-anak bisa menyalin saja tapi harus bisa juga membaca dan ditularkan ke semua teman dan juga anak-anaknya kelak,” harap Bupati Suwirta.
Menurut peserta Nyurat Aksara Bali Tjokorda Istri Dwiary Putri Witrananda, siswi kelas VI SDN 1 Semarapura Tengah mengatakan, sangat senang dapat berpartisipasi dalam festival nyurat Aksara Bali ini. Peserta lainnya, Anastasya dan Diana, siswa MTs Hasanudin Semarapura mengaku bisa menulis dan membaca Aksara Bali karena di sekolahnya mendapat pelajaran Bahasa Bali. "Dapat pelajarannya di sekolah," ujarnya. *wan
1
Komentar