Seru, Makepung di Sirkuit Berlumpur
Pemkab Jembraba menggelar lomba Makepung memperebutkan Piala Bergilir Bupati Jembrana Cup serangkaian Jembrana Festival (J Fest) di sirkuit Satya Jayanti, Desa Tuwed Kecamatan Melaya, Jembrana, Minggu (14/8).
NEGARA, NusaBali
Perlombaan tradisi khas Jembrana antar dua blok yakni Ijogading Barat dan Ijogadimg Timur kali ini penuh tantangan karena sirkuit berlumpur. Pasalnya, sehari menjelang Makepung berlangsung, lokasi sirkuit diguyur hujan deras. Di lokasi start bahkan kondisi lumpurnya cukup dalam dan becek. Akibatnya kereta maupun kusirnya harus rela dikotori oleh lumpur.
Sirkuit berlumpur ternyata cukup mempengaruhi kecepatan kerbau berlari, selain karena lumpurnya melekat di roda kereta, sirkuitnya pun menjadi licin. Sirkuit berlumpur nampaknya menjadi tantanngan tersendiri bagi kedua blok. Mereka (Ijogading Barat dan Ijogading Timur) tetap menunjukkan perlawanan di hadapan ratusan penonton di kiri kanan sirkuit. Bahkan skors yang dikumpulkan kedua blok saling salip. Memasuki babak final, skorsnya masih bersaing ketat. Pada akhirnya, tim Pakepung Ijogading Barat unggul satu point dari Pakepung Blok Ijogading Timur dengan skors 28 dan 27.
Bupati Jembrana, I Putu Artha menyerahkan piala kepada blok Ijogading Barat di tengah-tengah sirkuit berlumpur itu didampingi Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa, Wakapolres Jembrana Kompol Anak Agung Gede Rai Laba, Kasdim 1617/Jembrana Mayor Inf Nanang Sulistyo, Setda Jembrana Gede Gunadnya dan sejumlah pejabat lainnya. Bupati Artha menyebutkan, Makepung adalah atraksi yang sangat luar biasa, tidak saja bagi masyarakat Jembrana tetapi juga bagi wisatawan asing yang secara khusus datang ke Jembrana untuk menyaksikan balapan kerbau.
Pasalnya jumlah pasangan kerbau terus meningkat dan tidak pernah sepi penonton, meskipun kondisi sirkuitnya berlumpur. Selain itu juara bukan menjadi tujuan utamanya, tetapi yang lebih penting dari kejuaraan adalah pelestarian tradisi. Seperti diketahui, jika dibandingkan dengan hadiah pada setiap lomba, bianya yang dikeluarkan untuk merawat, melatih, pakan kerbau, hingga akomodasinya, tidak sebanding dengan yang diterima dalam perlombaan. Tetapi, karena sudah menjadi kegemaran dan hiburan, maka para penggemar Makepung tidak pernah menghitung dan membandingkan dengan apa yang akan diperolehnya. Hal ini pula yang membuat Bupati Artha bangga dengan sekaa Makepung yang makin eksis dalam menjaga tradisi Makepung ini. ode
Perlombaan tradisi khas Jembrana antar dua blok yakni Ijogading Barat dan Ijogadimg Timur kali ini penuh tantangan karena sirkuit berlumpur. Pasalnya, sehari menjelang Makepung berlangsung, lokasi sirkuit diguyur hujan deras. Di lokasi start bahkan kondisi lumpurnya cukup dalam dan becek. Akibatnya kereta maupun kusirnya harus rela dikotori oleh lumpur.
Sirkuit berlumpur ternyata cukup mempengaruhi kecepatan kerbau berlari, selain karena lumpurnya melekat di roda kereta, sirkuitnya pun menjadi licin. Sirkuit berlumpur nampaknya menjadi tantanngan tersendiri bagi kedua blok. Mereka (Ijogading Barat dan Ijogading Timur) tetap menunjukkan perlawanan di hadapan ratusan penonton di kiri kanan sirkuit. Bahkan skors yang dikumpulkan kedua blok saling salip. Memasuki babak final, skorsnya masih bersaing ketat. Pada akhirnya, tim Pakepung Ijogading Barat unggul satu point dari Pakepung Blok Ijogading Timur dengan skors 28 dan 27.
Bupati Jembrana, I Putu Artha menyerahkan piala kepada blok Ijogading Barat di tengah-tengah sirkuit berlumpur itu didampingi Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa, Wakapolres Jembrana Kompol Anak Agung Gede Rai Laba, Kasdim 1617/Jembrana Mayor Inf Nanang Sulistyo, Setda Jembrana Gede Gunadnya dan sejumlah pejabat lainnya. Bupati Artha menyebutkan, Makepung adalah atraksi yang sangat luar biasa, tidak saja bagi masyarakat Jembrana tetapi juga bagi wisatawan asing yang secara khusus datang ke Jembrana untuk menyaksikan balapan kerbau.
Pasalnya jumlah pasangan kerbau terus meningkat dan tidak pernah sepi penonton, meskipun kondisi sirkuitnya berlumpur. Selain itu juara bukan menjadi tujuan utamanya, tetapi yang lebih penting dari kejuaraan adalah pelestarian tradisi. Seperti diketahui, jika dibandingkan dengan hadiah pada setiap lomba, bianya yang dikeluarkan untuk merawat, melatih, pakan kerbau, hingga akomodasinya, tidak sebanding dengan yang diterima dalam perlombaan. Tetapi, karena sudah menjadi kegemaran dan hiburan, maka para penggemar Makepung tidak pernah menghitung dan membandingkan dengan apa yang akan diperolehnya. Hal ini pula yang membuat Bupati Artha bangga dengan sekaa Makepung yang makin eksis dalam menjaga tradisi Makepung ini. ode
Komentar