Dirjen Binmas Hindu Kemenag Ingatkan Pendidikan yang Moderat
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Hindu Kementerian Agama RI, I Ketut Widnya mengingatkan pentingnya pendidikan yang moderat.
DENPASAR, NusaBali
Upaya ini disebut untuk menangkal maraknya penyebaran pemikiran ekstrem di kalangan anak muda. "Untuk itu guru-guru harus mengedepankan pendidikan yang moderat. Sekarang Kementerian Agama lima tahun ini mottonya moderasi beragama," ujarnya usai menghadiri sarasehan 'Potret Kerukunan Umat Beragama di Pulau Dewata', Kamis (20/2) di Aula Universitas Hindu Indonesia, Denpasar.
Ketut Widnya menyebutkan saat ini banyak anak muda yang terpapar paham ekstrem melalui platform media sosial. Paham-paham ini, kata dia, berperan dalam membangun ekosistem menjadi lebih intoleran. "Kita menghadapi milenial yang belajar agama melalui media sosial seperti YouTube. Di sana tidak ada ruang untuk pembanding perbedaan, membuatnya merasa paling benar," katanya.
Meski begitu, Widnya menyampaikan kerukunan umat beragama di Indonesia sudah di atas rata-rata baik. Hal tersebut didasarkan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) lima tahun terakhir di Indonesia yang menunjukkan angka rata-rata nasional 73,83. "Kita harus menjaga kerukunan umat beragama ini tetap on the track," pesannya.
Di masa mendatang, kata dia, tantangan mempertahankan tingkat kerukunan agar tetap di jalurnya ini semakin berat. "Apakah di dua puluh tahun ke depan masih tetap on the track. Di masa depan tantangan ini menjadi cukup besar dengan tumbuhnya kelompok-kelompok intoleran. Tiap-tiap daerah harus digalakkan," katanya.
Dalam Indeks KUB tersebut Bali menduduki peringkat ketiga secara nasional dengan skor 80,1. Ruhut Sitompul yang turut menghadiri sarasehan mengharapkan Bali bisa menjadi tauladan dan barometer kerukunan beragama yang sudah terawat baik. "Kita memiliki gagasan ini, karena itu saya menyambut baik sarasehan. Bali bisa dijadikan role model. Saya akan lapor ke Menteri Agama agar diteruskan ke wilayah lainnya," ujarnya. *cr75
Ketut Widnya menyebutkan saat ini banyak anak muda yang terpapar paham ekstrem melalui platform media sosial. Paham-paham ini, kata dia, berperan dalam membangun ekosistem menjadi lebih intoleran. "Kita menghadapi milenial yang belajar agama melalui media sosial seperti YouTube. Di sana tidak ada ruang untuk pembanding perbedaan, membuatnya merasa paling benar," katanya.
Meski begitu, Widnya menyampaikan kerukunan umat beragama di Indonesia sudah di atas rata-rata baik. Hal tersebut didasarkan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) lima tahun terakhir di Indonesia yang menunjukkan angka rata-rata nasional 73,83. "Kita harus menjaga kerukunan umat beragama ini tetap on the track," pesannya.
Di masa mendatang, kata dia, tantangan mempertahankan tingkat kerukunan agar tetap di jalurnya ini semakin berat. "Apakah di dua puluh tahun ke depan masih tetap on the track. Di masa depan tantangan ini menjadi cukup besar dengan tumbuhnya kelompok-kelompok intoleran. Tiap-tiap daerah harus digalakkan," katanya.
Dalam Indeks KUB tersebut Bali menduduki peringkat ketiga secara nasional dengan skor 80,1. Ruhut Sitompul yang turut menghadiri sarasehan mengharapkan Bali bisa menjadi tauladan dan barometer kerukunan beragama yang sudah terawat baik. "Kita memiliki gagasan ini, karena itu saya menyambut baik sarasehan. Bali bisa dijadikan role model. Saya akan lapor ke Menteri Agama agar diteruskan ke wilayah lainnya," ujarnya. *cr75
1
Komentar