Ikut Menderita saat Suami Berjuang
Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Bali mengunjungi keluarga pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai, di Jalan Nangka Selatan, Denpasar, Minggu (14/8) kemarin.
Inti Bali Kunjungi Janda Pejuang I Gusti Ngurah Rai
DENPASAR, NusaBali
Suasana haru menyelimuti kunjungan tersebut, mengingat Desak Putu Raka, istri sang pejuang tak pernah berhenti mengucapkan kata 'Jangan Tinggalkan'. Perempuan sepuh yang kini harus duduk di atas kursi roda itu berkali-kali juga meminta keluarga besar Inti yang hadir agar mendekat bersamanya.
Sekretaris Dewan Pakar Perhimpunan Inti Bali, Prof Dr Wayan Windia dalam suasana kekeluargaan itu, mengulas kembali heroik perjuangan istri para pejuang ketika berperang. Menurut Windia, para istri yang turut menderita karena harus ditinggal suami berjuang, patut diberikan penghormatan. Terutama istri para pahlawan nasional, seperti Desak Putu Raka. "Beliau ingin ketika meninggal nanti ada perhatian. Dan kita sebagai penerus, sudah semestinya memikirkan apa bentuk perhatian itu. Dari pemerintah dan masyarakat harus berdiskusi, penghormatan apa yang patut kita berikan pada seorang istri pahlawan nasional. Yang dulu ikut menderita waktu melepas suaminya bertempur," jelas pakar Subak Bali ini.
Tak hanya rela melepas sang suami berjuang hingga titik darah penghabisan, istri pahlawan, khususnya Desak Putu Raka, merupakan perempuan tangguh yang turut tertekan ketika harus menggendong dua anaknya yang masih balita serta dirinya yang dalam kondisi hamil. Penolakan demi penolakan dialami ketika Desak Putu Raka ingin berlindung. Kebanyakan keluarga menolak dengan alasan takut jadi incaran penjajah. Beruntung masih ada satu keluarga di Banjar Dangin Tangluk, Kesiman yang mau menerimanya. Dengan catatan, Desak Putu Raka harus menyembunyikan identitas.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Inti Bali, Sudiarta Indrajaya menjelaskan, bahwa kunjungan ke rumah janda pahlawan sudah menjadi agenda rutin dalam rangka memaknai Kemerdekaan RI setiap tahunnya. "Ingat dengan orangtua adalah kewajiban kita sebagai generasi muda. Dan itu yang diwariskan oleh dewan pembina kami, yang selanjutnya kami teruskan ke generasi berikutnya," jelas pria yang akrab disapa Sin ini.
Kunjungan yang dalam istilah Tionghoa disebut Anjangsana ini sebagai kesempatan anak berbakti kepada orangtua. "Bagi Inti, orangtua veteran adalah orangtua kami," jelasnya. * nv
DENPASAR, NusaBali
Suasana haru menyelimuti kunjungan tersebut, mengingat Desak Putu Raka, istri sang pejuang tak pernah berhenti mengucapkan kata 'Jangan Tinggalkan'. Perempuan sepuh yang kini harus duduk di atas kursi roda itu berkali-kali juga meminta keluarga besar Inti yang hadir agar mendekat bersamanya.
Sekretaris Dewan Pakar Perhimpunan Inti Bali, Prof Dr Wayan Windia dalam suasana kekeluargaan itu, mengulas kembali heroik perjuangan istri para pejuang ketika berperang. Menurut Windia, para istri yang turut menderita karena harus ditinggal suami berjuang, patut diberikan penghormatan. Terutama istri para pahlawan nasional, seperti Desak Putu Raka. "Beliau ingin ketika meninggal nanti ada perhatian. Dan kita sebagai penerus, sudah semestinya memikirkan apa bentuk perhatian itu. Dari pemerintah dan masyarakat harus berdiskusi, penghormatan apa yang patut kita berikan pada seorang istri pahlawan nasional. Yang dulu ikut menderita waktu melepas suaminya bertempur," jelas pakar Subak Bali ini.
Tak hanya rela melepas sang suami berjuang hingga titik darah penghabisan, istri pahlawan, khususnya Desak Putu Raka, merupakan perempuan tangguh yang turut tertekan ketika harus menggendong dua anaknya yang masih balita serta dirinya yang dalam kondisi hamil. Penolakan demi penolakan dialami ketika Desak Putu Raka ingin berlindung. Kebanyakan keluarga menolak dengan alasan takut jadi incaran penjajah. Beruntung masih ada satu keluarga di Banjar Dangin Tangluk, Kesiman yang mau menerimanya. Dengan catatan, Desak Putu Raka harus menyembunyikan identitas.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Inti Bali, Sudiarta Indrajaya menjelaskan, bahwa kunjungan ke rumah janda pahlawan sudah menjadi agenda rutin dalam rangka memaknai Kemerdekaan RI setiap tahunnya. "Ingat dengan orangtua adalah kewajiban kita sebagai generasi muda. Dan itu yang diwariskan oleh dewan pembina kami, yang selanjutnya kami teruskan ke generasi berikutnya," jelas pria yang akrab disapa Sin ini.
Kunjungan yang dalam istilah Tionghoa disebut Anjangsana ini sebagai kesempatan anak berbakti kepada orangtua. "Bagi Inti, orangtua veteran adalah orangtua kami," jelasnya. * nv
Komentar