RSUD Sanjiwani Rawat 161 Pasien DB
Satu diantara pasien itu, meninggal dunia yakni I Wayan Tekek asal Banjar Tengkulak Kaja Kangin, Desa Kemenuh.
GIANYAR, NusaBali
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di banyak tempat di Gianyar, belakangan mulai membiak. Kondisi ini dipicu genangan air muncul di mana-mana karena musim hujan.
Informasi di Gianyar, penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Sanjiwani Gianyar relatif tinggi. Selama periode Januari-Februari 2020, rumah sakit ini merawat sedikitnya 161 pasien DBD. Rinciannya, 88 pasien dirawat selama periode Januari, sisanya dirawat pada Februari 2020.
Satu diantara pasien itu, meninggal dunia yakni I Wayan Tekek asal Banjar Tengkulak Kaja Kangin, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati. Sementara itu, pada Februari 2020 tercatat 73 pasien DBD dirawat inap. "Per hari ini (Kamis kemarin, Red) ada 13 pasien dirawat inap di RSUD ini," jelas Humas RSUD Sanjiwani, Gianyar, Ida Bagus Punarbhawa, Kamis (27/2).
Sementara itu, warga mulai aktif mohon fogging (pengasapan) nyamuk kepada petugas Pukesmas terdekat. Meskipun zat kimia yang dipakai fogging sangat membahayakan kesehatan warga.
Fogging, antara lain, dilakukan tim fogging Dinas Kesehatan Gianyar di empat banjar se Desa Sayan Kecamatan Ubud, Kamis (27/2) kemarin. Fogging ini menyusul tiga warga setempat positif DBD hingga dirawat di rumah sakit. “Saat ini warga kami yang sempat kena DBD sudah pulih. Sebagai antisipasi, dilakukan fogging di empat banjar,” jelas Perbekel Sayan I Made Andika.
Pelaksanaan fogging, papar dia, sesuai prosedur. Mulai dari pendataan oleh petugas Puskesmas Ubud II, pengecekan ke lapangan, hingga mendata warga yang sakit karena positif DBD. "Kami lakukan fogging hari ini (kemarin, Red) ada di empat Banjar, yaitu di Banjar Baung, Banjar Pande, Banjar Mas, dan Banjar Kutuh," jelasnya.
Made Andika mengatakan kasus DBD pertama kali muncul di Banjar Penestanan Kaja, lanjut di Banjar Penestanan Kelod hingga ke Banjar Mas. Hal itu terjadi lantaran musim hujan tiba. Di pemukiman warga, khususnya di areal belakang rumah warga, ada banyak genangan air. Genangan itu menjadi tempat perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk.
Selain fogging, dia mengaku sudah berkoordinasi dengan petugas jumantik (juru pemantau jentik) di setiap banjar agar membagikan abate. “Kami selalu mengimbau warga melakukan tiga M yakni menguras, menutup, dan mengubur, serta pemberantasan sarang nyamuk," ungkap Andika. Kelian Banjar Mas, Desa Sayan I Kadek Dwi Putra Yoga mengatakan seorang warganya sempat dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar karena DBD. Beberapa warga juga mengalami gejala terserang sakit serupa, namun kini sudah membaik. "Fogging kami fokuskan di tengah pemukiman warga. Karena ada empat banjar harus difogging secara merata oleh Puskesmas dan tim fogging," imbuhnya.*nvi
Informasi di Gianyar, penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Sanjiwani Gianyar relatif tinggi. Selama periode Januari-Februari 2020, rumah sakit ini merawat sedikitnya 161 pasien DBD. Rinciannya, 88 pasien dirawat selama periode Januari, sisanya dirawat pada Februari 2020.
Satu diantara pasien itu, meninggal dunia yakni I Wayan Tekek asal Banjar Tengkulak Kaja Kangin, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati. Sementara itu, pada Februari 2020 tercatat 73 pasien DBD dirawat inap. "Per hari ini (Kamis kemarin, Red) ada 13 pasien dirawat inap di RSUD ini," jelas Humas RSUD Sanjiwani, Gianyar, Ida Bagus Punarbhawa, Kamis (27/2).
Sementara itu, warga mulai aktif mohon fogging (pengasapan) nyamuk kepada petugas Pukesmas terdekat. Meskipun zat kimia yang dipakai fogging sangat membahayakan kesehatan warga.
Fogging, antara lain, dilakukan tim fogging Dinas Kesehatan Gianyar di empat banjar se Desa Sayan Kecamatan Ubud, Kamis (27/2) kemarin. Fogging ini menyusul tiga warga setempat positif DBD hingga dirawat di rumah sakit. “Saat ini warga kami yang sempat kena DBD sudah pulih. Sebagai antisipasi, dilakukan fogging di empat banjar,” jelas Perbekel Sayan I Made Andika.
Pelaksanaan fogging, papar dia, sesuai prosedur. Mulai dari pendataan oleh petugas Puskesmas Ubud II, pengecekan ke lapangan, hingga mendata warga yang sakit karena positif DBD. "Kami lakukan fogging hari ini (kemarin, Red) ada di empat Banjar, yaitu di Banjar Baung, Banjar Pande, Banjar Mas, dan Banjar Kutuh," jelasnya.
Made Andika mengatakan kasus DBD pertama kali muncul di Banjar Penestanan Kaja, lanjut di Banjar Penestanan Kelod hingga ke Banjar Mas. Hal itu terjadi lantaran musim hujan tiba. Di pemukiman warga, khususnya di areal belakang rumah warga, ada banyak genangan air. Genangan itu menjadi tempat perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk.
Selain fogging, dia mengaku sudah berkoordinasi dengan petugas jumantik (juru pemantau jentik) di setiap banjar agar membagikan abate. “Kami selalu mengimbau warga melakukan tiga M yakni menguras, menutup, dan mengubur, serta pemberantasan sarang nyamuk," ungkap Andika. Kelian Banjar Mas, Desa Sayan I Kadek Dwi Putra Yoga mengatakan seorang warganya sempat dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar karena DBD. Beberapa warga juga mengalami gejala terserang sakit serupa, namun kini sudah membaik. "Fogging kami fokuskan di tengah pemukiman warga. Karena ada empat banjar harus difogging secara merata oleh Puskesmas dan tim fogging," imbuhnya.*nvi
1
Komentar