Bandara Hadirkan Suasana Hari Raya Galungan – Kuningan
“Kami menghadirkan dekorasi berupa penjor, padi, dan canang berisi sesaji di sejumlah titik di area terminal internasional dan terminal domestik, untuk memperingati Hari Raya Galungan dan Kuningan,” ujar General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Herry AY Sikado, Kamis (27/2).
MANGUPURA, NusaBali
Herry mengatakan empat penjor besar menghiasi sejumlah sudut terminal keberangkatan internasional. Sementara, di kawasan terminal keberangkatan domestik, area Taman Anggrek dihias menjadi Taman Penjor dan Gebogan.
“Kami berharap dalam perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan ini, pikiran yang suci dan bersih dapat menghilangkan semua pengaruh yang membawa dampak negatif,” kata Herry.
Herry menjelaskan dekorasi penjor dan gebogan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Pemasangan penjor juga diyakini dapat menjadi simbol kemakmuran serta kemenangan dan membangun suasana Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Selain itu, untuk menambah meriah suasana, pengelola Bandara Ngurah Rai juga menghadirkan pertunjukan tarian yang dipentaskan oleh penari penyandang disabilitas yang berasal dari Yayasan Kesayan Ikang Papa di Gianyar, yang membawakan Tarian Cendrawasih.
Hal tersebut sesuai dengan komitmen bandara yang mengutamakan pelayanan prima terhadap seluruh pengguna jasa tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya adalah penumpang berkebutuhan khusus.
Yayasan Kesayan Ikang Papa Gianyar, menampung 37 anak-anak penyandang disabilitas yang berasal dari keluarga kurang mampu dari berbagai daerah.
Mereka diberikan pelatihan seni tari, lukis, olahraga, dan diikutsertakan dalam berbagai perlombaan, sehingga dapat menambah kepercayaan dini dan mengasah keterampilan bagi anak asuh.
“Kami sangat senang anak-anak dari yayasan tersebut dapat tampil di bandara kami, mereka membawakan suatu karya tarian yang indah dan penuh makna. Saya rasa, inilah salah satu perwujudan makna dari Hari Raya Galungan dan Kuningan,” ungkap Herry.
Pembina Yayasan Kesayan Ikang Papa Anak Agung Putri Setyawati, menyatakan pihaknya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk tampil di kawasan Bandara Ngurah Rai.
“Anak-anak sangat senang diajak menari di sini. Mereka memiliki keterbatasan pendengaran dan tidak bisa bicara, namun mereka percaya diri dan merasa dihargai bisa tampil di tempat yang seperti ini. Jadi, bukan hanya orang Indonesia saja yang tahu bahwa mereka bisa menari tapi juga hampir seluruh dunia,” ujarnya. *ant
“Kami berharap dalam perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan ini, pikiran yang suci dan bersih dapat menghilangkan semua pengaruh yang membawa dampak negatif,” kata Herry.
Herry menjelaskan dekorasi penjor dan gebogan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Pemasangan penjor juga diyakini dapat menjadi simbol kemakmuran serta kemenangan dan membangun suasana Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Selain itu, untuk menambah meriah suasana, pengelola Bandara Ngurah Rai juga menghadirkan pertunjukan tarian yang dipentaskan oleh penari penyandang disabilitas yang berasal dari Yayasan Kesayan Ikang Papa di Gianyar, yang membawakan Tarian Cendrawasih.
Hal tersebut sesuai dengan komitmen bandara yang mengutamakan pelayanan prima terhadap seluruh pengguna jasa tanpa terkecuali, termasuk di dalamnya adalah penumpang berkebutuhan khusus.
Yayasan Kesayan Ikang Papa Gianyar, menampung 37 anak-anak penyandang disabilitas yang berasal dari keluarga kurang mampu dari berbagai daerah.
Mereka diberikan pelatihan seni tari, lukis, olahraga, dan diikutsertakan dalam berbagai perlombaan, sehingga dapat menambah kepercayaan dini dan mengasah keterampilan bagi anak asuh.
“Kami sangat senang anak-anak dari yayasan tersebut dapat tampil di bandara kami, mereka membawakan suatu karya tarian yang indah dan penuh makna. Saya rasa, inilah salah satu perwujudan makna dari Hari Raya Galungan dan Kuningan,” ungkap Herry.
Pembina Yayasan Kesayan Ikang Papa Anak Agung Putri Setyawati, menyatakan pihaknya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk tampil di kawasan Bandara Ngurah Rai.
“Anak-anak sangat senang diajak menari di sini. Mereka memiliki keterbatasan pendengaran dan tidak bisa bicara, namun mereka percaya diri dan merasa dihargai bisa tampil di tempat yang seperti ini. Jadi, bukan hanya orang Indonesia saja yang tahu bahwa mereka bisa menari tapi juga hampir seluruh dunia,” ujarnya. *ant
1
Komentar