Pamangku Dukuh Penaban Lomba Ngenterang Upacara
Sebanyak 40 pamangku di Desa Adat Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem dinilai ngenterang upacara serangkaian Bulan Bahasa Bali tahun 2020.
AMLAPURA, NusaBali
Para pamangku dari 17 dadia. Mereka lomba berpasangan. Ada nguncarang genta disertai melafalkan bait-bait mantra dan menuntun umat melakukan persembahyangan.
Penilaian meliputi tata bahasa saat ngenterang umat melakukan pamuspan. Terutama hendak memulai muspa puyung. Lomba dikoordinasikan Bendesa Adat Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya di Objek Museum Pustaka Lontar, Banjar Dukuh Bukit Ngandang, Desa Adat Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Kamis (27/2). Seluruh pamangku yang ikut lomba, rata-rata demam panggung karena tidak pernah berlomba. Apalagi bicara di depan publik menyampaikan tahapan muspa, mulai dari muspa puyung, muspa ke Ida Bhatara Surya, muspa nunas panugerahan hingga terakhir kembali muspa puyung.
Bertindak sebagai dewan juri, Ida I Dewa Gede Catra, AA Raka Bhuana dan I Nyoman Merta. Lomba diawali pamangku yang pegang genta nguncarang genta berlanjut melafalkan mantra. Maka, dilanjutkan pasangannya yang ngenterang upacara untuk melakukan tahapan pamuspaan. Anggota dewan juri I Nyoman Merta mengatakan, yang dinilai bukan suara genta dan melafalkan mantra, tetapi pengenter upacara saat menyampaikan pemberitahuan kepada umat hendak melakukan tahapan pamuspaan. "Dewan juri menilai tata kramaning sembah agar disampaikan dengan bahasa yang santun dengan intonasi yang tepat. Ini juga bertujuan untuk penyeragaman penyampaian tahapan pamuspaan," kata I Nyoman Merta yang juga penulis lontar dan Kepala Bidang Pembinaan SD Disdikpora Karangasem.
Lomba ini diharapkan berdampak kepada seluruh pamangku yang perlu didampingi pengenter upacara. Sehingga pamuspaan berjalan tertib, di samping juga lebih membumikan bahasa Bali yang sesuai tata bahasanya.
Bendesa Jro Nengah Suarya mengaku salut atas keikutsertaan seluruh pamangku dari 17 dadia. "Walau belum pernah berlomba, tetapi berani mencoba bicara di depan publik, ini awal yang baik. pada akhirnya akan terbiasa ngenterang upacara," kata Jro Nengah Suarya didampingi panyarikan I Nengah Sudana.
Pengenter upacara yang dinobatkan sebagai juara I yakni Jro Mangku Gede Geden pamangku di Pura Dadia Batur Jaksa dari Banjar Adat Penaban, juara II Jro Mangku Wayan Gandasari pamangku di Pura Banjar Adat Penaban dan juara III Jro Mangku Wayan Mastra pamangku di Pura Banjar Adat Dukuh Bukit Ngandang. *k16
Penilaian meliputi tata bahasa saat ngenterang umat melakukan pamuspan. Terutama hendak memulai muspa puyung. Lomba dikoordinasikan Bendesa Adat Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya di Objek Museum Pustaka Lontar, Banjar Dukuh Bukit Ngandang, Desa Adat Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Kamis (27/2). Seluruh pamangku yang ikut lomba, rata-rata demam panggung karena tidak pernah berlomba. Apalagi bicara di depan publik menyampaikan tahapan muspa, mulai dari muspa puyung, muspa ke Ida Bhatara Surya, muspa nunas panugerahan hingga terakhir kembali muspa puyung.
Bertindak sebagai dewan juri, Ida I Dewa Gede Catra, AA Raka Bhuana dan I Nyoman Merta. Lomba diawali pamangku yang pegang genta nguncarang genta berlanjut melafalkan mantra. Maka, dilanjutkan pasangannya yang ngenterang upacara untuk melakukan tahapan pamuspaan. Anggota dewan juri I Nyoman Merta mengatakan, yang dinilai bukan suara genta dan melafalkan mantra, tetapi pengenter upacara saat menyampaikan pemberitahuan kepada umat hendak melakukan tahapan pamuspaan. "Dewan juri menilai tata kramaning sembah agar disampaikan dengan bahasa yang santun dengan intonasi yang tepat. Ini juga bertujuan untuk penyeragaman penyampaian tahapan pamuspaan," kata I Nyoman Merta yang juga penulis lontar dan Kepala Bidang Pembinaan SD Disdikpora Karangasem.
Lomba ini diharapkan berdampak kepada seluruh pamangku yang perlu didampingi pengenter upacara. Sehingga pamuspaan berjalan tertib, di samping juga lebih membumikan bahasa Bali yang sesuai tata bahasanya.
Bendesa Jro Nengah Suarya mengaku salut atas keikutsertaan seluruh pamangku dari 17 dadia. "Walau belum pernah berlomba, tetapi berani mencoba bicara di depan publik, ini awal yang baik. pada akhirnya akan terbiasa ngenterang upacara," kata Jro Nengah Suarya didampingi panyarikan I Nengah Sudana.
Pengenter upacara yang dinobatkan sebagai juara I yakni Jro Mangku Gede Geden pamangku di Pura Dadia Batur Jaksa dari Banjar Adat Penaban, juara II Jro Mangku Wayan Gandasari pamangku di Pura Banjar Adat Penaban dan juara III Jro Mangku Wayan Mastra pamangku di Pura Banjar Adat Dukuh Bukit Ngandang. *k16
Komentar