Belasan Warga Desa Bila Mengungsi ke Bale Banjar
Tidak Kuat Bau Busuk karena Kematian Ratusan Babi di Peternakan ABS
Pihak peternakan PT ABS di Banjar Kawanan, Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng telah membuat 5 lubang dengan ukuran masing-masing 7 meter x 6 meter untuk mengubur ratusan bangkai babinya
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 16 warga Banjar Kawanan, Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng terpaksa mengungsi akibat bau bangkai ratusan babi yang mati mendadak di peternakan babi milik PT Anugrah Bersama Sukses (ABS). Mereka mengungsi ke Bale Banjar Kawan, Desa Bila, sejak Kamis (27/2) malam.
Dalam kurun dua pekan terakhir, diketahui banyak babi di PT ABS mengalami kematian mendadak. Jumlah babi yang dilaporkan mati mendadak telah mencapai 255 ekor. Penyebab kematian ratusan babi itu hingga kini belum diketahui secara pasti.
Akibat kematian ratusan babi tersebut, warga pendamping peteranakan babi PT ABS mengaku mencium bau yang tidak enak. Itu sebabnya, warga pendamping berjumlah 16 orang tersebut pilih mengungsi ke Bale Banjar Kawan, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pemukiman mereka, sejak Kamis malam.
Mereka rata-rata pilih mengungsi hanya pada malam hari. Paginya, mereka balik ke rumah masing-masing, guna melaksanakan aktivitas seperti biasa. Terlebih, mereka harus persiapan Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (29/2) ini. Mereka mengungsi tanpa mengajak istri dan anak. Alasannya, istri dan anak-anak mereka sengaja ditinggal agar ada yang menjaga rumah.
Itu sebabnya, saat NusaBali bertandang ke Bal Banjar Kawan, Desa Bila, Jumat (28/2) siang, tidak ada satu pun pengungsi di sana. Yang terlihat hanya kasur, karpet, dan kompor.
Salah satu warga pendamping yang mengungsi, Gede Rediasa, 38, mengaku mengungsi bersama rekan-rekannya ke Bale Bajar Kawan, sejak Kamis malam sekitar pukul 19.00 Wita, karena sudah tidak tahan mencium bau busuk yang muncul dari peternakan babi PT ABS. Namun, Gede Rediasa tidak mengajak istri dan keempat anaknya mengungsi, dengan alasan khawatir rumahnya dibobol maling bila dibiarkan dalam keadaan kosong tanpa penghuni.
“Awalnya, saya mau mengajak istri dan anak juga untuk mengungsi. Tapi, polisi mengimbau agar rumah jangan kosong, takutnya nanti dimanfaatkan oleh maling. Di samping itu, istri saya juga sedang persiapan Hari Raya Kuningan,” tutur Gede Rediasa, Jumat (28/2).
Menurut Rediasa, untuk melindungi istri dan keempat anaknya dari bau busuk di rumah, seluruh ventilasi rumahnya ditutup dengan plastik tebal. Dengan begitu, bau husuk tidak sampai masuk ke ruangan dalam rumah. “Tapi, saya rencananya akan memboyong istri dan anak ke tempat pengungsian setelah Hari Rraya Kuningan (Sabtu ini, Red),” ungkap Rediasa.
Paparan senada juga disampaikan Wayan Marsa, 52, warga pendamping yang rumahnya tepat berada di belakang peternakan babi PT ABS. Wayan Marsa mengaku mulai mencium bau tidak enak sejak seminggu belakangan. Karena tidak kuat mencium bau busuk tersebut, saya putuskan mengungsi,” jelas Wayan Marsa, Jumat kemarin.
Marsa menyebutkan, bau menyengat itu merebak akibat babi-babi yang mati di peternakan PT ABS belum dikubur. Bahkan, ada babi mati masih dibiarkan di dalam kandang, karena sulit dikeluarkan. Kondisi itu dilihatnya saat Marsa ikut masuk ke dalam kandang peternakan bersama rombongan Muspika Kubutambahan.
“Saya lihat sendiri, ternyata babi-babi yang mati itu belum dikubur. Ada yang dibakar di dalam kandang, tetapi tidak terbakar seluruhnya. Jadi ini yang menimbulkan bau busuk,” terang Marsa.
Sementara itu, Manajer PT ABS, Made Widnyana, mengakui pihaknya kewalahan mengubur babi-babi yang mati. Selain karena jumlah babi yang mati lumayan banyak, jumlah tenaga kerja di perusahaannya juga terbatas. Namun, Widnyana berjanji seluruh bangkai babi mati sudah tuntas dikuburkan, Jumat kemarin.
Menurut Widnyana, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng telah membantu satu unit alat berat guna membuat lubang untuk mengubur bangkai babi. Windyana mengaku telah membuat 5 lubang cukup besar, dengan ukuran masing-masing 7 meter x 6 meter untuk mengubur bangkai babi.
“Ini musibah. Jumlah babi yang mati banyak, ukurannya juga besar-besar. Karena keterbatasan sumber daya, sehingga kami tidak bisa mengubur langsung ratusan babi yang mati itu. Sekarang semua bangkai babi sudah dikubur di dua lubang. Sementara tiga lubang sisanya kami gunakan sebagai lubang cadangan, jaga-jaga kalau ada babi yang mati lagi,” jelas Widnyana.
Disinggung terkait sisa babi di peternakan PT ABS yang masih bertahan hidup, menurut Widnyana, jumlahnya mencapai 1.000 ekor. Untuk menjaga agar babi-babi itu tidak terserang penyakit, PT ABS secara rutin menyemprotkan disinfektan dan menjaga kebersihan kandang.
“Yang masih hidup tetap dikandangkan. Kami tidak bisa membawanya ke tempat lain, karena penyakit ini penyebarannya melalui udara. Kami takut tempat lain ikut terpapar, sehingga di sini kami hanya memperketat biosecurity,” katanya.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Made Sumiarta, menyebutkan seluruh babi yang mati di PT ABS telah dikubur mulai Jumat kemarin. Sumiarta juga mengaku telah mengimbau PT ABS agar segera mengubur babi yang dalam keadaan sakit, sebagai upaya mencegah agar wabah tidak meluas.
“Kami sudah bantu dengan alat berat untuk membuat lubang penguburan. Hari ini seluruh bangkai babi di PT ABS sudah dikubur. Kalau yang terlihat sakit, kami minta dikubur saja, sebagai antisipasi agar tidak meluas lagi,” tandas Sumiarta. *k19
Dalam kurun dua pekan terakhir, diketahui banyak babi di PT ABS mengalami kematian mendadak. Jumlah babi yang dilaporkan mati mendadak telah mencapai 255 ekor. Penyebab kematian ratusan babi itu hingga kini belum diketahui secara pasti.
Akibat kematian ratusan babi tersebut, warga pendamping peteranakan babi PT ABS mengaku mencium bau yang tidak enak. Itu sebabnya, warga pendamping berjumlah 16 orang tersebut pilih mengungsi ke Bale Banjar Kawan, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pemukiman mereka, sejak Kamis malam.
Mereka rata-rata pilih mengungsi hanya pada malam hari. Paginya, mereka balik ke rumah masing-masing, guna melaksanakan aktivitas seperti biasa. Terlebih, mereka harus persiapan Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (29/2) ini. Mereka mengungsi tanpa mengajak istri dan anak. Alasannya, istri dan anak-anak mereka sengaja ditinggal agar ada yang menjaga rumah.
Itu sebabnya, saat NusaBali bertandang ke Bal Banjar Kawan, Desa Bila, Jumat (28/2) siang, tidak ada satu pun pengungsi di sana. Yang terlihat hanya kasur, karpet, dan kompor.
Salah satu warga pendamping yang mengungsi, Gede Rediasa, 38, mengaku mengungsi bersama rekan-rekannya ke Bale Bajar Kawan, sejak Kamis malam sekitar pukul 19.00 Wita, karena sudah tidak tahan mencium bau busuk yang muncul dari peternakan babi PT ABS. Namun, Gede Rediasa tidak mengajak istri dan keempat anaknya mengungsi, dengan alasan khawatir rumahnya dibobol maling bila dibiarkan dalam keadaan kosong tanpa penghuni.
“Awalnya, saya mau mengajak istri dan anak juga untuk mengungsi. Tapi, polisi mengimbau agar rumah jangan kosong, takutnya nanti dimanfaatkan oleh maling. Di samping itu, istri saya juga sedang persiapan Hari Raya Kuningan,” tutur Gede Rediasa, Jumat (28/2).
Menurut Rediasa, untuk melindungi istri dan keempat anaknya dari bau busuk di rumah, seluruh ventilasi rumahnya ditutup dengan plastik tebal. Dengan begitu, bau husuk tidak sampai masuk ke ruangan dalam rumah. “Tapi, saya rencananya akan memboyong istri dan anak ke tempat pengungsian setelah Hari Rraya Kuningan (Sabtu ini, Red),” ungkap Rediasa.
Paparan senada juga disampaikan Wayan Marsa, 52, warga pendamping yang rumahnya tepat berada di belakang peternakan babi PT ABS. Wayan Marsa mengaku mulai mencium bau tidak enak sejak seminggu belakangan. Karena tidak kuat mencium bau busuk tersebut, saya putuskan mengungsi,” jelas Wayan Marsa, Jumat kemarin.
Marsa menyebutkan, bau menyengat itu merebak akibat babi-babi yang mati di peternakan PT ABS belum dikubur. Bahkan, ada babi mati masih dibiarkan di dalam kandang, karena sulit dikeluarkan. Kondisi itu dilihatnya saat Marsa ikut masuk ke dalam kandang peternakan bersama rombongan Muspika Kubutambahan.
“Saya lihat sendiri, ternyata babi-babi yang mati itu belum dikubur. Ada yang dibakar di dalam kandang, tetapi tidak terbakar seluruhnya. Jadi ini yang menimbulkan bau busuk,” terang Marsa.
Sementara itu, Manajer PT ABS, Made Widnyana, mengakui pihaknya kewalahan mengubur babi-babi yang mati. Selain karena jumlah babi yang mati lumayan banyak, jumlah tenaga kerja di perusahaannya juga terbatas. Namun, Widnyana berjanji seluruh bangkai babi mati sudah tuntas dikuburkan, Jumat kemarin.
Menurut Widnyana, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng telah membantu satu unit alat berat guna membuat lubang untuk mengubur bangkai babi. Windyana mengaku telah membuat 5 lubang cukup besar, dengan ukuran masing-masing 7 meter x 6 meter untuk mengubur bangkai babi.
“Ini musibah. Jumlah babi yang mati banyak, ukurannya juga besar-besar. Karena keterbatasan sumber daya, sehingga kami tidak bisa mengubur langsung ratusan babi yang mati itu. Sekarang semua bangkai babi sudah dikubur di dua lubang. Sementara tiga lubang sisanya kami gunakan sebagai lubang cadangan, jaga-jaga kalau ada babi yang mati lagi,” jelas Widnyana.
Disinggung terkait sisa babi di peternakan PT ABS yang masih bertahan hidup, menurut Widnyana, jumlahnya mencapai 1.000 ekor. Untuk menjaga agar babi-babi itu tidak terserang penyakit, PT ABS secara rutin menyemprotkan disinfektan dan menjaga kebersihan kandang.
“Yang masih hidup tetap dikandangkan. Kami tidak bisa membawanya ke tempat lain, karena penyakit ini penyebarannya melalui udara. Kami takut tempat lain ikut terpapar, sehingga di sini kami hanya memperketat biosecurity,” katanya.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Made Sumiarta, menyebutkan seluruh babi yang mati di PT ABS telah dikubur mulai Jumat kemarin. Sumiarta juga mengaku telah mengimbau PT ABS agar segera mengubur babi yang dalam keadaan sakit, sebagai upaya mencegah agar wabah tidak meluas.
“Kami sudah bantu dengan alat berat untuk membuat lubang penguburan. Hari ini seluruh bangkai babi di PT ABS sudah dikubur. Kalau yang terlihat sakit, kami minta dikubur saja, sebagai antisipasi agar tidak meluas lagi,” tandas Sumiarta. *k19
1
Komentar