Ribuan Pamedek Ngaci Keburan di Pura Hyang Api
Tradisi Aci Keburan (persembahan berupa adu ayam jago,Red) berlangsung di Pura Hyang Api, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar, Redite Umanis Langkir, Minggu (1/3).
GIANYAR, NusaBali
Tradisi ini digelar setiap 210 hari sekali, atau enam bulan kalender Bali, tepat pada piodalan di pura tersebut. Tradisi ini diyakini sebagai rentetan piodalan dengan mengadu ayam jago peliharaan agar terhindar dari grubug (penyakit). Salah seorang pamangku pura yang ngayah di sana, Ida Bagus Suragatana menjelaskan Aci Keburan memang secara umum dilihat seperti tabuh rah. Meski demikian, dia mengatakan bukan sebagai tajen (adu ayam) pada umumnya. “Ini sebagai simbolisasi karena peliharaan krama sudah hidup subur, mulai dari peternak babi, ayam, bebek, dan lain sebagainya. Ketika kena penyakit, krama juga biasanya nunas tirta di sini untuk diperciki peliharaannya yang kena penyakit tersebut,” paparnya.
Dia juga mengaku Aci Keburan bukan tajen. Karena orang yang membawa ayam ke lokasi aci ini bukan mencari sebuah keuntungan. Selain itu, tidak ada taruhan sehingga tidak terdapat menang dan kalah. Namun semua warga yang membawa ayam untuk ngayah, dan ngaturang sesari dari ayam yang dihaturkan dalam prosesi Aci itu.
Dia juga menerangkan sejarah dari pelaksanaan tradisi Aci Keburan. Berawal dari adanya seorang pengembala berbagai hewan peliharaan. Pengembala ini beristirahat di sekitar pura. Dulu, puranya belum seperti saat ini melainkan sebuah hutan dengan pepohonan yang sangat rindang.
Ida Bagus Suragatana menambahkan, makna pelaksanaan Aci sebagai bentuk rasa syukur pamedek atau pun krama. Mengingat pamedek yang datang ke sana tidak hanya dari daerah Payangan atau Gianyar saja. Mereka dari seluruh Bali yang yakin dengan keberadaan pura tersebut untuk memohon kesuburan pada peliharaannya dan digunakan sebagai pelengkap upacara. “Pelaksanaan Aci Keburan ini berlangsung pada pagi hari, dimulai pukul 07.00 Wita sampai pukul 10.00 Wita. Itu terus berlangsung selama sebulan, dimulai dari Piodalan di Pura Hyang Api sejak Kuningan beberapa hari lalu,” imbuh pria dari Griya Gede, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan tersebut.*nvi
Dia juga mengaku Aci Keburan bukan tajen. Karena orang yang membawa ayam ke lokasi aci ini bukan mencari sebuah keuntungan. Selain itu, tidak ada taruhan sehingga tidak terdapat menang dan kalah. Namun semua warga yang membawa ayam untuk ngayah, dan ngaturang sesari dari ayam yang dihaturkan dalam prosesi Aci itu.
Dia juga menerangkan sejarah dari pelaksanaan tradisi Aci Keburan. Berawal dari adanya seorang pengembala berbagai hewan peliharaan. Pengembala ini beristirahat di sekitar pura. Dulu, puranya belum seperti saat ini melainkan sebuah hutan dengan pepohonan yang sangat rindang.
Ida Bagus Suragatana menambahkan, makna pelaksanaan Aci sebagai bentuk rasa syukur pamedek atau pun krama. Mengingat pamedek yang datang ke sana tidak hanya dari daerah Payangan atau Gianyar saja. Mereka dari seluruh Bali yang yakin dengan keberadaan pura tersebut untuk memohon kesuburan pada peliharaannya dan digunakan sebagai pelengkap upacara. “Pelaksanaan Aci Keburan ini berlangsung pada pagi hari, dimulai pukul 07.00 Wita sampai pukul 10.00 Wita. Itu terus berlangsung selama sebulan, dimulai dari Piodalan di Pura Hyang Api sejak Kuningan beberapa hari lalu,” imbuh pria dari Griya Gede, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan tersebut.*nvi
1
Komentar