Ke Istana Negara Berkat Kopi Biji Salak
Luh Ayu Nanamy juga bersiap ke Asian Science Camp 2016 di India (21-28 Agustus 2016)
DENPASAR, NusaBali
Peringatan Detik-detik Proklamasi RI ke-71 di Istana Negara, Rabu (17/8) kemarin tak hanya dihadiri pejabat tinggi, melainkan juga dihadiri masyarakat umum khususnya yang berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Satu dari ratusan undangan kenegaraan itu, adalah peneliti belia asal Bali yakni Luh Ayu Nanamy Khrisnashanti Eva Susila, siswa kelas XII IPA 2 SMAN 4 Denpasar.
Nanamy demikian dara cantik ini akrab disapa, mendapat undangan negara untuk menghadiri peringatan Kemerdekaan RI berkat 'Kopi Biji Salak'. Bahkan berkat inovasi ini, Nanamy meraih medali perak International Conference of Young Scientists (ICYS) di Cluj-Napoca, Romania April 2016. Bagaimana kisahnya?, melalui sambungan telepon Nanamy menceritakan setiap proses yang mesti ia lalui.
Anak pertama dari I Gede Susila SSos dan I Gusti Ayu Putu Rukmini SH ini mengatakan bahwa keberhasilan di tingkat internasional ini diraih dengan usaha yang maksimal. Sebelum mengikuti lomba di tingkat internasional, Nanamy melewati dua tahapan lomba yaitu Lomba Peneliti Belia tingkat Provinsi Bali dan Lomba Peneliti Belia tingkat Nasional. Di tingkat provinsi, Nanamy meraih juara 3 dan mendapatkan tiket untuk bisa bersaing di tingkat nasional. "Awalnya saya kira juara 1 saja yang dapat tiket ke nasional. Ternyata saya juga dapat kesempatan," ujar anak pertama dari 3 bersaudara ini.
Dengan gigih dan semangat, pada perlombaan Peneliti Belia Nasional, Nanamy membuktikan ia berhasil meraih medali emas dengan judul penelitian ‘Content Analysis of Polyphenolic Antioxidants on Salacca Coffee as a Anticancer Potential’.
Berikutnya, Nanamy berhak berangkat ke tingkat internasional. "Untuk keberangkatan ke tingkat internasional, saya melakukan bimbingan nasional di Bandung selama 4 bulan," jelas alumni SMP Negeri 1 Kuta ini.
Nanamy berlomba di ICYS dalam bidang environmental science dengan hasil penelitian berjudul ‘Salacca Coffee made from Snake Fruit Seed Waste Added with Pineapple Skin and Papaya Latex’. Penelitian ini memanfaatkan biji salak yang selama ini masih menjadi limbah di kampung menjadi kopi. Pemanfaatan limbah ini juga melibatkan limbah lainnya yaitu kulit nanas dan getah pepaya. Nanamy juga melakukan uji organoleptik yang meliputi analisa rasa dan aroma dari kopi biji salak ini untuk mengetahui apakah nantinya kopi ini dapat diterima dikalangan masyarakat atau tidak. Dalam hal ini, ia membandingkan 3 jenis kopi lainnya dan 2 kopi sebagai kontrol. "Berdasarkan hasil uji organoleptik banyak responden yang lebih memilih kopi biji salak yang dikombinasikan dengan getah pepaya," kenang gadis asal Desa Temega, Karangasem ini.
Walaupun belum bisa meraih medali emas, tetapi Nanamy sudah berkontribusi dan berupaya melakukan yang terbaik untuk Indonesia, Bali, sekolah, dan keluarga. "Saya sangat berharap nantinya produk lokal kopi biji salak ini dapat berkembang di kalangan masyarakat dan tentunya ada sedikit bantuan dari pemerintah untuk ikut membantu mengembangkan produk lokal ini," harapnya yang juga terpilih sebagai salah satu dari 10 delegasi Indonesia yang akan dikirim ke Asian Science Camp 2016 di India (21-28 Agustus 2016) ini. * nv
Peringatan Detik-detik Proklamasi RI ke-71 di Istana Negara, Rabu (17/8) kemarin tak hanya dihadiri pejabat tinggi, melainkan juga dihadiri masyarakat umum khususnya yang berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Satu dari ratusan undangan kenegaraan itu, adalah peneliti belia asal Bali yakni Luh Ayu Nanamy Khrisnashanti Eva Susila, siswa kelas XII IPA 2 SMAN 4 Denpasar.
Nanamy demikian dara cantik ini akrab disapa, mendapat undangan negara untuk menghadiri peringatan Kemerdekaan RI berkat 'Kopi Biji Salak'. Bahkan berkat inovasi ini, Nanamy meraih medali perak International Conference of Young Scientists (ICYS) di Cluj-Napoca, Romania April 2016. Bagaimana kisahnya?, melalui sambungan telepon Nanamy menceritakan setiap proses yang mesti ia lalui.
Anak pertama dari I Gede Susila SSos dan I Gusti Ayu Putu Rukmini SH ini mengatakan bahwa keberhasilan di tingkat internasional ini diraih dengan usaha yang maksimal. Sebelum mengikuti lomba di tingkat internasional, Nanamy melewati dua tahapan lomba yaitu Lomba Peneliti Belia tingkat Provinsi Bali dan Lomba Peneliti Belia tingkat Nasional. Di tingkat provinsi, Nanamy meraih juara 3 dan mendapatkan tiket untuk bisa bersaing di tingkat nasional. "Awalnya saya kira juara 1 saja yang dapat tiket ke nasional. Ternyata saya juga dapat kesempatan," ujar anak pertama dari 3 bersaudara ini.
Dengan gigih dan semangat, pada perlombaan Peneliti Belia Nasional, Nanamy membuktikan ia berhasil meraih medali emas dengan judul penelitian ‘Content Analysis of Polyphenolic Antioxidants on Salacca Coffee as a Anticancer Potential’.
Berikutnya, Nanamy berhak berangkat ke tingkat internasional. "Untuk keberangkatan ke tingkat internasional, saya melakukan bimbingan nasional di Bandung selama 4 bulan," jelas alumni SMP Negeri 1 Kuta ini.
Nanamy berlomba di ICYS dalam bidang environmental science dengan hasil penelitian berjudul ‘Salacca Coffee made from Snake Fruit Seed Waste Added with Pineapple Skin and Papaya Latex’. Penelitian ini memanfaatkan biji salak yang selama ini masih menjadi limbah di kampung menjadi kopi. Pemanfaatan limbah ini juga melibatkan limbah lainnya yaitu kulit nanas dan getah pepaya. Nanamy juga melakukan uji organoleptik yang meliputi analisa rasa dan aroma dari kopi biji salak ini untuk mengetahui apakah nantinya kopi ini dapat diterima dikalangan masyarakat atau tidak. Dalam hal ini, ia membandingkan 3 jenis kopi lainnya dan 2 kopi sebagai kontrol. "Berdasarkan hasil uji organoleptik banyak responden yang lebih memilih kopi biji salak yang dikombinasikan dengan getah pepaya," kenang gadis asal Desa Temega, Karangasem ini.
Walaupun belum bisa meraih medali emas, tetapi Nanamy sudah berkontribusi dan berupaya melakukan yang terbaik untuk Indonesia, Bali, sekolah, dan keluarga. "Saya sangat berharap nantinya produk lokal kopi biji salak ini dapat berkembang di kalangan masyarakat dan tentunya ada sedikit bantuan dari pemerintah untuk ikut membantu mengembangkan produk lokal ini," harapnya yang juga terpilih sebagai salah satu dari 10 delegasi Indonesia yang akan dikirim ke Asian Science Camp 2016 di India (21-28 Agustus 2016) ini. * nv
1
Komentar