Dinas LHK Kekurangan Alat Berat Atasi Sampah Kiriman di Pantai
Terjangan sampah kiriman belum berakhir.
MANGUPURA, NusaBali
Hingga saat ini Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (LHK) Badung masih menyiagakan sekitar 700-an petugas kebersihan untuk mengatasi sampah kiriman di sepanjang garis pantai di Kabupaten Badung.
Kendati terjangan sampah kiriman terjadi rutin tiap tahun, ironisnya masalah klasik belum terpecahkan. Salah satunya adalah keterbatasan alat berat untuk menunjang kinerja 700 petugas kebersihan yang tersebar di 12 zona. Alhasil, petugas di lapangan kerap kewalahan bila sampah kiriman datang dalam jumlah banyak.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas LHK Badung AA Gede Agung Dalem, saat dikonfirmasi, Minggu (1/3), tak menyangkal kondisi yang terjadi. Menurut dia, saat ini pembersihan sampah kerap dilakukan secara bergiliran. Salah satu penyebabnya karena keterbatasan alat berat.
Idealnya dalam satu zona yang rata-rata berjarak sekitar 1,2 kilometer ditempatkan 1 loader. Dengan demikian bila sampah kiriman datang, penanganan bisa cepat. Namun, kenyataannya tidak demikian, Dinas LHK baru memilki 4 loader yang mengcover 12 zona dari bibir pantai kawasan Mengwi hingga Kuta Selatan. “Kalau ingin memaksimalkan pembersihan, kita jelas kekurangan loader. Minimal 1 zona ada 1 unit alat berat atau loader,” katanya.
Dengan 4 loader dan 2 unit barber cleaner untuk finishing sampah-sampah yang kecil, memang masih bisa mengcover seluruh titik. Namun menurut birokrat asal Klungkung, ini dengan model penggunaan alat berat secara bergilir cukup membuat kewalahan petugas. “Untuk sementara ini kami bisa membersihkan sampah yang ada di pantai. Namun mobilisasi alatnya agak lama dari zona satu ke zona yang lain. Jadi mesti dilakukan secara bertahap,” tutur Gung Dalem sembari menyebut sampah dari pantai sekitar 60 ton per dua hari.
Menyikapi kekurangan alat berat tersebut, saat ini Dinas LHK sedang berupaya mengusulkan pengadaan. “Terealisasi atau tidaknya, kita lihat nanti. Untuk satu alat berat tersebut harganya mencapai Rp 5 miliar,” kata mantan Kepala Bidang Sumber Daya Air pada Dinas PUPR Badung, ini.
Disinggung ke mana sampah dari pantai dibawa, Gung Dalem mengaku sebagian besar ditampung dan dibawa ke TPS Sementara di Mengwitani, Kecamatan Mengwi. “Sampah kayu ditumpuk di TPST Mengwitani, nanti juga akan dicacah di sana,” tandasnya. *asa
Kendati terjangan sampah kiriman terjadi rutin tiap tahun, ironisnya masalah klasik belum terpecahkan. Salah satunya adalah keterbatasan alat berat untuk menunjang kinerja 700 petugas kebersihan yang tersebar di 12 zona. Alhasil, petugas di lapangan kerap kewalahan bila sampah kiriman datang dalam jumlah banyak.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas LHK Badung AA Gede Agung Dalem, saat dikonfirmasi, Minggu (1/3), tak menyangkal kondisi yang terjadi. Menurut dia, saat ini pembersihan sampah kerap dilakukan secara bergiliran. Salah satu penyebabnya karena keterbatasan alat berat.
Idealnya dalam satu zona yang rata-rata berjarak sekitar 1,2 kilometer ditempatkan 1 loader. Dengan demikian bila sampah kiriman datang, penanganan bisa cepat. Namun, kenyataannya tidak demikian, Dinas LHK baru memilki 4 loader yang mengcover 12 zona dari bibir pantai kawasan Mengwi hingga Kuta Selatan. “Kalau ingin memaksimalkan pembersihan, kita jelas kekurangan loader. Minimal 1 zona ada 1 unit alat berat atau loader,” katanya.
Dengan 4 loader dan 2 unit barber cleaner untuk finishing sampah-sampah yang kecil, memang masih bisa mengcover seluruh titik. Namun menurut birokrat asal Klungkung, ini dengan model penggunaan alat berat secara bergilir cukup membuat kewalahan petugas. “Untuk sementara ini kami bisa membersihkan sampah yang ada di pantai. Namun mobilisasi alatnya agak lama dari zona satu ke zona yang lain. Jadi mesti dilakukan secara bertahap,” tutur Gung Dalem sembari menyebut sampah dari pantai sekitar 60 ton per dua hari.
Menyikapi kekurangan alat berat tersebut, saat ini Dinas LHK sedang berupaya mengusulkan pengadaan. “Terealisasi atau tidaknya, kita lihat nanti. Untuk satu alat berat tersebut harganya mencapai Rp 5 miliar,” kata mantan Kepala Bidang Sumber Daya Air pada Dinas PUPR Badung, ini.
Disinggung ke mana sampah dari pantai dibawa, Gung Dalem mengaku sebagian besar ditampung dan dibawa ke TPS Sementara di Mengwitani, Kecamatan Mengwi. “Sampah kayu ditumpuk di TPST Mengwitani, nanti juga akan dicacah di sana,” tandasnya. *asa
1
Komentar