Langsung Dapat Kepercayaan Istimewa Sepulang dari Penugasan di Poso
Sebelum masuk Akademi Militer, Putra Widiastawa sempat kuliah selama dua semester di Fakultas Teknik Unud. Alumnus AMAN Singaraja ini tertarik jadi tentara karena terkesima oleh pesona Kopassus
JAKARTA, NusaBali
Anggota TNI AD asal Singaraja, Buleleng, Kolonel Inf Putra Widiastawa, 45, dipercaya sebagai Komandan Upacara saat Upacara Peringatan ‘Detik-detik HUT ke-71 Proklamasi Kemerdekaan RI’ di Istana Negara Jakarta, Rabu (17/8) pagi. Kepercayaan istimewa ini justru didapatkannya saat baru pulang dari pengusasan di daerah Konflik Poso, Sulawesi Tengah.
Kolonel Inf Putra Widiastawa, yang kesehariannya bertugas sebagai Komandan Brigif 22/Oms Kodam VII/Wirabuana, Sulawesi Selatan mengaku sangat bangga bisa mendapat kepercayaan emban tugas kenegaraan di depan Presiden dan tamu negara-negara sahabat. Ini kehormatan, karena sekaligus mengharumkan nama angkatan, daerah asal, dan komunitas sekolah asal.
"Perasaan saya bangga campur haru, karena bisa mewakili angkatan saya TNI AD dari Kodam VII/Wirabuana dan komunitas saya dilahirkan sampai dibesarkan yakni di Singaraja, Buleleng. Saya juga mewakili tempat saya menuntut ilmu dari TK sampai SMA di Singaraja," ungkap Putra Widiastawa kepada NusaBali seusai upacara Penurunan Sang Saka Merah Putih di Istana Negara, Rabu petang.
Perwira menengah kelahiran Singaraja, 3 April 1971, ini mengaku sebenarnya dia baru pulang dari penugasan selama 8 bulan di daerah konflik Poso. Dari sana, Putra Widias-tawa langsung mengikuti tahap seleksi kandidat Komandan Paskibraka Nasional 2016 di tingkat Kodam. Dinyatakan sebagai pemenang, perwira berusia 45 tahun ini pun lanjut ke ajang seleksi tingkat pusat alias gabungan, baik dari TNI AD, TNI AU, TNI AL, maupun Polri.
Dalam seleksi gabungan ini, tiap-tiap angkatan diwakili 2 orang, sehingga total ada 8 kandidat Komandan Paskibraka Nasional 2016. Pada akhirnya, yang terpilih hanya 2 orang dari 8 peserta. Merea kebagian tugas masing-masing upacara pagi (penaikan Sang Saka Merah Putih) dan sore (penurunan Sang Saka Merah Putih). Putra Widiastawa sangat beruntung terpilih bersama satu rekannya dari angkatan lain yang bertugas sore hari.
Ketika menjalankan tugas sebagai Komandan Upacara Detik-detik Proklamasi di Istana Negara Jakarta, Rabu pagi, Putra Widiastawa disaksikan langsung oleh sang istri, Desak Putu Suhartini, yang datang khusus dari Gorontalo. "Saya ikut bangga suami mendapat kepercayaan seperti itu. Apalagi, selama ini dia berlatih sangat makasimal," imbuh sang istri, Desak Putu Suhartini. “Usai menjalankan tugas kenegaraan ini, saya segera kembali bertugas di Brigif 22 Kodam VII/Wirabuana,” sambung Putra Widiastawa.
Putra Widiastawa sendiri lahir dan dibesarkan di tengah-tengah lingkungan keluarga menengah atas di Singaraja. Dia merupakan anak dari pasangan Drs I Ketut Pugeh dan Dra Ni Luh Putu Srinadi. Pendidikan TK hingga SMP dijalaninya di Perguruan Lab Udayana Singaraja, Buleleng. Kemudian, dia melanjutkan di SMAN 1 Singaraja. Sempat kuliuah selama dua semeter di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Unud, Putra Widiastawa kemudian diterima di Akademi Militer hingga lulus tahun 1995.
Menurut Putra Widiastawa, dirinya tertarik masuk Akmil karena ingin jadi anggota Kopassus. "Saya lihat dalam setiap perjuangan, Kopassus selalu terlibat. Itu membuat saya tertarik ke militer," kenangnya. “Jadilah saya satu-satunya di keluarga yang terjun ke militer. Bapak saya seorang dosen di Unud,” lanjut ayah dari Vesya Padmadewi, Laksmi Purnamasari Astuti, dan Bagus Krisnadharma Putrasena ini.
Selesai pendidikan Akmil 1995, Putra Widistawa langsung masuk Kopassus. Dia sempat bertugas di 600 Rider Batalyon Tanjung Pura, Kodim Tenggarong. Lalu ke Sesko dan ke Kostrad. Selanjutnya, jadi Kasi Operasional Divisi 1, Komandan Batalyon Linut 328, Dandim Nunukan, Waasop Divisi I Konsrad, Waasop Kosrad, hingga Dan Brigif 22 Kodam VII/Wirabuana. "Saya menjabat Dan Brigif 22 sejak Juli 2015 lalu," katanya.
Selama berkarir di ketentaraan, Putra Widiastawa belum pernah bertugas di tanah leluhur Bali. Sebagai prajurut, dia menyerahkan kepada pimpinan terkait di mana ditugaskan. Dia mengatakan, ketika dipercaya sebagai Komandan Paskibraka, Rabu kemarin, sempat memberitahukan hal ini kepada keluarga besarnya di Bali.
"Keluarga di Bali sangat senang dan bangga juga melihat saya sukses menjadi Komandan Upacara," tutur Putra Widiastawa sembari menyebut, dirinya tidak mencantumkan nomor urut kelahiran khas Bali di depan namanya seperti Putu, Kadek, Komang, atau Ketut, karena kedua orangtuanya menginginkan sang anak lebih nasionalis. * k22
Kolonel Inf Putra Widiastawa, yang kesehariannya bertugas sebagai Komandan Brigif 22/Oms Kodam VII/Wirabuana, Sulawesi Selatan mengaku sangat bangga bisa mendapat kepercayaan emban tugas kenegaraan di depan Presiden dan tamu negara-negara sahabat. Ini kehormatan, karena sekaligus mengharumkan nama angkatan, daerah asal, dan komunitas sekolah asal.
"Perasaan saya bangga campur haru, karena bisa mewakili angkatan saya TNI AD dari Kodam VII/Wirabuana dan komunitas saya dilahirkan sampai dibesarkan yakni di Singaraja, Buleleng. Saya juga mewakili tempat saya menuntut ilmu dari TK sampai SMA di Singaraja," ungkap Putra Widiastawa kepada NusaBali seusai upacara Penurunan Sang Saka Merah Putih di Istana Negara, Rabu petang.
Perwira menengah kelahiran Singaraja, 3 April 1971, ini mengaku sebenarnya dia baru pulang dari penugasan selama 8 bulan di daerah konflik Poso. Dari sana, Putra Widias-tawa langsung mengikuti tahap seleksi kandidat Komandan Paskibraka Nasional 2016 di tingkat Kodam. Dinyatakan sebagai pemenang, perwira berusia 45 tahun ini pun lanjut ke ajang seleksi tingkat pusat alias gabungan, baik dari TNI AD, TNI AU, TNI AL, maupun Polri.
Dalam seleksi gabungan ini, tiap-tiap angkatan diwakili 2 orang, sehingga total ada 8 kandidat Komandan Paskibraka Nasional 2016. Pada akhirnya, yang terpilih hanya 2 orang dari 8 peserta. Merea kebagian tugas masing-masing upacara pagi (penaikan Sang Saka Merah Putih) dan sore (penurunan Sang Saka Merah Putih). Putra Widiastawa sangat beruntung terpilih bersama satu rekannya dari angkatan lain yang bertugas sore hari.
Ketika menjalankan tugas sebagai Komandan Upacara Detik-detik Proklamasi di Istana Negara Jakarta, Rabu pagi, Putra Widiastawa disaksikan langsung oleh sang istri, Desak Putu Suhartini, yang datang khusus dari Gorontalo. "Saya ikut bangga suami mendapat kepercayaan seperti itu. Apalagi, selama ini dia berlatih sangat makasimal," imbuh sang istri, Desak Putu Suhartini. “Usai menjalankan tugas kenegaraan ini, saya segera kembali bertugas di Brigif 22 Kodam VII/Wirabuana,” sambung Putra Widiastawa.
Putra Widiastawa sendiri lahir dan dibesarkan di tengah-tengah lingkungan keluarga menengah atas di Singaraja. Dia merupakan anak dari pasangan Drs I Ketut Pugeh dan Dra Ni Luh Putu Srinadi. Pendidikan TK hingga SMP dijalaninya di Perguruan Lab Udayana Singaraja, Buleleng. Kemudian, dia melanjutkan di SMAN 1 Singaraja. Sempat kuliuah selama dua semeter di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Unud, Putra Widiastawa kemudian diterima di Akademi Militer hingga lulus tahun 1995.
Menurut Putra Widiastawa, dirinya tertarik masuk Akmil karena ingin jadi anggota Kopassus. "Saya lihat dalam setiap perjuangan, Kopassus selalu terlibat. Itu membuat saya tertarik ke militer," kenangnya. “Jadilah saya satu-satunya di keluarga yang terjun ke militer. Bapak saya seorang dosen di Unud,” lanjut ayah dari Vesya Padmadewi, Laksmi Purnamasari Astuti, dan Bagus Krisnadharma Putrasena ini.
Selesai pendidikan Akmil 1995, Putra Widistawa langsung masuk Kopassus. Dia sempat bertugas di 600 Rider Batalyon Tanjung Pura, Kodim Tenggarong. Lalu ke Sesko dan ke Kostrad. Selanjutnya, jadi Kasi Operasional Divisi 1, Komandan Batalyon Linut 328, Dandim Nunukan, Waasop Divisi I Konsrad, Waasop Kosrad, hingga Dan Brigif 22 Kodam VII/Wirabuana. "Saya menjabat Dan Brigif 22 sejak Juli 2015 lalu," katanya.
Selama berkarir di ketentaraan, Putra Widiastawa belum pernah bertugas di tanah leluhur Bali. Sebagai prajurut, dia menyerahkan kepada pimpinan terkait di mana ditugaskan. Dia mengatakan, ketika dipercaya sebagai Komandan Paskibraka, Rabu kemarin, sempat memberitahukan hal ini kepada keluarga besarnya di Bali.
"Keluarga di Bali sangat senang dan bangga juga melihat saya sukses menjadi Komandan Upacara," tutur Putra Widiastawa sembari menyebut, dirinya tidak mencantumkan nomor urut kelahiran khas Bali di depan namanya seperti Putu, Kadek, Komang, atau Ketut, karena kedua orangtuanya menginginkan sang anak lebih nasionalis. * k22
Komentar