nusabali

Bocah Meninggal di Pengambengan Bukan DB, tapi Didiagnosa Syok Septik

  • www.nusabali.com-bocah-meninggal-di-pengambengan-bukan-db-tapi-didiagnosa-syok-septik

NEGARA, NusaBali
Seorang bocah dari Banjar Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Daniel, 6, yang diduga meninggal karena penyakit demam berdarah (DB), dipastikan tidak ada menunjukkan gejala DB.

Namun sesuai hasil diagnosa sementara, bocah yang meninggal di RSUP Sanglah, Denpasar, Selasa (3/3), diketahui mengalami syok septik. Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha, Rabu (4/3), mengatakan syok septik atau sepsis merupakan penurunan tekanan darah secara drastis yang menyebabkan peradangan tubuh secara menyeluruh. Peradangan tersebut dipicu sumber infeksi yang bisa terjadi pada saluran pencernaan, pernafasan, hingga otak, dan sangat berisiko menyebabkan kematian.

“Sesuai hasil diagnosis sementara, karena syok septik. Sebenarnya, setelah diagnosa sementara itu ada diagnosa lanjutan untuk mengetahui kepastian penyebab syok septik yang dialaminya. Apakah karena infeksi yang disebabkan parasit, bakteri, atau virus. Tetapi belum sampai ke diagnosa lanjutan, takdir sudah berkata lain (si anak meninggal dunia, Red),” ucapnya.

Menurut dr Arishanta, berdasar rekam medis dari pertama kali dibawa ke Puskesmas II Negara pada Senin (2/3) sore, yang kemudian si pasien dirujuk ke RSU Negara, dilanjutkan ke RSUP Sanglah, tidak ditemukan gejala DB. Gejala DB salah satunya adalah deman, dengan masa kritis setelah memasuki demam di atas hari ketiga. Namun dari hasil anammesis, pihak keluarga memastikan si anak baru demam sejak Minggu (1/3) atau sehari sebelumnya.

Selain demam tinggi, sambung dr Arisantha, gejala lainnya adalah gejala pendarahan, seperti ada bintik-bintik merah pada kulit, mimisan (pendarahan di hidung), atau bisa juga terjadi berak darah. Tetapi dari hasil pemeriksaan fisik, dipastikan tidak ada gejala tersebut. “Gejala lain adalah penurunan jumlah trombosit. Tetapi waktu dicek lab di rumah sakit, trombositnya masih sangat normal,” ucapnya.

Meski dipastikan tidak ada gejala DB, dr Arisantha mengaku sangat wajar dengan adanya praduga warga yang mengkait-kaitkan DB sebagai penyebab kematian si anak. Mengingat di wilayah Pengambengan selama beberapa pekan terakhir ini, cukup banyak ditemukan kasus DB. “Ya wajar saja kalau dikaitkan ke DB. Tetapi yang pasti, diagnosanya adalah syok septik, dan tidak ada memenuhi gejala-gejala DB,” tandasnya.

Sesuai data selama dua bulan terakhir, Januari hingga Februari 2020, dr Arisantha mengaku, ada sebanyak 40 kasus DB se-Jembrana. Sedangkan khusus pada 1-3 Maret kemarin, dipastikan belum ada pasien DB. Dalam menyikapi rentetan kasus DB tersebut, pihak Dinkes Jembrana serta jajaran puskesmas se-Jembrana, sebenarnya telah rutin melakukan upaya PSN (pemberantasan sarang nyamuk), termasuk melakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada masyarakat.

“Selain PSN, kami sudah beberapa kali melakukan fogging, termasuk di Pengambengan. Tetapi yang perlu disadari, untuk melakukan PSN tidak cukup hanya mengandalkan petugas. Harus semua masyarakat bergerak. Kalau hanya terfokus di satu tempat, nyamuk bisa pindah-pindah. Kalau pun fogging, juga hanya membunuh nyamuk yang sudah dewasa. Sedangkan jentiknya, harus melalui gerakan PSN, dan itu perlu dilakukan di lingkungan masing-masing,” kata dr Arisantha. *ode

Komentar