Gunakan Lembu Panjang 7 Meter, Berat 4,5 Ton
Sameton ageng (keluarga besar) Puri Agung Peliatan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, bersama masyarakat sekitar, akan menggelar karya Pelebon Agung, Saniscara Pahing Warigadean atau Sabtu (20/8) siang, besok.
Menengok Persiapan Pelebon Puri Agung Peliatan, Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Pelbagai bentuk sarana dan prasarana telah dipersiapkan hingga mencapai 95 persen pada Kamis (18/8) kemarin. Diantara sarana tersebut yang sangat mencolok yakni Lembu Selem untuk tumpangan roh Anak Agung Istri Setiari (alm), ibu kandung Pangelingsir Puri Agung Peliatan, Tjokorda Gde Putra Nindia. Dibandingkan beberapa kali pelebon agung yang pernah ada di Bali, Lembu Selem untuk pelebon agung Puri Agung Peliatan kali ini merupakan lembu pelebon terbesar. Lembu ini dengan tinggi badan 5,70 cm, tinggi bataran atau pondasi 2,70 cm. Luas bataran 265 cm x 406 cm. Panjang badan Lembu 7 meter, lebar 1,5 meter dengan berat sekitar 4,5 ton.
Penggarapan Lembu ini melibatkan sejumlah pengayah undagi utama (pilihan) dari Banjar Tengah, Desa Peliatan, Ubud. Mereka adalah I Wayan Suardika,52, alias Wayan Soblet, I Wayan Balik,55, Nyoman Kayun,69, dan Nyoman Sudana,36.
Di sela-sela penggarapan akhir Lembu Selem tersebut, salah seorang undagi Nyoman Sudana mengatakan penggarapan lembu ini dimulai sejak Kamis (28/7). Karena saking bersarnya pengawak atau badan Lembu, maka penggarapannya pun dilembur pada pagi-siang-malam. Penggarapan juga melibatkan pangrombo (tenaga pembantu) 16 orang. ‘’Kalau tak dilembur, takut tidak kelar sampai tiga hari minus hari H pelebon nanti," ujarnya.
Lembu ini menggunakan 13 kubik kayu untuk bataran dan tubuh, 37 meter kain jampa hitam untuk kulit. Panjang sanan belakang-depan
10 meter dan lebar 6 meter. Lembu ini akan diusung sekitar 100 pengayah untuk sekali etafe pengarakan menuju Setra (kuburan) Dalem Puri di Banjar Tebasaya, Desa Peliatan, Ubud, sekitar 900 meter kearah utara dari Puri Agung Peliatan, barat kawasan wisata Ubud. ‘’Karena panjang sanannya 10 meter, maka saat pengarakan Lembu ini tak bisa ngider atau diputar,’’jelasnya.
Pangelingsir Puri Agung Peliatan Tjokorda Gde Putra Nindia mengatakan, pembuatan Lembu ini diserahkan sepenuhnya kepada pengayah. Pihaknya mengapresiasi semangat para pengayah mewujudkan Lembu Selem, Bade tumpang sia (tingkat 9) berketinggian 17 meter, dan sarana/prasana lainnya. Pihaknya mengakui, Lembu dibuat terbesar dibandingkan Lembu pelebon yang pernah ada di Bali. Terkait itu, mantan Sekkab Gianyar (2003-2012) ini mengatakan, hal itu sebagai wujud rasa bhaktinya kepada almarhum yang ibundanya maestro Tari Legong Peliatan. ‘’Ini tidak untuk gagah-gagahan. Tapi, rasa bhakti kami yang tulus kepada almarhum,’’ jelasnya.
Cok Nindia menambahkan, khusus Lembu Selem, saat diarak ke Setra Dalem Puri pada pelebon besok, akan ditunggangi oleh Cokorda Gde Angga Ari Nugraha SKed alias Cok Angga. Cok Angga adalah salah seorang sucu almarhum, dan pernah menunggangi Lembu Selem pelebon di Puri Agung Peliatan tahun 2010, untuk pelebon almarhum Raja Peliatan IX Ida Dwagung Peliatan. Pada Bataran Lembu akan munggah (dinaiki) oleh pangelingsir Puri Agung Peliatan dan pangelingsir KDS (Keturunan Dalem Sukawati), khususnya dari Puri Agung Ubud. Cok Nindia akan munggah di Bade Tumpang Sia.
Prosesi pelebon ini melibatkan pengarak Bade dan Lembu dari sejumlah banjar, yakni Banjar Tengah Kangin, Tengah Kauh, dan Pande di Desa Peliatan. Selain itu, Banjar Petulu, Desa Petulu, Ubud, dan Banjar Kutuh Kaja, Kutuh Kelod, dan Taman Klod, Ubud. Sedangkan pengayah pemucuk atau utama dari Banjar Teruna, Desa Peliatan.
Cok Nindia menambahkan, Junat (19/8) ini sekitar pukul 07. 00 Wita akan dilakukan penggeseran Bade Tumpang Sia dari posisi pembuatan di selatan Pamedal (pintu masuk) Puri Agung Peliatan ke sisi barat pamedal puri. Penggeseran juga untuk mengetes posisi ceraken atau kotak Bade di bagian atas dengan ujung tragtag (undakan). Di sebelah utara Bade ini akan dipajang Lembu Selem menghadap ke barat. Sebelumnya diberitakan, salah seorang maestro seni Tari Legong Peliatan, asal Puri Agung Peliatan, Anak Agung Setiari, meninggal, Selasa (26/7) sekitar pukul 22.00 Wita. Almarhum yang maestro penari legong ternama sejak era 1950-an itu lebar karena sakit stroke. Almarhum menikah tahun 1958 dengan Tjokorda Gde Agung (alm) yang kakak kandung Raja Peliatan terakhir, Ida Dwagung Peliatan IX. Almarhum meninggalkan empat anak yakni Tjokorda Agung Murniati, 58, Tjokorda Gde Putra Nindia,55, Tjokorda Ratih Iriani,53, dan Tjokorda Dalem Astiti,51. Dengan kemampuan menari, almarhum pernah melanglang buwana ke beberapa Negara, di a
ntaranya RRC pada 1959, Pakistan 1964, Jepang 1968, Australia 1971, Eropa 1973, Amerika 1982 dan, Singapura 1996. Almarhum juga kerap diundang Presiden RI pertama Ir Soekarno untuk menari Bali baik di Istana Negara di Jakarta dan di Tampaksiring, Gianyar. * lsa
1
Komentar