Dampak Shortcut, Pasar Candikuning Sepi
Target retribusi tahun 2020 di Pasar Candikuning Rp 224.346.000, pesimis bisa tercapai.
TABANAN, NusaBali
Pengoperasian Shortcut (jalur singkat) Denpasar –Singaraja, berbuah kurang manis bagi para pedagang di Pasar Candikuning, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Sejak shortcut dibuka, pasar ini jadi sepi pengunjung. Karena pengendara, terutama bus besar tidak lagi melintas di depan pasar, melainkan memilih ke jalur shortcut.
Dampaknya, target retribusi tahun 2020 di Pasar Candikuning Rp 224.346.000, pesimis bisa tercapai. Pencapaian pada Januari hanya Rp 9.382.000 dan Februari Rp 7.979.000. Padahal target tiap bulan Rp 18.695.000. Sebelum ada shortcut target per bulan Rp 10 juta mudah terealiasi.
Kabid Perdagangan Ni Wayan Primayani, seizin Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tabanan I Gusti Nyoman Arya Wardana, mengakui karena pasar sepi, maka pencapaian target retribusi jadi sulit. “Dulunya, pasar ini memang ramai karena habis liburan, pengunjung belanja oleh-oleh. Sekarang bus lebih memilih ke shortcut,” ungkapnya, Jumat (6/3).
Kata dia, di Pasar Candikuning terdapat 113 pedagang. Tahun 2020, retribusi ditarget Rp 224.346.000 dan per bulan Rp 18.695.000. Hanya saja dengan kondisi pasar saat ini rasanya sulit tercapai. “Kira-kira, penurunan retribusi pasar ini bisa mencapai 50 persen,” imbuhnya.
Papar Primayani, sebelum ada shortcut, tahun 2019 retribusi yang ditarget Rp 129.000.000 per tahun, bisa dicapai. Per bulan, ditarget sekitar Rp 10 juta, bisa terealiasi 100 persen. “Kalau tahun sebelumnya memang bisa terealiasi disamping karena target tidak dinaikkan,” jelasnya.
Terkait sepinya pasar, para pedagang dan masyarakat setempat sudah meminta Camat Baturiti untuk membicarakan hal tersebut ke Pemprov Bali. Supaya bisa dicarikan jalan keluar. “Ya mudah-mudahan ada solusi, kasihan juga para pedagang,” tegas Primayani.
Tak hanya di Pasar Candikuning, kondisi serupa juga terjadi di Pasar Baturiti. Dari 250 pedagang, hanya 63 pedagang yang bisa dipungut retribusi. Sisanya itu belum bisa lantaran tempat pedagang direvitalisasi dan belum dihibahkan dari pusat ke Pemkab Tabanan. “Alasan belum dihibahkan karena pembangunan pasar baru selesai per 30 Desember 2019. Dokumen permohonan hibah sudah dikirim ke Jakarta. Prosesnya paling cepat enam bulan sampai setahun,” tegasnya.
Dia menjelaskan, di Pasar Baturiti dari 63 pedagang yang dipungut retribusi tahun 2020, bernilai Rp 131 juta. Tahun 2019, ditarget Rp 240 juta dari 250 pedagang. Dia juga menambahkan total target pendapatan pasar dari 12 pasar dan 1 senggol untuk tahun 2020 mencapai Rp 6 miliar lebih. “Kemungkinan target ini sulit tercapai jika melihat dari dua pasar tersebut mengalami penurunan pendapatan. Kami tentu akan mengajukan revisi target retribusi tahun ini,” jelasnya.*des
Dampaknya, target retribusi tahun 2020 di Pasar Candikuning Rp 224.346.000, pesimis bisa tercapai. Pencapaian pada Januari hanya Rp 9.382.000 dan Februari Rp 7.979.000. Padahal target tiap bulan Rp 18.695.000. Sebelum ada shortcut target per bulan Rp 10 juta mudah terealiasi.
Kabid Perdagangan Ni Wayan Primayani, seizin Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tabanan I Gusti Nyoman Arya Wardana, mengakui karena pasar sepi, maka pencapaian target retribusi jadi sulit. “Dulunya, pasar ini memang ramai karena habis liburan, pengunjung belanja oleh-oleh. Sekarang bus lebih memilih ke shortcut,” ungkapnya, Jumat (6/3).
Kata dia, di Pasar Candikuning terdapat 113 pedagang. Tahun 2020, retribusi ditarget Rp 224.346.000 dan per bulan Rp 18.695.000. Hanya saja dengan kondisi pasar saat ini rasanya sulit tercapai. “Kira-kira, penurunan retribusi pasar ini bisa mencapai 50 persen,” imbuhnya.
Papar Primayani, sebelum ada shortcut, tahun 2019 retribusi yang ditarget Rp 129.000.000 per tahun, bisa dicapai. Per bulan, ditarget sekitar Rp 10 juta, bisa terealiasi 100 persen. “Kalau tahun sebelumnya memang bisa terealiasi disamping karena target tidak dinaikkan,” jelasnya.
Terkait sepinya pasar, para pedagang dan masyarakat setempat sudah meminta Camat Baturiti untuk membicarakan hal tersebut ke Pemprov Bali. Supaya bisa dicarikan jalan keluar. “Ya mudah-mudahan ada solusi, kasihan juga para pedagang,” tegas Primayani.
Tak hanya di Pasar Candikuning, kondisi serupa juga terjadi di Pasar Baturiti. Dari 250 pedagang, hanya 63 pedagang yang bisa dipungut retribusi. Sisanya itu belum bisa lantaran tempat pedagang direvitalisasi dan belum dihibahkan dari pusat ke Pemkab Tabanan. “Alasan belum dihibahkan karena pembangunan pasar baru selesai per 30 Desember 2019. Dokumen permohonan hibah sudah dikirim ke Jakarta. Prosesnya paling cepat enam bulan sampai setahun,” tegasnya.
Dia menjelaskan, di Pasar Baturiti dari 63 pedagang yang dipungut retribusi tahun 2020, bernilai Rp 131 juta. Tahun 2019, ditarget Rp 240 juta dari 250 pedagang. Dia juga menambahkan total target pendapatan pasar dari 12 pasar dan 1 senggol untuk tahun 2020 mencapai Rp 6 miliar lebih. “Kemungkinan target ini sulit tercapai jika melihat dari dua pasar tersebut mengalami penurunan pendapatan. Kami tentu akan mengajukan revisi target retribusi tahun ini,” jelasnya.*des
1
Komentar