Alat Berat Normalisasi Sungai Batu Pulu dan Sungai Asangan
Pembersihan secara manual tak memungkinkan karena kedua sungai yang penuh dengan sampah ranting kayu, bahkan bangkai babi yang dibuang sembarangan oleh warga.
SINGARAJA, NusaBali
Sungai Batu Pulu, Desa Pemaron dan Sungai Asangan di Banjar Dinas Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng yang sempat meluap beberapa hari lalu dinormalisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng. Dua sungai yang penuh dengan sampah ranting kayu hingga akar bambu ini menyumbat laju air hujan dengan debit yang cukup besar dari hulu. Normaslisasi pun dilakukan untuk mengantisipasi bencana air bah dan banjir bandang yang lebih besar terjadi kembali.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana ditemui di runagannya Jumat (6/3/2020) mengatakan normalisasi dua sungai itu dilakukan dengan menggunakan alat berat. Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi kedua sungai yang penuh dengan sampah ranting kayu bahkan bangkai babi yang dibuang sembarangan oleh masyarakat menyumbati jembatan tak memungkinkan dbersihkan dengan cara manual. “Kemarin (Kamis,red) kami bersama Dinas PUPT sepakat menurunkan alat berat milik Pak Bupati kami pinjam untuk menormalisasi sungai, karena yang di Celuk Buluh itu sudah sempat meluap karena penuh sampah dan berdampak pada warga sekitar,” jelas Suadnyana.
Dia pun bersyukur normalisasi sungai juga diatensi penuh oleh masyraakat setempat, bersama juga dengan TNI, Polri dan PLN Bali Utara yang sigap membantu dan bergotong royong.
Dalam proses normalisasi di Sungai Asangan, Celuk Buluh yang menjadi muara enam sungai yang lainnya dengan hulu di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini cukup memprihatinkan. Terutama kondisi sungai yang dipenuhi dengan berbagai macam sampah. Yang paling disayangkan Kalak Suadnyana, bangkai babi ikut dibuang di aliran sungai dan menyumbat jembatan hingga air tak dapat mengalir dan bermuara ke laut.
“Yang di Celuk Buluh ini memang sangat krodit, beruntung akses truk sampah pengangkutnya bisa masuk sehingga dapat cepat dilaksanakan, itu sudah bersih dalam lima jam dengan 10 truk sampah yang diangkat dari bawah jembatan sungai,” jelas dia.
Normalisasi sungai dilanjutkan di Sungai Pemaron, menindaklanjuti permohonan dari Perbekel Pemaron, Putu Mertayasa, per tanggal 4 Maret 2020. Permohonan normalisasi yang disampakan tertulis melalui surat resmi itu, setelah ditemukan kembali ranting kayu yang menyumbat aliran sungai tepat di bawah jembatan pemaron. Kondisi itu pun dikhawatirkan pemerintah desa dapat memicu bencana besar seperti dua tahun yang lalu.
Sementara itu Kalak Suadnyana mengatakan, mitigasi bencana tahun ini memang difokuskan pada pengecekan aliran sungai yang ada di wilayah masing-masing. Pencegahan dampak bencana di musim hujan yang sering memicu banjir karena aliran sungai tak maksimal dilaksanakan oleh seluruh daerah berdasarkan imbauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Buleleng sendiri menurut pemetaan BPBD Buleleng memiliki 80 aliran sungai yang sangat panjang dan cukup besar tersebar di seluruh kecamatan. Penyisiran sungai pun hingga kini masih dilakukan personel BPBD Buleleng hingga dapat melakukan penanganan ketika ditemukan hal yang berpotensi bencana. Sejauh ini BPBD Buleleng pun mengaku masih keteteran dengan mitigasi sungai yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah seluruh staf BPBD Buleleng.
“Belum dapat kami selesaikan semua, karena jumlahnya banyak, alirannya juga cukup panjang, tidak cukup satu staf satu sungai, apalagi cuaca begini kami masih hentikan sementara penyisiran dan mitigasi sungai,” ungkap mantan Kadisdukcapil Buleleng ini.*k23
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana ditemui di runagannya Jumat (6/3/2020) mengatakan normalisasi dua sungai itu dilakukan dengan menggunakan alat berat. Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi kedua sungai yang penuh dengan sampah ranting kayu bahkan bangkai babi yang dibuang sembarangan oleh masyarakat menyumbati jembatan tak memungkinkan dbersihkan dengan cara manual. “Kemarin (Kamis,red) kami bersama Dinas PUPT sepakat menurunkan alat berat milik Pak Bupati kami pinjam untuk menormalisasi sungai, karena yang di Celuk Buluh itu sudah sempat meluap karena penuh sampah dan berdampak pada warga sekitar,” jelas Suadnyana.
Dia pun bersyukur normalisasi sungai juga diatensi penuh oleh masyraakat setempat, bersama juga dengan TNI, Polri dan PLN Bali Utara yang sigap membantu dan bergotong royong.
Dalam proses normalisasi di Sungai Asangan, Celuk Buluh yang menjadi muara enam sungai yang lainnya dengan hulu di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini cukup memprihatinkan. Terutama kondisi sungai yang dipenuhi dengan berbagai macam sampah. Yang paling disayangkan Kalak Suadnyana, bangkai babi ikut dibuang di aliran sungai dan menyumbat jembatan hingga air tak dapat mengalir dan bermuara ke laut.
“Yang di Celuk Buluh ini memang sangat krodit, beruntung akses truk sampah pengangkutnya bisa masuk sehingga dapat cepat dilaksanakan, itu sudah bersih dalam lima jam dengan 10 truk sampah yang diangkat dari bawah jembatan sungai,” jelas dia.
Normalisasi sungai dilanjutkan di Sungai Pemaron, menindaklanjuti permohonan dari Perbekel Pemaron, Putu Mertayasa, per tanggal 4 Maret 2020. Permohonan normalisasi yang disampakan tertulis melalui surat resmi itu, setelah ditemukan kembali ranting kayu yang menyumbat aliran sungai tepat di bawah jembatan pemaron. Kondisi itu pun dikhawatirkan pemerintah desa dapat memicu bencana besar seperti dua tahun yang lalu.
Sementara itu Kalak Suadnyana mengatakan, mitigasi bencana tahun ini memang difokuskan pada pengecekan aliran sungai yang ada di wilayah masing-masing. Pencegahan dampak bencana di musim hujan yang sering memicu banjir karena aliran sungai tak maksimal dilaksanakan oleh seluruh daerah berdasarkan imbauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Buleleng sendiri menurut pemetaan BPBD Buleleng memiliki 80 aliran sungai yang sangat panjang dan cukup besar tersebar di seluruh kecamatan. Penyisiran sungai pun hingga kini masih dilakukan personel BPBD Buleleng hingga dapat melakukan penanganan ketika ditemukan hal yang berpotensi bencana. Sejauh ini BPBD Buleleng pun mengaku masih keteteran dengan mitigasi sungai yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah seluruh staf BPBD Buleleng.
“Belum dapat kami selesaikan semua, karena jumlahnya banyak, alirannya juga cukup panjang, tidak cukup satu staf satu sungai, apalagi cuaca begini kami masih hentikan sementara penyisiran dan mitigasi sungai,” ungkap mantan Kadisdukcapil Buleleng ini.*k23
1
Komentar