Gusti Ayu Dwi Antari, Juara I Lomba Berkat Terbiasa Dengar Kakek-Nenek Mesatua
Mesatua Bali PKK se Bali
DENPASAR, NusaBali
Tidak pernah terbayangkan oleh Gusti Ayu Dwi Antari menjadi pemenang Lomba Mesatua Bali (bercerita dengan bahasa Bali).
Dia mengikuti lomba tingkat ibu-ibu PKK dalam ajang Bulan Bahasa Bali di kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali, Jalan Nusa Indah Denpasar, Senin (24/2). Berkat satua berjudul ‘Siap Sangkur Metaluh Mas’, juri memutuskan Dwi Antari meraih juara pertama. Lewat kemenangan ini dia berharap besar akan satua Bali yang kembali dituturkan kepada anak-anak menjelang tidur.
“Penghargaan ini (juara I) tentu membuat senang. Lebih tepatnya bersyukur, karena ini artinya saya bisa menyampaikan tatuwek atau makna satua Bali. Siapa tahu dengan ini bisa membangun minat orang banyak. Sebab sekarang kan Bahasa Bali terkesan jarang diminati oleh kaum muda,” tutur Dwi Antara ditemui usai pengumuman juara lomba mesatua Bali, Senin (24/2) lalu.
Melalui lomba mesatua kali ini dia juga ingin menunjukkan bahwa mesatua Bali tidak selalu terkesan adem ayem dan bikin ngantuk. Dalam satua Bali, pencerita malah juga bisa menyelipkan nilai, canda, hingga guyonan, namun tidak keluar dari alur cerita. “Bagusnya mesatua Bali itu tergantung kita sendiri. Kita terlebih dahulu harus mengenal panggung tempat kita akan menyampaikan cerita. Tujuannya agar tidak gerogi. Setelah itu sampaikan cerita dengan menghayati, agar penonton fokus terhadap cerita kita. Nah, untuk mengisi lelucon dan sebagainya, itu seni dari masing-masing peserta,” ujar perempuan asal Banjar Tatiapi Kaja, Desa Pejeng Kawan, Tampaksiring, Gianyar ini.
Untuk lolos membawa nama Gianyar di ajang Bulan Bahasa Bali tingkat Provinsi Bali, Dwi Antari pun bertanding di tingkat kabupaten terlebih dahulu. Perlu waktu sebulan untuk mempersiapkan satua yang akan dibawakan hingga berhasil meraih juara di tingkat provinsi. Dwi Antari hanya mengaku kesulitan mengatur waktu karena dia sedang memiliki bayi kecil dan juga persiapan hari raya. Selain hal tersebut, dia mengaku tidak menemui kendala yang berarti selama persiapan, mengingat Dwi Antara sekeluarga pernah mengikuti ajang-ajang pelestarian Bahasa Bali.
“Dulu sewaktu SD juga mengikuti lomba mesatua bahasa Bali. Kalau gak salah waktu itu umur 10 tahun. Kalau dibandingkan dengan yang dulu, pasti ada lah rasa canggung untuk mesatua Bali lagi di atas panggung. Kalau kecil dulu belum tahu malu, tapi sekarang ada agak canggungnya sedikit,” cerita ibu satu anak kelahiran 11 September 1994 itu.
Dwi Antari mengungkapkan, dengan diberikan ruang berkreasi bagi para ibu-ibu PKK dalam lomba mesatua Bali, dia berharap kegiatan mesatua Bali atau mendongeng bisa digalakkan lagi di rumah-rumah. Salah satu yang bisa menjadi penutur dongeng adalah ibu itu sendiri. Dwi Antari pun saat ini sudah mulai mencoba untuk memberikan anaknya dongeng, meski tidak setiap hari. “Kebetulan anak saya (usia 2 tahun) suka dengan satua yang saya tuturkan, bahkan dia hafal. Malam-malam, pas anak juga mau anteng (taat), saya ajak mesatua Bali. Karena sewaktu kecil, kakek saya mesatua juga kepada saya sebelum tidur. Hampir semua satua pernah dituturkan ke saya. Jadinya ada memori masa kecil yang selalu saya ingat. Nah, saya juga coba melakukan hal itu kepada anak saya sekarang. Meski tidak setiap hari, tapi setiap ada mood yang baik, saya selalu selipi satua Bali, dan dia bilang suka,” kata bungsu dari dua bersaudara pasangan Gusti Made Oka - Gusti Putu Soka ini.
Menurut Dwi Antari, mendongeng sangat penting bagi memori masa kecil anak-anak. Dia merasakannya sendiri. Pertama, sedikit tidaknya anak mengenal budaya Bali. Kedua, orangtua jadi lebih mudah menyelipkan pesan moral dalam satua. “Dengan orangtua mesatua (mendongeng), anak akan mulai mengingat sedini mungkin. Saya rasa penting dilakukan oleh orangtua masa kini. Tidak harus setiap hari. Setidaknya ketika anak ada mood, selipkan satua Bali,” tandas perempuan yang menamatkan pendidikan S1 Jurusan Filsafat Agama Hindu di IHDN Denpasar (kini Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar) ini.*ind
Komentar