ODHA Cemaskan Kelangkaan ARV
Di Bali, 8.000 ODHA Tergantung pada Obat Ini
Obat ARV menjadi keperluan rutin sehari-hari ODHA agar menekan pertumbuhan virus HIV.
DENPASAR, NusaBali
Obat Antiretroviral (ARV) bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mulai mengalami kelangkaan di Bali. Sejumlah ODHA mengaku kesulitan untuk mendapatkan ARV di berbagai layanan kesehatan. Kelangkaan obat ini seketika membuat mereka cemas.
"Ini merupakan situasi yang kesekian kali. Sudah beberapa bulan lalu mulai langka, tapi puncaknya beberapa minggu terakhir ini," tutur Erijadi Sulaiman dari Yayasan Generasi Bisa, Senin (9/3) di Denpasar. Buntut kelangkaan tersebut, kata Eri, banyak ODHA yang terpaksa mengonsumsi ARV yang sudah kadaluwarsa.
Hal senada juga dituturkan Ayu Fatmawati dari Yayasan Pertiwi. Kelangkaan ARV disebut akan mengancam nyawa ODHA. "Di Bali ada istilah tuak adalah nyawa, bagi kami (ODHA) ARV adalah nyawa," kata dia. Pasalnya dengan mengonsumsi ARV dapat menekan pertumbuhan virus HIV sehingga ODHA bisa tetap sehat.
Namun bila ODHA tidak mengkonsumsi obat ini setiap hari secara rutin, maka akan menimbulkan resistensi virus terhadap obat tersebut. "Di Bali ada 8.000 ODHA yang bergantung pada obat itu," ungkap I Made Adi Mantara, Ketua Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba).
Menurut informasi yang ia peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, stok ARV yang tersedia hanya cukup untuk dua bulan ke depan. Itupun, tidak semua jenis ARV tersedia. "Kondisi ini tentu bikin was-was teman-teman ODHA," ujarnya.
Dari informasi yang diperolehnya, kelangkaan ini disebabkan alokasi dana APBN yang tidak bisa tersalurkan untuk membeli obat tersebut. "Alokasi dana sebenarnya sudah ada, namun pengadaannya gagal. Belum ada titik temu dari negoisasi harga Kementerian Kesehatan dengan penyedia obat," ungkapnya.
Akibatnya, terjadi kekosongan stok obat ARV di berbagai tempat. Untuk sementara Kemenkes melakukan pengadaan ARV dengan bantuan donor Global Fund. "Donor internasional sendiri tidak akan sanggup untuk mengcover sampai bulan Desember. Sedangkan stok sampai Desember masih tanda tanya," kata Adi.
Merespons hal ini, pihaknya akan terus berupaya menjalin komunikasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk meminta kepastian dari Kementerian Kesehatan. "Meski pengadaan ARV sepenuhnya wewenang Kementerian Kesehatan, kami akan berkomunikasi melalui Dinas Kesehatan untuk meminta kepastian," kata Adi Mantara. *cr75
Obat Antiretroviral (ARV) bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mulai mengalami kelangkaan di Bali. Sejumlah ODHA mengaku kesulitan untuk mendapatkan ARV di berbagai layanan kesehatan. Kelangkaan obat ini seketika membuat mereka cemas.
"Ini merupakan situasi yang kesekian kali. Sudah beberapa bulan lalu mulai langka, tapi puncaknya beberapa minggu terakhir ini," tutur Erijadi Sulaiman dari Yayasan Generasi Bisa, Senin (9/3) di Denpasar. Buntut kelangkaan tersebut, kata Eri, banyak ODHA yang terpaksa mengonsumsi ARV yang sudah kadaluwarsa.
Hal senada juga dituturkan Ayu Fatmawati dari Yayasan Pertiwi. Kelangkaan ARV disebut akan mengancam nyawa ODHA. "Di Bali ada istilah tuak adalah nyawa, bagi kami (ODHA) ARV adalah nyawa," kata dia. Pasalnya dengan mengonsumsi ARV dapat menekan pertumbuhan virus HIV sehingga ODHA bisa tetap sehat.
Namun bila ODHA tidak mengkonsumsi obat ini setiap hari secara rutin, maka akan menimbulkan resistensi virus terhadap obat tersebut. "Di Bali ada 8.000 ODHA yang bergantung pada obat itu," ungkap I Made Adi Mantara, Ketua Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba).
Menurut informasi yang ia peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, stok ARV yang tersedia hanya cukup untuk dua bulan ke depan. Itupun, tidak semua jenis ARV tersedia. "Kondisi ini tentu bikin was-was teman-teman ODHA," ujarnya.
Dari informasi yang diperolehnya, kelangkaan ini disebabkan alokasi dana APBN yang tidak bisa tersalurkan untuk membeli obat tersebut. "Alokasi dana sebenarnya sudah ada, namun pengadaannya gagal. Belum ada titik temu dari negoisasi harga Kementerian Kesehatan dengan penyedia obat," ungkapnya.
Akibatnya, terjadi kekosongan stok obat ARV di berbagai tempat. Untuk sementara Kemenkes melakukan pengadaan ARV dengan bantuan donor Global Fund. "Donor internasional sendiri tidak akan sanggup untuk mengcover sampai bulan Desember. Sedangkan stok sampai Desember masih tanda tanya," kata Adi.
Merespons hal ini, pihaknya akan terus berupaya menjalin komunikasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk meminta kepastian dari Kementerian Kesehatan. "Meski pengadaan ARV sepenuhnya wewenang Kementerian Kesehatan, kami akan berkomunikasi melalui Dinas Kesehatan untuk meminta kepastian," kata Adi Mantara. *cr75
Komentar