Disbud Gelar Upacara Karipubhaya di Kawasan Tukad Ngongkong
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Badung menggelar upacara Karipubhaya di kawasan Tukad Ngongkong, Desa/Kecamatan Petang pada Anggara Kliwon Medangsia, Selasa (10/3).
Upacara ini digelar sehubungan beberapa peristiwa bencana alam yang terjadi belakangan ini. Upacara Karipubhaya digelar dari pukul 09.00 hingga 11.00 Wita, dipuput Ida Ratu Pedanda Geria Gede Darmasaba. “Upacara Karipubhaya ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan, bekerjasama dengan Camat Petang, Perbekel Petang dan Sulangai, serta didukung oleh Bendesa Adat Sandakan dan Angantiga,” ujar Kepala Disbud Badung I Gde Eka Sudarwitha.
Menurut mantan Camat Petang, ini Upacara Karipubhaya madasar caru Nawa Gempang (sembilan binatang caru), mencerminkan sembilan penjuru mata angin dalam arti nyomia bhuta kala ring semua penjuru mata angin. Upacara Karipubhaya diselenggarakan sehubungan beberapa peristiwa bencana alamat yang terjadi akhir-akhir ini.
Di samping itu, lanjutnya, Upacara Karipubhaya sengaja diselenggarakan untuk memohon perlindungan agar tidak ada lagi masyarakat yang jatuh ke jurang di Tukad Ngongkong. Seperti diketahui, seorang perempuan bernama Ni Putu Darmayanti, 23, asal Banjar Satra, Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, sempat ditemukan di dasar Tukad Ngongkong, Minggu (4/8/2019) pagi. Syukur korban ditemukan dalam kondisi selamat.
“Jadi melalui upacara yang dilakukan, kami mendoakan agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa dan tidak timbul korban jiwa,” harap Sudarwitha.
Seperti diketahui, pihak Desa Adat Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, juga pernah menghaturkan pakelem alit lan ngaku agem di kawaan Tukad (sungai) Ngongkong, Kamis (19/9/2019) siang. Upacara ini dilaksanakan pascakejadian warga yang ditemukan sudah berada di dasar Tukad Ngongkong.
Upacara pakelem alit lan ngaku agem diikuti oleh puluhan krama setempat. Melalui upacara ini krama berharap kejadian serupa tidak terulang. Perbekel Petang Wayan Suryantara mengungkapkan upacara pakelem jangkep terakhir dilakukan 2001 silam. “Jadi kejadian belakangan ini seperti mengingatkan agar kembali melaksanakan upacara,” katanya.
“Semoga kejadian seperti kemarin tidak terjadi lagi,” harap Suryantara sembari mengimbau masyarakat untuk hati-hati saat melintas di kawasan tersebut. *asa
Komentar