Warga Diminta Waspada DBD
Jumlah Makin Meningkat, Minggu ke-9 Capai 163 Kasus
Mengantisipasi meningkatkan kasus DBD Diskes Denpasar bakal melaksanakan fogging massal.
DENPASAR, NusaBali
Pemerintah Kota Denpasar meminta masyarakat waspada terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi ancaman bagi warga Denpasar. Imbauan waspada terhadap BDB ini dilakukan karena kasus DBD terus meningkat. Dalam kurun waktu 9 minggu, kasus DBD di Denpasar mencapai 163 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Luh Putu Sri Armini, Rabu (11/3) mengatakan, untuk mengantisipasi makin merebaknya kasus DBD, warga diimbau melakukan aksi penanggulangan dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M (menguras, mengubur, dan menutup) barang bekas yang dapat menampung air hujan. Hal ini dilakukan sebelum musim penularan kasus DBD muncul.
Perilaku hidup bersih sangat diharapkan, karena sampai saat ini belum ditemukan obat untuk DBD ini. Diungkapkan, angka kejadian pada Minggu pertama mencapai 6 kasus, Minggu kedua 11 kasus, Minggu ketiga 10 kasus, Minggu keempat 13 kasus, Minggu kelima 19 kasus, Minggu keenam 22 kasus, Minggu ketujuh 27 kasus, Minggu kedelapan 27 kasus, dan Minggu kesembilan 29 kasus.
Tahapan kenaikan kasus setiap minggunya cukup signifikan. “Langkah ini sebagai kewaspadaan dini dan upaya antisipasi agar tidak sampai terjadi KLB. Memang dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, jumlahnya jauh lebih kecil,” ujar Sri Armini.
Dikatakan, angka kejadian untuk periode Januari hingga Desember 2019 lalu sebanyak 1.220 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada periode sama tahun 2018 lalu dimana pada tahun 2018, kasus DBD sebanyak 90 kasus atau insident rate 9,67 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2019 (Januari-September) desa yang masih cukup rawan terjangkit DBD, di antaranya Sanur Kaja (40 kasus), Kelurahan Sanur (60 kasus), Padangsambian Kaja (65 kasus), Peguyangan Kaja (24 kasus), Sanur Kauh (45 kasus), Renon (50 kasus), Peguyangan Kangin (35 kasus), Padangsambian (74 kasus), Sesetan (21 kasus), dan Sidakarya (43 kasus). “Kalau dilihat dari kecamatan, Denbar yang cukup banyak kasusnya,” ungkap Sri Armini.
Dikatakan, penyakit DBD sudah menjadi masalah Nasional karena jumlah penderita dan kematian yang diakibatkan cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan keresahan masyarakat terutama di kota-kota besar termasuk Kota Denpasar. "Penyakit DBD merupakan penyakit yang bersifat endemis. Oleh karena itu, upaya strategis yang terbukti efisien dan efektif dalam pemberantasan penyakit tersebut adalah melalui Gerakan 3M Plus," ujarnya.
Mengantisipasi meningkatkan kasus DBD ke depan, Dinas Kesehatan akan melakukan beberapa langkah, di antaranya setelah Hari Raya Nyepi ini akan dilakukan fogging massal. "Namun, ini harus didukung masyarakat, karena kalau hanya mengandalkan pemerintah, tidak akan efektif," kata Sri Armini. *mis
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Luh Putu Sri Armini, Rabu (11/3) mengatakan, untuk mengantisipasi makin merebaknya kasus DBD, warga diimbau melakukan aksi penanggulangan dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M (menguras, mengubur, dan menutup) barang bekas yang dapat menampung air hujan. Hal ini dilakukan sebelum musim penularan kasus DBD muncul.
Perilaku hidup bersih sangat diharapkan, karena sampai saat ini belum ditemukan obat untuk DBD ini. Diungkapkan, angka kejadian pada Minggu pertama mencapai 6 kasus, Minggu kedua 11 kasus, Minggu ketiga 10 kasus, Minggu keempat 13 kasus, Minggu kelima 19 kasus, Minggu keenam 22 kasus, Minggu ketujuh 27 kasus, Minggu kedelapan 27 kasus, dan Minggu kesembilan 29 kasus.
Tahapan kenaikan kasus setiap minggunya cukup signifikan. “Langkah ini sebagai kewaspadaan dini dan upaya antisipasi agar tidak sampai terjadi KLB. Memang dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, jumlahnya jauh lebih kecil,” ujar Sri Armini.
Dikatakan, angka kejadian untuk periode Januari hingga Desember 2019 lalu sebanyak 1.220 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada periode sama tahun 2018 lalu dimana pada tahun 2018, kasus DBD sebanyak 90 kasus atau insident rate 9,67 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2019 (Januari-September) desa yang masih cukup rawan terjangkit DBD, di antaranya Sanur Kaja (40 kasus), Kelurahan Sanur (60 kasus), Padangsambian Kaja (65 kasus), Peguyangan Kaja (24 kasus), Sanur Kauh (45 kasus), Renon (50 kasus), Peguyangan Kangin (35 kasus), Padangsambian (74 kasus), Sesetan (21 kasus), dan Sidakarya (43 kasus). “Kalau dilihat dari kecamatan, Denbar yang cukup banyak kasusnya,” ungkap Sri Armini.
Dikatakan, penyakit DBD sudah menjadi masalah Nasional karena jumlah penderita dan kematian yang diakibatkan cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan keresahan masyarakat terutama di kota-kota besar termasuk Kota Denpasar. "Penyakit DBD merupakan penyakit yang bersifat endemis. Oleh karena itu, upaya strategis yang terbukti efisien dan efektif dalam pemberantasan penyakit tersebut adalah melalui Gerakan 3M Plus," ujarnya.
Mengantisipasi meningkatkan kasus DBD ke depan, Dinas Kesehatan akan melakukan beberapa langkah, di antaranya setelah Hari Raya Nyepi ini akan dilakukan fogging massal. "Namun, ini harus didukung masyarakat, karena kalau hanya mengandalkan pemerintah, tidak akan efektif," kata Sri Armini. *mis
Komentar