Dua Bocah di Jembrana Meninggal karena DBD
Dua bocah asal Desa Kaliakah dan Desa Baluk, Kecamatan Negara, meninggal di hari yang sama, akibat DBD.
NEGARA, NusaBali
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) memakan korban jiwa 2 orang bocah di Kabupaten Jembrana. Kedua bocah, Rofi Rahman, 9, dari Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, dan Nazar Ramadhan, 11, dari Banjar Baluk 1, Desa Baluk, Kecamatan Negara, meninggal dalam waktu hampir bersamaan saat menjalani perawatan di RSUP Sanglah, Denpasar, Senin (9/3) lalu.
Informasi yang diperoleh pada Rabu (11/3), Rofi diketahui mengalami demam sejak Selasa (3/3). Saat demam pada Selasa (3/3) lalu itu, Rofi yang duduk di bangku kelas III SD ini, sempat dibawa orangtuanya ke Puskesmas 1 Negara, di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, dan disarankan menjalani rawat jalan. Esok harinya, Rabu (4/3), Rofi juga kembali dilarikan ke Puskesmas 1 Negara, dan tetap disarankan rawat jalan. Begitu juga Sabtu (7/3), Rofi yang masih demam untuk ketiga kalinya dibawa ke Puskesmas 1 Negara, dan lagi-lagi tetap disarankan rawat jalan.
Nah, setelah tiga kali sempat bolak-balik puskesmas, dan kondisinya belum kunjung membaik, pihak keluarga akhirnya membawa Rofi ke RS Negara pada Senin (9/3) pagi. Saat dibawa ke RS Negara itu, Rofi yang anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan suami istri (pasutri) Daeng Hayatulaah, 36, dengan Husmawati, 34, ini dipastikan terjangkit DBD. Setelah dilakukan pemeriksaan dan kondisinya diketahui sudah memburuk, Rofi langsung dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar. Sayangnya, ketika dibawa ke RSU Sanglah pada Senin itu, nyawa Rofi tidak bisa diselamatkan.
Sedangkan Nazar diketahui mengalami demam sejak Kamis (5/3). Saat itu, bocah kelas 5 SD yang sempat ke sekolah ini, diantar pulang oleh pihak sekolah, dan sorenya langsung diperiksakan ke salah satu dokter praktik. Dari pemeriksaan ke dokter, Nazar sempat diduga mengalami radang tenggorokan. Namun memasuki Kamis (5/3) malam setelah dari dokter itu, suhu tubuh Nazar, anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasutri, Nazri, 40, dengan Rosmiantun, 40, ini diketahui semakin panas.
Esoknya, Jumat (6/3), Nazar sempat kembali diperiksakan ke salah satu dokter praktik lain, dan diduga mengalami tifus. Setelah menjalani perawatan di rumah, Nazar yang tetap mengalami demam akhirnya dibawa ke RSU Negara pada Senin (9/3) pagi. Saat dibawa ke RSU Negara itu, Nazar dipastikan mengalami DBD. Setelah dilakukan perawatan selama beberapa jam, kondisinya semakin memburuk, sehingga malamnya dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar, dan akhirnya divonis meninggal dunia pada sekitar pukul 24.00 Wita.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha, Rabu kemarin, mengakui, adanya dua bocah yang meninggal akibat DBD. Menurut dr Arisantha, sebelum meninggal di RSUP Sanglah, Rofi dari Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, memang sempat tiga kali dibawa ke puskesmas.
“Berdasar keterangan orangtuanya, saat dibawa ke puskesmas disarankan rawat jalan. Saya sendiri belum ketemu langsung dokter yang di puskesmas, apakah saat tiga kali diperiksakan sampai yang terakhir tanggal 7 Maret itu, apakah memang belum terdeteksi DBD atau bagaimana. Tetapi saat dibawa ke RS Negara hari Senin, 9 Maret, dari keterangan dokter di UGD, kondisinya sudah mengalami dengue shock syndrome (DSS), gejala DBD yang berat, dan sudah grade 4. Makanya dirujuk ke Sanglah, dan petugas medis di Sanglah juga sudah berupaya melakukan penanganan sesuai standar operasional prosedur (SOP), tetap tidak tertolong,” ujar dr Arisantha.
Sedangkan Nazar, dari Banjar Baluk 1, Desa Baluk, Kecamatan Negara, kata dr Arisantha, berdasar rekam jejak medis memang tidak ada riwayat berobat ke puskesmas. Saat dibawa langsung ke RS Negara pada Senin (9/3), Nazar juga sudah diketahui mengalami DSS grade 3. Setelah dilakukan pemeriksaan, dan Nazar juga sempat berusaha dirawat selama sekitar 3 jam, kondisinya semakin drop sehingga dirujuk ke RSUP Sanglah pada hari Senin tersebut. Namun sayangnya, kondisinya yang juga sudah memasuki gejala DBD grade 4 itu, tidak dapat terselamatkan.
Jenazah kedua korban meninggal akibat DBD tersebut telah diserahkan ke pihak keluarga, dan telah dimakamkan pada Selasa (10/3). Sesuai data di Dinas Kesehatan Jembrana selama 3 bulan terakhir dari Januari hingga 11 Maret 2020, ada sebanyak 59 kasus warga terjangkit DBD di Jembrana. Khusus bulan Januari ada 22 kasus. Kemudian bulan Februari ada 18 kasus. Sedangkan pada 1-11 Maret, sudah ada 19 kasus. “Yang Maret ini, kasusnya meningkat dibanding Februari. Tetapi untuk yang sebelumnya Januari dan Februari, tidak ada korban meninggal,” kata dr Arisantha.
Menindaklanjuti temuan kasus DBD di Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah dan Banjar Baluk 1, Desa Baluk, Kecamatan Negara yang merenggut korban jiwa, pihak Dinkes Jembrana berencana melakukan fogging. Khusus Rabu kemarin, petugas melakukan fogging di tiga lokasi berbeda, yakni di wilayah Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, dan Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. *ode
Informasi yang diperoleh pada Rabu (11/3), Rofi diketahui mengalami demam sejak Selasa (3/3). Saat demam pada Selasa (3/3) lalu itu, Rofi yang duduk di bangku kelas III SD ini, sempat dibawa orangtuanya ke Puskesmas 1 Negara, di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, dan disarankan menjalani rawat jalan. Esok harinya, Rabu (4/3), Rofi juga kembali dilarikan ke Puskesmas 1 Negara, dan tetap disarankan rawat jalan. Begitu juga Sabtu (7/3), Rofi yang masih demam untuk ketiga kalinya dibawa ke Puskesmas 1 Negara, dan lagi-lagi tetap disarankan rawat jalan.
Nah, setelah tiga kali sempat bolak-balik puskesmas, dan kondisinya belum kunjung membaik, pihak keluarga akhirnya membawa Rofi ke RS Negara pada Senin (9/3) pagi. Saat dibawa ke RS Negara itu, Rofi yang anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan suami istri (pasutri) Daeng Hayatulaah, 36, dengan Husmawati, 34, ini dipastikan terjangkit DBD. Setelah dilakukan pemeriksaan dan kondisinya diketahui sudah memburuk, Rofi langsung dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar. Sayangnya, ketika dibawa ke RSU Sanglah pada Senin itu, nyawa Rofi tidak bisa diselamatkan.
Sedangkan Nazar diketahui mengalami demam sejak Kamis (5/3). Saat itu, bocah kelas 5 SD yang sempat ke sekolah ini, diantar pulang oleh pihak sekolah, dan sorenya langsung diperiksakan ke salah satu dokter praktik. Dari pemeriksaan ke dokter, Nazar sempat diduga mengalami radang tenggorokan. Namun memasuki Kamis (5/3) malam setelah dari dokter itu, suhu tubuh Nazar, anak pertama dari dua bersaudara buah hati pasutri, Nazri, 40, dengan Rosmiantun, 40, ini diketahui semakin panas.
Esoknya, Jumat (6/3), Nazar sempat kembali diperiksakan ke salah satu dokter praktik lain, dan diduga mengalami tifus. Setelah menjalani perawatan di rumah, Nazar yang tetap mengalami demam akhirnya dibawa ke RSU Negara pada Senin (9/3) pagi. Saat dibawa ke RSU Negara itu, Nazar dipastikan mengalami DBD. Setelah dilakukan perawatan selama beberapa jam, kondisinya semakin memburuk, sehingga malamnya dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar, dan akhirnya divonis meninggal dunia pada sekitar pukul 24.00 Wita.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha, Rabu kemarin, mengakui, adanya dua bocah yang meninggal akibat DBD. Menurut dr Arisantha, sebelum meninggal di RSUP Sanglah, Rofi dari Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, memang sempat tiga kali dibawa ke puskesmas.
“Berdasar keterangan orangtuanya, saat dibawa ke puskesmas disarankan rawat jalan. Saya sendiri belum ketemu langsung dokter yang di puskesmas, apakah saat tiga kali diperiksakan sampai yang terakhir tanggal 7 Maret itu, apakah memang belum terdeteksi DBD atau bagaimana. Tetapi saat dibawa ke RS Negara hari Senin, 9 Maret, dari keterangan dokter di UGD, kondisinya sudah mengalami dengue shock syndrome (DSS), gejala DBD yang berat, dan sudah grade 4. Makanya dirujuk ke Sanglah, dan petugas medis di Sanglah juga sudah berupaya melakukan penanganan sesuai standar operasional prosedur (SOP), tetap tidak tertolong,” ujar dr Arisantha.
Sedangkan Nazar, dari Banjar Baluk 1, Desa Baluk, Kecamatan Negara, kata dr Arisantha, berdasar rekam jejak medis memang tidak ada riwayat berobat ke puskesmas. Saat dibawa langsung ke RS Negara pada Senin (9/3), Nazar juga sudah diketahui mengalami DSS grade 3. Setelah dilakukan pemeriksaan, dan Nazar juga sempat berusaha dirawat selama sekitar 3 jam, kondisinya semakin drop sehingga dirujuk ke RSUP Sanglah pada hari Senin tersebut. Namun sayangnya, kondisinya yang juga sudah memasuki gejala DBD grade 4 itu, tidak dapat terselamatkan.
Jenazah kedua korban meninggal akibat DBD tersebut telah diserahkan ke pihak keluarga, dan telah dimakamkan pada Selasa (10/3). Sesuai data di Dinas Kesehatan Jembrana selama 3 bulan terakhir dari Januari hingga 11 Maret 2020, ada sebanyak 59 kasus warga terjangkit DBD di Jembrana. Khusus bulan Januari ada 22 kasus. Kemudian bulan Februari ada 18 kasus. Sedangkan pada 1-11 Maret, sudah ada 19 kasus. “Yang Maret ini, kasusnya meningkat dibanding Februari. Tetapi untuk yang sebelumnya Januari dan Februari, tidak ada korban meninggal,” kata dr Arisantha.
Menindaklanjuti temuan kasus DBD di Banjar Pangkung Buluh, Desa Kaliakah dan Banjar Baluk 1, Desa Baluk, Kecamatan Negara yang merenggut korban jiwa, pihak Dinkes Jembrana berencana melakukan fogging. Khusus Rabu kemarin, petugas melakukan fogging di tiga lokasi berbeda, yakni di wilayah Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, dan Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. *ode
1
Komentar