Februari 2020, Kasus DB Meningkat
Partisipasi Warga Lakukan PSN Rendah
GIANYAR, NusaBali
Kasus demam berdarah (DB) dengue di Gianyar mulai merebak. Salah satu penyebabnya, partisipasi masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih kurang.
Kondisi ini diperparah musim hujan belakangan ini hingga menyuburkan pertumbuhan jentik nyamuk Aides Agepty, penyerbar virus DBD. Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit(P2P) Dinas Kesehatan Gianyar AA Sukamawa, Jumat (13/3)m mengatakan rendahnya partisipasi masyarakat dalam ikut menjaga kebersihan lingkungan terutama PSN tercermin dari angka bebas jentik di Gianyar masih rendah. "Angka bebas jentik yang mesti dipenuhi jika ingin DBD terhindar dari membludaknya kasus DBD, idealnya mencapai 95 persen," ujarnya.
Di samping itu, jelas Sukamawa, kelembagaan petugas juru pantau jentik (Jumantik) yang merupakan kelembagaan masyarakat yang bertugas membantu pemerintah melakukan mencegahan DBD di tingkat desa kurang digenjot. Jumantik ini dibantu kader jumantik di tiap banjar, yang bertugas memantau jentik nyamuk di lingkungan masing-masing. “Masyarakat harus berpartisipasi menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, kebersihan lingkungan kunci mencegah berkembangnya jentik nyamuk. Terlebih sekarang musim hujan, jentik akan mudah berkembang. Kader jumantik mesti bekerja lebih keras lagi menghadapi musim ini,” pintanya.
Menurutnya, jika terjadi kasus DBD, pihaknya menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemologi. Dari hasil penyelidikan epidemologi ini direkomendasikan apakah perlu dilakukan foging atau upaya lain yang dianggap perlu, misalnya PSN yang lebih masif.
Diungkapkan Sukamawa, jumlah kasus DBD pada Januari 2020 tercatat 132 kasus dan Februari 132 kasus. "Kebetulan kasus Januari dan Februari 2020 jumlahnya sama. Jadi total mencapai 264 kasus. Sedangkan data Maret 2020, belum terakumulasi, karena belum akhir bulan. Data ini berasal dari laporan dari UPT Kesmas di tujuh kecamatan,” katanya.
Menurutnya, untuk mencegah pihaknya melalui UPT Kesmas di masing-masing kecamatan melaksanakan promosi kesehatan, melalui sosialisasi untuk mendorong masyarakat menerapkan pola hidup bersih, menjaga lingkungan agar bebas dari jentik nyamuk. “Terkait DBD, yang paling peting masyarakat berpartisipasi melaksanakan PSN dan 3M plus, guna membebaskan lingkungan dari sarang nyamuk,” katanya.
Bagian Humas RSUD Sanjiwani Gianyar AA Parwata mengatakan, per Januari dan Pebruari 2019 jumlah pasien DBD yang dirawat di RS Sanjiwani adalah Januari 29 pasien, dan Pebruari 9 pasien. Jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat per Januari dan Pebruari 2020 melonjak tajam. Januari jumlah pasien 76, dan Pebruari 108 pasien. Sedangkan Maret sampai tanggal 11 sudah masuk pasien sebanyak 38.
Menurutnya, meningkatnya kasus jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya mengharuskan RSUD Sanjiwani, mengambil langkah-langkah persiapan, dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada. Untuk sementara RSUD Sanjiwani masih siap, dengan mengoptimalkan potensi yang ada. “Jika membeludak kami akan memanfaatkan ruang aula sebagai ruang perawatan,” katanya. Jika bed penuh, pihak RS Sanjiwani akan merujuknya baik ke rumah sakit lain, baik yang ada di Gianyar maupun dirujuk ke rumah sakit yang ada di Provinsi.
Direktur Rumah Sakit Payangan dr I Gusti Ngurah Putra mengatakan, dari mulai buka RS Payangan, 14 Pebruari 2020, telah merawat pasien DBD 23 pasien. RS Payangan yang sebelumnya Unit Rawat Inap Kesmas Payangan sudah berpengalaman.
Menurutnya, jika terjadi kasus DBD melonjak di Gianyar, RS yang kapasitas 60 bed, pihaknya siap menerima rujukan pasien di dari tempat lain. Bahkan dari daerah luar Gianyar. “Sekarang kita punya tempat, alat tenaga medis baik dokter maupun para medis yang cukup,” ujarnya. *nvi
Komentar