Pasien Pengawasan Corona di Buleleng Bertambah Jadi 5 Orang
Pasien yang baru datang dari Jerman menolak saat disarankan ke RSUD Buleleng sehingga dijemput paksa.
SINGARAJA, NusaBali
Pasien Dengan Pengawasan (PDP) Corona yang ditangani Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng, terus bertambah dan hingga Selasa (17/3) siang, mencapai lima orang. Dari lima orang itu, satu orang mulai dirawat pada Senin (16/3) malam, dan satu lagi pada Selasa (17/3) sian. Tiga orang lainnya telah dirawat menjadi PDP Corona, beberapa hari sebelumnya.
Dua warga Buleleng tertakhir dinyatakan sebagai PDP karena sama-sama mengalami keluhan yakni demam, batuk, dan pilek. Pasien ini punya riwayat berpergian ke luar negeri. Dua pasien PDP ini kini sedang dirawat di ruang isolasi RSUD Buleleng.
Khusus pasien keempat adalah perempuan asal Buleleng yang sempat melakukan perjalanan ke luar negeri.
Dia beberapa hari yang lalu dinyatakan baru pulang dari Jerman. Pasien PDP ini dalam kondisi sakit sempat mengisolasi diri di dalam rumah dan menolak saat disarankan ke RSUD Buleleng. Sehingga, Senin (16/3) malam, dilakukan penjemputan paksa oleh tim medis RSUD Buleleng dan saat ini dinyatakan sebagai PDP.
Satu lagi PDP menyusul pada Selasa (17/3) siang. Warga Buleleng ini baru dua hari lalu pulang dari bekerja di kapal pesiar perairan Italia. Dia dijemput di rumahnya oleh tim RSUD Buleleng. Laki laki pekerja kapal pesiar disebut sampai di Buleleng pada Senin (16/3), dengan kondisi batuk dan sempat mengalami demam.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ST, ditemui di rumah jabatannya, Selasa (18/3), menerangkan dua warga lokal ini memang disebut dirawat di ruang isolasi karena dicurigai terpapar virus Corona. “Yang terakhir ini, tadi siang (kemarin, Red) dijemput di rumahnya. Karena sempat mengisolasi diri di rumah setelah sakit dan sempat demam,” ujar bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar ini.
Terhadap penambahan pasien PDP Corona, tim dari
Dinas Kesehatan terus menelusuri warga PDP yang hingga kini sudah ada 32 orang. Dari jumlah itu lima pasien dinyatakan berstatus orang dengan pengawasan (ODP). Puluhan orang ini adalah mereka yang sempat berkontak langsung dengan pasien PDP. Namun jumlah itu dipastikannya belum keseluruhan, tim masih terus melakukan penelusuran.
Sedangkan, kondisi tiga orang PDP yang masuk ruang isolasi sebelumnya, papar Bupati Agus Suradnyana, sudah stabil. Bahkan PDP yang warga negara asing (WNA) asal Belanda sudah menunjukkan progres yang sangat baik. “Batuknya sudah reda dan sudah tidak demam lagi,” imbuh dia.
Dari pemetaan bertambahnya jumlah PDP di daerah, Bupati Agus Suradnyana pun berharap pemerintah daerah mempertimbangkan karantina khusus untuk warga lokal yang baru pulang dari bekerja di luar negeri. Dia pun menegaskan usulan karantina yang dimaksudkan untuk melindungi dan mempersempit potensi penyebaran virus ke masyarakat luas dan keluarga pekerja. Sebab dari lima kasus ditangani di RSUD Buleleng, tiga PDP di antaranya adalah pekerja migran luar negeri.
“Imigrasi dan Pemprov Bali agar mempertimbangkan karantina. Jadi setelah mereka pulang, sampai di Denpasar dikarantina seminggu dulu. Bisa dimanfaatkan bangunan milik Provinsi Bali atau tempat lain yang dianggap layak,” jelas dia.
Bupati tak membantah kondisi pariwisata dunia yang semakin melesu mengakibatkan para pekerja migran luar negeri dari Buleleng, sangat ingin pulang ke asalnya dan ingin kembali berkumpul bersama keluarga. Namun demikian, menurutnya, mereka harus tetap memperhatikan kesehatan. “Kami bukannya diskriminatif . Tapi kami ingin teman-teman pekerja migrant juga agar peduli dengan kesehatan masyarakat di sekitarnya. Terutama sekali keluarganya. Kami tidak mau seperti kasus pasien yang kemarin itu. Berhasil lolos di bandara karena minum obat penurun panas,” tegas dia.
Sementara itu, Pemkab Buleleng menyiapkan anggaran Rp 15 miliar khusus untuk penanganan virus Corona. Anggaran yang bersumber dari anggaran tanggap bencana itu sebagian besar digelontorkan untuk pemenuhan sarana prasarana RS Pratama Giri Emas, RS ini kini sedang proses penyempurnaan sebagai RS penanganan pasien berpengawasan Corona.
Bupati Agus Suradnyana menyebutkan, dari Rp 15 miliar anggaran yang disiapkan untuk penanganan virus Corona, Rp 9,8 miliar di antaranya dialokasikan untuk pengadaan alat medis. Sedangkan Rp 2,2 miliar dikeluarkan untuk pembelian Alat Pengaman Diri (APD) berupa pakaian hazmat sebanyak 1.000 set. Selain itu, anggaran yang sudah disiapkan akan digunakan untuk biaya operasional, pemenuhan gizi pasien. Sejumlah jenis loloh (jamu herbal) sesuai usadha (pengobatan) di Bali juga disiapkan pemerintah bagi PDP untuk peningkatan kekebalan tubuh.
Jelas Bupati, karena pengadaan alat-alat medis menunggu kiriman, RS Pratama Giri Emas sebagai rumah sakit penanganan virus Corona, baru siap beroperasi pekan depan. Lima PDP Corona saat ini masih ditangani di ruang isolasi RSUD Buleleng. Sedangkan seluruh pasien di RS Pratama Giri Emas hingga Selasa (17/3) kemarin, sudah dipindahkan ke RSUD Buleleng. Sehingga RS Pratama sudah dalam keadaan kosong dan siap menerima kiriman alat medis.*k23
Dua warga Buleleng tertakhir dinyatakan sebagai PDP karena sama-sama mengalami keluhan yakni demam, batuk, dan pilek. Pasien ini punya riwayat berpergian ke luar negeri. Dua pasien PDP ini kini sedang dirawat di ruang isolasi RSUD Buleleng.
Khusus pasien keempat adalah perempuan asal Buleleng yang sempat melakukan perjalanan ke luar negeri.
Dia beberapa hari yang lalu dinyatakan baru pulang dari Jerman. Pasien PDP ini dalam kondisi sakit sempat mengisolasi diri di dalam rumah dan menolak saat disarankan ke RSUD Buleleng. Sehingga, Senin (16/3) malam, dilakukan penjemputan paksa oleh tim medis RSUD Buleleng dan saat ini dinyatakan sebagai PDP.
Satu lagi PDP menyusul pada Selasa (17/3) siang. Warga Buleleng ini baru dua hari lalu pulang dari bekerja di kapal pesiar perairan Italia. Dia dijemput di rumahnya oleh tim RSUD Buleleng. Laki laki pekerja kapal pesiar disebut sampai di Buleleng pada Senin (16/3), dengan kondisi batuk dan sempat mengalami demam.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ST, ditemui di rumah jabatannya, Selasa (18/3), menerangkan dua warga lokal ini memang disebut dirawat di ruang isolasi karena dicurigai terpapar virus Corona. “Yang terakhir ini, tadi siang (kemarin, Red) dijemput di rumahnya. Karena sempat mengisolasi diri di rumah setelah sakit dan sempat demam,” ujar bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar ini.
Terhadap penambahan pasien PDP Corona, tim dari
Dinas Kesehatan terus menelusuri warga PDP yang hingga kini sudah ada 32 orang. Dari jumlah itu lima pasien dinyatakan berstatus orang dengan pengawasan (ODP). Puluhan orang ini adalah mereka yang sempat berkontak langsung dengan pasien PDP. Namun jumlah itu dipastikannya belum keseluruhan, tim masih terus melakukan penelusuran.
Sedangkan, kondisi tiga orang PDP yang masuk ruang isolasi sebelumnya, papar Bupati Agus Suradnyana, sudah stabil. Bahkan PDP yang warga negara asing (WNA) asal Belanda sudah menunjukkan progres yang sangat baik. “Batuknya sudah reda dan sudah tidak demam lagi,” imbuh dia.
Dari pemetaan bertambahnya jumlah PDP di daerah, Bupati Agus Suradnyana pun berharap pemerintah daerah mempertimbangkan karantina khusus untuk warga lokal yang baru pulang dari bekerja di luar negeri. Dia pun menegaskan usulan karantina yang dimaksudkan untuk melindungi dan mempersempit potensi penyebaran virus ke masyarakat luas dan keluarga pekerja. Sebab dari lima kasus ditangani di RSUD Buleleng, tiga PDP di antaranya adalah pekerja migran luar negeri.
“Imigrasi dan Pemprov Bali agar mempertimbangkan karantina. Jadi setelah mereka pulang, sampai di Denpasar dikarantina seminggu dulu. Bisa dimanfaatkan bangunan milik Provinsi Bali atau tempat lain yang dianggap layak,” jelas dia.
Bupati tak membantah kondisi pariwisata dunia yang semakin melesu mengakibatkan para pekerja migran luar negeri dari Buleleng, sangat ingin pulang ke asalnya dan ingin kembali berkumpul bersama keluarga. Namun demikian, menurutnya, mereka harus tetap memperhatikan kesehatan. “Kami bukannya diskriminatif . Tapi kami ingin teman-teman pekerja migrant juga agar peduli dengan kesehatan masyarakat di sekitarnya. Terutama sekali keluarganya. Kami tidak mau seperti kasus pasien yang kemarin itu. Berhasil lolos di bandara karena minum obat penurun panas,” tegas dia.
Sementara itu, Pemkab Buleleng menyiapkan anggaran Rp 15 miliar khusus untuk penanganan virus Corona. Anggaran yang bersumber dari anggaran tanggap bencana itu sebagian besar digelontorkan untuk pemenuhan sarana prasarana RS Pratama Giri Emas, RS ini kini sedang proses penyempurnaan sebagai RS penanganan pasien berpengawasan Corona.
Bupati Agus Suradnyana menyebutkan, dari Rp 15 miliar anggaran yang disiapkan untuk penanganan virus Corona, Rp 9,8 miliar di antaranya dialokasikan untuk pengadaan alat medis. Sedangkan Rp 2,2 miliar dikeluarkan untuk pembelian Alat Pengaman Diri (APD) berupa pakaian hazmat sebanyak 1.000 set. Selain itu, anggaran yang sudah disiapkan akan digunakan untuk biaya operasional, pemenuhan gizi pasien. Sejumlah jenis loloh (jamu herbal) sesuai usadha (pengobatan) di Bali juga disiapkan pemerintah bagi PDP untuk peningkatan kekebalan tubuh.
Jelas Bupati, karena pengadaan alat-alat medis menunggu kiriman, RS Pratama Giri Emas sebagai rumah sakit penanganan virus Corona, baru siap beroperasi pekan depan. Lima PDP Corona saat ini masih ditangani di ruang isolasi RSUD Buleleng. Sedangkan seluruh pasien di RS Pratama Giri Emas hingga Selasa (17/3) kemarin, sudah dipindahkan ke RSUD Buleleng. Sehingga RS Pratama sudah dalam keadaan kosong dan siap menerima kiriman alat medis.*k23
1
Komentar