Sampah Rumput Laut Berdatangan di Pantai Nusa Dua
Fenomena Angin Baratan dan Timuran Berbarengan
MANGUPURA, NusaBali
Sampah rumput laut kembali menumpuk di sepanjang Pantai Peninsula, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Selasa (17/3) pagi.
Sampah yang dipicu angin timuran itu membeludak dan menyebabkan pesisir pantai menjadi kotor. Petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Badung pun langsung menyediakan personel di seputaran lokasi untuk melakukan pembersihan sampah tersebut. Setidaknya, ada 40 petugas yang standby setiap hari dan mengumpulkan sampah rumput laut itu.
Koordinator Deteksi Evakuasi Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Kabupaten Badung I Made Gede Dwipayana, menerangkan keberadaan sampah rumput laut di Pantai Peninsula, Nusa Dua itu sudah muncul sejak sebulan lalu. Hanya saja, volume sampah saat itu tidak terlalu banyak seperti saat ini, sehingga petugas kebersihan langsung diterjunkan dan menimbun sampah rumput laut di bawah tanah. Setelah melakukan pembersihan, sampah rumput laut itu sudah berhasil diatasi. Namun seminggu belakangan ini justru kembali muncul dengan volume yang lebih besar.
“Memang indikasinya sudah ada sejak sebulan lalu, ada sampah rumput laut yang bertebaran di sana. Ya, awalnya dikira karena gelombang tinggi saja. Makanya langsung diatasi dan ditimbun di bawah pasir. Hal ini karena sampah itu tidak meninggalkan bau dan mudah terurai,” kata Dwipayana, Selasa (17/3) sore.
Namun seiring berjalannya waktu, warga dan juga nelayan yang beraktivitas di sekitar lokasi melaporkan terkait sampah rumput laut yang kembali berdatangan dalam sepekan terakhir. Pihaknya langsung bekerja dan mengevakuasi sampah itu ke TPA Sarbagita Suwung, Denpasar Selatan. Pada Selasa pagi kemarin, sampah juga terlihat bertebaran di sepanjang Pantai Peninsula yang bentangannya mencapai 250 meter.
“Tadi (Kemarin) sudah mulai muncul lagi, kalau kita perkiraan sampah sejak pertama muncul sampai tadi (kemarin) pagi itu berkisar 10 ton. Sebagian sampah itu ditimbun di sana, dan sebagian dibawa ke TPA Suwung,” imbuh Dwipayana.
Guna melakukan pengawasan di lokasi, pihaknya sudah mulai menempatkan personelnya di sepanjang pantai. Setidaknya ada 40 personel yang standby di lokasi setiap harinya. Puluhan petugas itu akan membersihkan sampah yang muncul dan menimbunnya di bawah pasir. “Langkah yang diambil saat ini menimbun saja. Karena sampah rumput laut ini kan tidak ada bau. Saat ini, kami melakukan secara manual saja tanpa mengerahkan alat berat,” bebernya.
Terkait kemunculan sampah rumput laut itu, Dwipayana mengaku baru pertama kali terjadi berbarengan dengan sampah kiriman di pantai barat (Legian, Kuta, Jimbaran). Pasalnya, sampah di pantai barat itu disebabkan oleh angin baratan. Namun, saat ini justru terjadi berbarengan dengan angin timuran yang menyebabkan munculnya sampah rumput laut.
“Kalau biasanya, pada Januari hingga Juni itu sampah kiriman di pantai barat itu yang kami tangani. Tapi, kali ini berbarengan dengan sampah yang disebabkan angin timuran di pantai sisi Timur. Biasanya kan baru bulan Juli datangnya sampah karena angin timuran,” tutur Dwipayana.
Menurut dia, datangnya sampah rumput laut di kawasan pantai di Nusa Dua itu seiring dengan menurunnya sampah kiriman di Pantai Kuta dan sekitarnya. *dar
Sampah yang dipicu angin timuran itu membeludak dan menyebabkan pesisir pantai menjadi kotor. Petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Badung pun langsung menyediakan personel di seputaran lokasi untuk melakukan pembersihan sampah tersebut. Setidaknya, ada 40 petugas yang standby setiap hari dan mengumpulkan sampah rumput laut itu.
Koordinator Deteksi Evakuasi Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Kabupaten Badung I Made Gede Dwipayana, menerangkan keberadaan sampah rumput laut di Pantai Peninsula, Nusa Dua itu sudah muncul sejak sebulan lalu. Hanya saja, volume sampah saat itu tidak terlalu banyak seperti saat ini, sehingga petugas kebersihan langsung diterjunkan dan menimbun sampah rumput laut di bawah tanah. Setelah melakukan pembersihan, sampah rumput laut itu sudah berhasil diatasi. Namun seminggu belakangan ini justru kembali muncul dengan volume yang lebih besar.
“Memang indikasinya sudah ada sejak sebulan lalu, ada sampah rumput laut yang bertebaran di sana. Ya, awalnya dikira karena gelombang tinggi saja. Makanya langsung diatasi dan ditimbun di bawah pasir. Hal ini karena sampah itu tidak meninggalkan bau dan mudah terurai,” kata Dwipayana, Selasa (17/3) sore.
Namun seiring berjalannya waktu, warga dan juga nelayan yang beraktivitas di sekitar lokasi melaporkan terkait sampah rumput laut yang kembali berdatangan dalam sepekan terakhir. Pihaknya langsung bekerja dan mengevakuasi sampah itu ke TPA Sarbagita Suwung, Denpasar Selatan. Pada Selasa pagi kemarin, sampah juga terlihat bertebaran di sepanjang Pantai Peninsula yang bentangannya mencapai 250 meter.
“Tadi (Kemarin) sudah mulai muncul lagi, kalau kita perkiraan sampah sejak pertama muncul sampai tadi (kemarin) pagi itu berkisar 10 ton. Sebagian sampah itu ditimbun di sana, dan sebagian dibawa ke TPA Suwung,” imbuh Dwipayana.
Guna melakukan pengawasan di lokasi, pihaknya sudah mulai menempatkan personelnya di sepanjang pantai. Setidaknya ada 40 personel yang standby di lokasi setiap harinya. Puluhan petugas itu akan membersihkan sampah yang muncul dan menimbunnya di bawah pasir. “Langkah yang diambil saat ini menimbun saja. Karena sampah rumput laut ini kan tidak ada bau. Saat ini, kami melakukan secara manual saja tanpa mengerahkan alat berat,” bebernya.
Terkait kemunculan sampah rumput laut itu, Dwipayana mengaku baru pertama kali terjadi berbarengan dengan sampah kiriman di pantai barat (Legian, Kuta, Jimbaran). Pasalnya, sampah di pantai barat itu disebabkan oleh angin baratan. Namun, saat ini justru terjadi berbarengan dengan angin timuran yang menyebabkan munculnya sampah rumput laut.
“Kalau biasanya, pada Januari hingga Juni itu sampah kiriman di pantai barat itu yang kami tangani. Tapi, kali ini berbarengan dengan sampah yang disebabkan angin timuran di pantai sisi Timur. Biasanya kan baru bulan Juli datangnya sampah karena angin timuran,” tutur Dwipayana.
Menurut dia, datangnya sampah rumput laut di kawasan pantai di Nusa Dua itu seiring dengan menurunnya sampah kiriman di Pantai Kuta dan sekitarnya. *dar
Komentar