Nganten Massal di Desa Adat Pengotan Diundur
BANGLI, NusaBali
Tradisi nganten massal di Desa Adat Pengotan, Kecamatan/Kabupaten Bangli rencananya digelar pada Redite Wage Klurut, Minggu (29/3).
Nganten massal rencananya diikuti oleh 15 pasang mempelai. Hanya saja rencana penyelenggaraan upacara Manusa Yadnya secara massal ini diundur. Alasannya mencegah penyebaran virus corona sehingga ada pembatasan kegiatan melibatkan orang banyak.
Bendesa Adat Pengotan, Jro Wayan Kopok, menerangkan nganten massal biasanya dilaksanakan pada Sasih Kadasa. Nganten massal pada tahun 2020 ini diagendakan pada Redite Wage Krulut, Minggu 29 Maret. Menurut Jro Kopok, ada 15 pasang mempelai yang akan mengikuti upacara Manusa Yadnya massal ini. Mereka ada yang dari Kabupaten Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Gianyar. Dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak orang. “Upacara nganten massal ini digelar di areal pura,” ungkap Jro Kopok, Jumat (20/3).
Menurut Jro Kopok, pelaksanaan nganten massal banyak interaksi masyarakat, sedangkan ada imbauan gubernur tentang pembatasan kegiatan keramaian. Maka dari itu, para prajuru mengambil keputusan melalui paruman. Hasilnya, paruman menyepakati pelaksanaan nganten massal ditunda sementara waktu. “Kami sudah jelaskan, dan pihak keluarga mempelai tidak keberatan,” ujarnya. Penyelenggaraan nganten massal ini kemungkinan digelar setelah Sasih Kadasa.
Pasangan calon suami istri yang akan melangsungkan nganten massal berasal dari seluruh 8 banjar adat di Desa Pengotan. Jro Kopok menjelaskan, rangkaian nganten massal diawali dengan melaksanakan Sangkepan Nganten di jaba Pura Penataran Agung, Desa Adat Pengotan. Setelah sangkepan, dilajutkan dengan penyampaian hasil pasangkepan kepada seluruh krama. Acara selanjutnya mempersiapakan sarana upacara, termasuk nampah (menyembelih) sapi yang dibeli dari urunan para calon pengantin.
Setelah daging sapi diolah, selanjutnya munggah (ditelatakkan) di Bale Agung. Selain urunan beli sapi, para pasangan calon pengantin juga wajib membawa nasi. “Dibuatkan kawisan, sesuai jumlah krama kepala keluarga (KK) pangarep,” kata Jro Kopok. Begitu segala persiapan rampung, barulah pasangan calon pengantin dipanggil untuk mengikuti acara pokok yakni nganten. Mereka harus berbaris menuju Pura Penataran Agung. Terakhir, pasangan calon pengantin duduk di Bale Nganten Pura Penataran Agung.
Semua duduk berjejer dalam dua baris, pasangan calon dalam posisi saling berhadapan. Para mempelai nginang (mengunyah sirih) bersama sebagai pertanda sudah memasuki usia lebih tua dengan tanggung jawab yang lebih besar. Kemudian, mempelai perempuan ngunggahang damar kurung bermakna memohon tuntunan dari Ida Sang Hyang Widhi agar pasangan baru ini mampu menjalani kehidupan berumah tangga. Diharapkan, rumah tangga berjalan harmonis. Terakhir, pasangan mempelai mapamit di Sanggar Agung sebagai tanda berakhirnya rangkaian prosesi upacara ngaben massal. Selanjutnya pasangan mempelai kembali ke rumah masing-masing. *esa
1
Komentar