Kintamani Perlu Ikon Industri Kreatif yang Khas
Kawasan wisata Kintamani dipandang perlu memiliki ikon industri kreatif yang khas daerah setempat, selain ikon pendukung yang sudah dikenal yakni jeruk dan kopi.
BANGLI, NusaBali
Tujuannya untuk mempromosikan dan menjaga gairah pariwisata Kintamani, sehingga imbas pariwisata dirasakan secara lebih merata. Tugas Pemkab Bangli untuk mendorong dan merangsang industri kreatif yang khas tersebut.
Ketua Komisi II DPRD Bangli I Nengah Sugiman, menyampaikan hal tersebut, Senin (22/8). Dikatakannya, industri kreatif tersebut untuk memberi peluang memperoleh imbas pariwisata bagi mereka yang punya keterampilan bidang kerajinan industri atau industri kreatif. “Kami lihat itu yang belum ada,” ujar Sugiman, anggota dewan asal Desa Manikliyu, Kintamani.
Selain bagi warga yang punya keterampilan bidang kerajinan, ikon industri kreatif akan membantu warga yang relatif tidak memiliki lahan yang memadai atau tidak punya lahan olahan. “Kalau jeruk dan buah lainnya yang dapat imbas pariwisata, kan yang punya lahan,” kata Sugiman. Sedang yang tak punya lahan, belum tentu merasakan imbas pariwisata.
Menurut Sugiman, jika pemkab bisa merangsang warga menciptakan produk industri kreatif yang khas dan jadi ikon, tentu positif. Karena imbas pariwisata bisa dinikmati, secara lebih adil. “Sederhananya yang tak punya lahan pun bisa punya sumber pendapatan,” kata Sugiman. Dia menyebut beberapa contoh produk industri kreatif yang jadi ikon di suatu lokasi atau suatu daerah di Bali dan di luar Bali. “Karena Kintamani berhawa dingin, barangkali ada produk aksesoris seperti topi hangat atau syal khas Kintamani,” paparnya. Dia meminta SKPD terkait mencermati hal itu.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bangli I Nengah Sudibya tak berhasil diminta konfirmasinya. Namun Kadisbudpar Kabupaten Bangli I Wayan Adnyana membenarkan bahwa Kintamani perlu produk kreatif yang khas. “Memang kalau tak salah ada beberapa sudah, misalnya kaos bergambar geopark,” jelas Adnyana. Tetapi yang lebih spesifik menggambarkan Kintamani sebagai kawasan wisata pegunungan yang berhawa sejuk, kadang dingin berkabut, diakui belum ada. “Misalnya seperti selendang,” katanya. Terkait dengan usulan dewan tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan SKPD terkait. “Nanti kami akan koordinasi dengan Disperindag,” ujar Adnyana.
Untuk diketahui salah satu produk ikon kawasan wisata Kintamani adalah jeruk. Karena itu pula, patung buah jeruk dipajang di depan gerbang masuk kawasan Geopark Batur di Kintamani. * k17
Ketua Komisi II DPRD Bangli I Nengah Sugiman, menyampaikan hal tersebut, Senin (22/8). Dikatakannya, industri kreatif tersebut untuk memberi peluang memperoleh imbas pariwisata bagi mereka yang punya keterampilan bidang kerajinan industri atau industri kreatif. “Kami lihat itu yang belum ada,” ujar Sugiman, anggota dewan asal Desa Manikliyu, Kintamani.
Selain bagi warga yang punya keterampilan bidang kerajinan, ikon industri kreatif akan membantu warga yang relatif tidak memiliki lahan yang memadai atau tidak punya lahan olahan. “Kalau jeruk dan buah lainnya yang dapat imbas pariwisata, kan yang punya lahan,” kata Sugiman. Sedang yang tak punya lahan, belum tentu merasakan imbas pariwisata.
Menurut Sugiman, jika pemkab bisa merangsang warga menciptakan produk industri kreatif yang khas dan jadi ikon, tentu positif. Karena imbas pariwisata bisa dinikmati, secara lebih adil. “Sederhananya yang tak punya lahan pun bisa punya sumber pendapatan,” kata Sugiman. Dia menyebut beberapa contoh produk industri kreatif yang jadi ikon di suatu lokasi atau suatu daerah di Bali dan di luar Bali. “Karena Kintamani berhawa dingin, barangkali ada produk aksesoris seperti topi hangat atau syal khas Kintamani,” paparnya. Dia meminta SKPD terkait mencermati hal itu.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bangli I Nengah Sudibya tak berhasil diminta konfirmasinya. Namun Kadisbudpar Kabupaten Bangli I Wayan Adnyana membenarkan bahwa Kintamani perlu produk kreatif yang khas. “Memang kalau tak salah ada beberapa sudah, misalnya kaos bergambar geopark,” jelas Adnyana. Tetapi yang lebih spesifik menggambarkan Kintamani sebagai kawasan wisata pegunungan yang berhawa sejuk, kadang dingin berkabut, diakui belum ada. “Misalnya seperti selendang,” katanya. Terkait dengan usulan dewan tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan SKPD terkait. “Nanti kami akan koordinasi dengan Disperindag,” ujar Adnyana.
Untuk diketahui salah satu produk ikon kawasan wisata Kintamani adalah jeruk. Karena itu pula, patung buah jeruk dipajang di depan gerbang masuk kawasan Geopark Batur di Kintamani. * k17
1
Komentar