Si Suami Eks Pamangku Pura Pulaki
Jenazah Mangku Kadek Supartayasa, 48, yang ditemukan tewas mengenaskan bersama istrinya, Desak Gede Yuliartini, 36, di kamar mandi kosnya kawasan Jalan Tukad Badung XIV Nomor 8 Renon, Denpasar Selatan, telah dipulangkan dari RS Sanglah, Rabu (24/8).
Kematian Tragis Pasutri di Kos-kosan Kawasan Renon
SINGARAJA, NusaBali
Jenazah si suami dibawa ke rumah kakak sulungnya di kawasan Seririt, Buleleng, sementara jenazah istrinya dibawa keluarganya ke Gianyar. Terungkap, Mangku Kadek Supartayasa pernah ngayah jadi pamangku di Pura Agung Pulaki, tapi kemudian mengundurkan diri.
Jenazah Mangku Kadek Supartayasa, yang sejatinya berasal dari di Banjar Uma, Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng, tiba di rumnah duka kediaman kakak suulungnya di Jalan S Parman Seririt, Rabu sore pukul 16.30 Wita. Jenazah korban tewas gantung diri setelah lebih dulu diduga membunuh istrinya ini dijemput pihak keluarga dari Buleleng ke RS Sanglah.
Kematian Mangku Supartayasa masih menyisakan misteri terkait nama ‘Mangku’ yang disandangnhya. Seorang kerabat korban menyebutkan, Supartayasa sebelumnya sempat jadi pamangku Pura Agung Pulaki, Desa Pakraman Banyu Poh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Namun, sejak beberapa tahun silam, Supartayasa mundur dari status kepamangkuannya.
NusaBali yang sempat mendatangi rumah duka di Seririt, tadi malam, mendapatkan keterangan jika yang menjadi pamangku di Pura Agung Pulaki sekarang adalah adik bungsu korban, Jro Mangku Nyoman Suarta. Sedangkan keponakan korban, I Putu Sukadana, 44, yang ditemui NusaBali secara terpisah di depan Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Denasar, kemarin siang, mengatakan pamannya mundur sebagai pemangku setelah kawin dengan Desak Gede Yuliartini, 11 tahun silam. "Dulu paman saya ini memang seorang pamangku di Pura Pulaki dan ngobatin orang juga," ujar Sukadana sembari mengatakan dirinya tidak banyak tahu soal kehidupan pribadi sang paman.
"Paman saya dan istrinya pulang pas saat rahinan saja. Saat pulang, kelihatannya mereka biasa saja, santai merokok. Mereka juga sembahyang sama-sama mererod (beriringan), seperti tidak ada permasalahan apa-apa," tambah Sukadana.
Namun, lanjut Sukadana, belakangan diketahui pasutri Supartayasa dan Desa Yuliartini kurang harmonis dan berada di ambang perceraian. Istrinya terus mengajukan gugatan cerai, namun Supartayasa tetap bertahan tak ingin pisah. Pasangan Supartayasa-Yuliartini juga mengaku memiliki bisnis properti (perusahaan jual beli rumah) yang berkantor di Jalan Imam Bonjol Denpasar. "Tapi, saya kurang tahu persis. Sebab, kalau bertemu di kampung (Buleleng), mereka nggak pernah cerita apa-apa," tutur Sukadana.
SELANJUTNYA . . .
Komentar