Si Suami Eks Pamangku Pura Pulaki
Jenazah Mangku Kadek Supartayasa, 48, yang ditemukan tewas mengenaskan bersama istrinya, Desak Gede Yuliartini, 36, di kamar mandi kosnya kawasan Jalan Tukad Badung XIV Nomor 8 Renon, Denpasar Selatan, telah dipulangkan dari RS Sanglah, Rabu (24/8).
Sedangkan pihak keluarga di Seririt juga mengakui Supartayasa sejak lama tidak pernah berkomunikasi dengan kelurga besarnya di kampung. Bahkan, pihak keluarga mengaku tidak pernah tahu perceraian Supartayasa dengan istri pertama dan perkawinan keduanya dengan Desak Yuliartini. “Maaf ini karena ada perbedaan prinsip saja,” ujar kakak sulung Supartayasa, I Made Sumerta, saat ditemui di rumah duka tadi malam.
Made Sumerta mengaku bersaudara delapan orang. Korban Supartayasa merupakan anak keenam. Menurut Sumerta, sejak sama-sama punya keluarga, korban Supartayasa jarang pulang kampung. Ketika pulang pun, jarang berkomunikasi dengan pihak keluarga. Selama ini, pihak keluarga hanya tahu kalau Supartayasa tinggal di Bangli. Sedangkan pekerjaannya, tidak diketahui jelas. “Jarang kami bicara, kalau pulang ya pulang, pergi ya pergi begitu saja,” cerita Sumerta yang tadi malam didampingi adik bungsunya, Jro Mangku Nyoman Suarta.
Sumerrta mengisahkan, pihak keluarga mengetahui Supartayasa tewas ulahpati, setelah dihubungi Polsek Denpasar Selatan, Selasa (23/8) siang. Begitu menerima kabar, pihak keluarga langsung menuju lokasi kejadian di kos-kosan kawasan Renon dan RS Sanglah.
Menurut Sumerta, awalnya dia tidak percaya dengan kabar kematian adiknya. Sebab, dia pernah tertipu, menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kepolisian yang menyebut anaknya terjerat kasus narkoba. Padahal, anaknya tinggal bersama saudaranya di Denpasar. “Tapi, setelah diyakinkan, saya baru percaya. Sebenarnya tidak ada firasat apa pun dengan adik saya itu. Karena memang kami tidak pernah komunikasi.”
Karena tidak ada komunikasi yang cukup lama, lanjut Sumerta, pihak keluarga juga tidak pernah mengetahui perceraian Supartayasa dengan istri pertamanya yang telah memberinya tiga anak. Demikian juga perkawinan kedua adiknya dengan Desak Juliartini, tidak diketahui jelas. Istri pertama Supartayasa disebutkan berasal dari Jember, Jawa Timur.
“Kami juga tidak tahu ke mana rimbanya tiga anak dari adik saya itu. Kalau kami sebut cerai atau kawin lagi dengan istri kedua, kami tidak tahu. Memang istri dan anak tidak pernah diajak pulang. Kalau pulang, (Supartayasa, Red) memang mengajak wanita, tapi kami tidak tahu apakah itu istrinya atau tidak. Karena terus terang, kami di kampung tidak pernah membuat upacara perkawinan yang kedua untuk Supartayasa,” tandas Sumerta.
Pihak keluarga saat ini masih rembuk untuk menentukan dewasa ayu pemakaman jenazah Supartayasa. Pihak keluarga masih ada beberapa saudara dekat yang ditunggu untuk diajak rembuk. Awalnya direncanakan akan dilakukan upacara Makingsan ring Gni pada Anggara Paing Sungsang, Selasa (30/8), di Setra Desa Pakraman Patemon, Kecamatan Seririt.
Sementara itu, jenazah istri Mangku Supartayasa, yakni Desak Yuliartini, tidak ikut dibawa ke Seririt. Informasinya, jenazah Desak Yuliartini dibawa ke rumah keluarganya di kawasan Sukawati, Gianyar. Namun, hingga kemarin sore proses pemulangan jenazah Desak Yuliartini belum dilakukan. Tidak tampak pula satu pun anggota keluarganya datang ke Instalasi Forensik RS Sanglah. * k19,cr63
Made Sumerta mengaku bersaudara delapan orang. Korban Supartayasa merupakan anak keenam. Menurut Sumerta, sejak sama-sama punya keluarga, korban Supartayasa jarang pulang kampung. Ketika pulang pun, jarang berkomunikasi dengan pihak keluarga. Selama ini, pihak keluarga hanya tahu kalau Supartayasa tinggal di Bangli. Sedangkan pekerjaannya, tidak diketahui jelas. “Jarang kami bicara, kalau pulang ya pulang, pergi ya pergi begitu saja,” cerita Sumerta yang tadi malam didampingi adik bungsunya, Jro Mangku Nyoman Suarta.
Sumerrta mengisahkan, pihak keluarga mengetahui Supartayasa tewas ulahpati, setelah dihubungi Polsek Denpasar Selatan, Selasa (23/8) siang. Begitu menerima kabar, pihak keluarga langsung menuju lokasi kejadian di kos-kosan kawasan Renon dan RS Sanglah.
Menurut Sumerta, awalnya dia tidak percaya dengan kabar kematian adiknya. Sebab, dia pernah tertipu, menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kepolisian yang menyebut anaknya terjerat kasus narkoba. Padahal, anaknya tinggal bersama saudaranya di Denpasar. “Tapi, setelah diyakinkan, saya baru percaya. Sebenarnya tidak ada firasat apa pun dengan adik saya itu. Karena memang kami tidak pernah komunikasi.”
Karena tidak ada komunikasi yang cukup lama, lanjut Sumerta, pihak keluarga juga tidak pernah mengetahui perceraian Supartayasa dengan istri pertamanya yang telah memberinya tiga anak. Demikian juga perkawinan kedua adiknya dengan Desak Juliartini, tidak diketahui jelas. Istri pertama Supartayasa disebutkan berasal dari Jember, Jawa Timur.
“Kami juga tidak tahu ke mana rimbanya tiga anak dari adik saya itu. Kalau kami sebut cerai atau kawin lagi dengan istri kedua, kami tidak tahu. Memang istri dan anak tidak pernah diajak pulang. Kalau pulang, (Supartayasa, Red) memang mengajak wanita, tapi kami tidak tahu apakah itu istrinya atau tidak. Karena terus terang, kami di kampung tidak pernah membuat upacara perkawinan yang kedua untuk Supartayasa,” tandas Sumerta.
Pihak keluarga saat ini masih rembuk untuk menentukan dewasa ayu pemakaman jenazah Supartayasa. Pihak keluarga masih ada beberapa saudara dekat yang ditunggu untuk diajak rembuk. Awalnya direncanakan akan dilakukan upacara Makingsan ring Gni pada Anggara Paing Sungsang, Selasa (30/8), di Setra Desa Pakraman Patemon, Kecamatan Seririt.
Sementara itu, jenazah istri Mangku Supartayasa, yakni Desak Yuliartini, tidak ikut dibawa ke Seririt. Informasinya, jenazah Desak Yuliartini dibawa ke rumah keluarganya di kawasan Sukawati, Gianyar. Namun, hingga kemarin sore proses pemulangan jenazah Desak Yuliartini belum dilakukan. Tidak tampak pula satu pun anggota keluarganya datang ke Instalasi Forensik RS Sanglah. * k19,cr63
1
2
Komentar