Penyuluh Bahasa Bali Stop Sementara Konservasi Lontar
GIANYAR, NusaBali
Penyuluh Bahasa Bali (PBB) stop sementara aktivitas konservasi lontar.
Penundaan konservasi dilakukan selama masih berkembangnya wabah Covid-19. Kini, 68 PBB Kabupaten Gianyar hanya bekerja dari rumahnya masing-masing.
PBB yang dikenal dengan petugas penyelamat lontar itu harus menunda kegiatannya bertemu dengan masyarakat maupun siswa. Saat ini mereka memilih bekerja dari rumah untuk menyalin lontar maupun memberikan peserta didiknya tugas melalui jejaring whatsapp.
Koordinator PBB Kabupaten Gianyar Ida Bagus Oka Manobhawa, seizin Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali I Wayan Suarmaja, menjelaskan tugasnya memang kebanyakan di lapangan. Sehingga saat ini terkendala akibat wabah Covid -19 tersebut. “Jadi selama masa seperti ini penyuluh melakukan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dari rumah. Misalnya, melakukan penerjemahan lontar, alih aksara lontar, awig-awig yang bisa dilakukan di rumah,” jelasnya Jumat (3/4).
Jelas dia, untuk melakukan penyuluhan pada kelompok belajar bagi daerah-daerah yang memungkinkan, dimanfaatkan dengan belajar secara online. “Jika ada kelompok belajar yang memadai dilakukan dengan memanfaatkan kelompok belajar online menggunakan beberapa aplikasi. Seperti google classroom, google form, dan kuis,” imbuhnya.
Wayan Suarmaja menambahkan terkait materi kuis, dia mengaku tidak memaksakan untuk peserta atau kelompok belajar di masing-masing desa. Hal itu dilakukan karena mereka (kelompok belajar,Red) sudah dibebani dengan tugas-tugas dari sekolah. Mengingat peserta kelompok belajar PBB kebanyakan siswa yang duduk di SD dan SMP.
“Sedangkan untuk pembinaan yang lain banyak penyuluh memanfaatkan media sosial dengan mengupload baik video dan gambar serta permainan logika menggunakan aksara Bali. Tujuannya tiada lain untuk penyuluhan melalui media sosial,” terang pria asal Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar tersebut.
Dia mengaku hal itu memang tidak bisa efektif karena tugas PBB adalah di lapangan. Namun dengan kondisi saat ini, pihaknya tetap berusaha memberikan penyuluhan baik lewat media sosial. “Di Gianyar terdapat 68 PBB bertugas di masing-masing kecamatan dan desa. Sehingga kekurangannya dengan belajar online ini tidak semua peserta bisa dijangkau tarutama yang di pelosok keterbatasan sarana dan jaringan,” imbuhnya.
Meski demikian, Suarmaja mengaku kelebihannya penyuluh lebih bisa kreatif membuat konten, dan belajar memanfaatkan perkembangan teknologi. Selain itu, disampaikan sebagai tanda bahwa bahasa, aksara dan sastra Bali mengikuti perkembangan zaman.*nvi
PBB yang dikenal dengan petugas penyelamat lontar itu harus menunda kegiatannya bertemu dengan masyarakat maupun siswa. Saat ini mereka memilih bekerja dari rumah untuk menyalin lontar maupun memberikan peserta didiknya tugas melalui jejaring whatsapp.
Koordinator PBB Kabupaten Gianyar Ida Bagus Oka Manobhawa, seizin Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali I Wayan Suarmaja, menjelaskan tugasnya memang kebanyakan di lapangan. Sehingga saat ini terkendala akibat wabah Covid -19 tersebut. “Jadi selama masa seperti ini penyuluh melakukan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dari rumah. Misalnya, melakukan penerjemahan lontar, alih aksara lontar, awig-awig yang bisa dilakukan di rumah,” jelasnya Jumat (3/4).
Jelas dia, untuk melakukan penyuluhan pada kelompok belajar bagi daerah-daerah yang memungkinkan, dimanfaatkan dengan belajar secara online. “Jika ada kelompok belajar yang memadai dilakukan dengan memanfaatkan kelompok belajar online menggunakan beberapa aplikasi. Seperti google classroom, google form, dan kuis,” imbuhnya.
Wayan Suarmaja menambahkan terkait materi kuis, dia mengaku tidak memaksakan untuk peserta atau kelompok belajar di masing-masing desa. Hal itu dilakukan karena mereka (kelompok belajar,Red) sudah dibebani dengan tugas-tugas dari sekolah. Mengingat peserta kelompok belajar PBB kebanyakan siswa yang duduk di SD dan SMP.
“Sedangkan untuk pembinaan yang lain banyak penyuluh memanfaatkan media sosial dengan mengupload baik video dan gambar serta permainan logika menggunakan aksara Bali. Tujuannya tiada lain untuk penyuluhan melalui media sosial,” terang pria asal Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar tersebut.
Dia mengaku hal itu memang tidak bisa efektif karena tugas PBB adalah di lapangan. Namun dengan kondisi saat ini, pihaknya tetap berusaha memberikan penyuluhan baik lewat media sosial. “Di Gianyar terdapat 68 PBB bertugas di masing-masing kecamatan dan desa. Sehingga kekurangannya dengan belajar online ini tidak semua peserta bisa dijangkau tarutama yang di pelosok keterbatasan sarana dan jaringan,” imbuhnya.
Meski demikian, Suarmaja mengaku kelebihannya penyuluh lebih bisa kreatif membuat konten, dan belajar memanfaatkan perkembangan teknologi. Selain itu, disampaikan sebagai tanda bahwa bahasa, aksara dan sastra Bali mengikuti perkembangan zaman.*nvi
1
Komentar