Peternak Ayam Diminta Batasi Pemasukan DOC
DENPASAR, NusaBali
Peternak ayam diminta menunda sementara pemasukan atau pengisian day old chicken (DOC).
Dengan penundaan tersebut, pasaran ayam hidup diharapkan bias normal kembali, sehingga kerugian peternak bisa ditekan. Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali I Ketut Gede Nata Kesuma mengakui wabah Covid -19 menyebabkan bisnis ayam (hidup) tidak normal. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga ayam hidup anjlok, sehingga mengakibatkan kerugian peternak. “Mengapa harga merosot? Karena saat ini terjadi over produksi,” jelas Nata Kesuma.
Kelebihan produksi, disebabkan serapan pasar yang tidak normal yakni jeblok buntut dari Covid-19. “Industri horeka (hotel, restoran dan katering) banyak tutup, tidak beroperasi,” ujarnya.
Tutupnya industri horeka menjadikan permintaan daging ayam menurun drastis. “Kalau hotel tutup, tentu kebutuhan logistik berkurang. Termasuk daging. Rapat-rapat juga tidak ada demi social distancing, jasa katering juga tak ambil daging tentunya,” ”urai Nata Kesuma yang juga pakar ternak sapi ini.
Tambahnya, termasuk kebutuhan ayam untuk kegiatan lain, mulai resepsi, kegiatan agama dan adat, sampai dengan konsumsi masyarakat menurun. “Karenanya harga ayam jadi merosot, akibat suplay and demand tidak berimbang.”
Belum lagi faktor lain, yakni disparitas daging ayam di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) yang lebih rendah dari harga daging ayam di Bali. Akibatnya, ungkap Nata Kesuma, pasokan dari Jateng dan Jatim merembes ke Bali, sehinggga menekan harga ayam hidup di Bali.
Untuk itulah tandas Nata Kesuma, peternak penundaan pengisian DOC adalah cara untuk memperbaiki pasar ayam hidup di Bali. “Sehingga harga ayam hidup meningkat kembali,” jelasnya.
Sedangkan soal harapan peternak agar jam buka pasar diperlonggar untuk membantu meningkatkan serapan daging ayam, Nata Kesuma mengelak menanggapi. “Soal pelonggaran jam buka pasar, itu bukan kewenangan kami,” ucapnya.
Sementara sidak, untuk mengawasi pasokan daging ayam dari luar daerah di Pelabuhan Gilimanuk, tegas Nata Kesuma tidak mungkin dilakukan dalam suasana penanggulangan Covid-19. Hal tersebut untuk menghindari kerumunan, sebagaimana penegasan pemerintah, dalam perang melawan virus Corona.
Nata Kesuma hanya menambahkan, kebutuhan DOC di Bali dalam kondisi normal sebanyak 6 juta ekor setiap bulan. Jumlah tersebut diakui cukup banyak, karena Bali memang salah satu sentra produksi ayam pedaging. Produksi daging ayam Bali, tidak hanya untuk memasok industri horeka, konsumsi umum. Tetapi juga untuk pasokan daging keluar daerah, ke Jawa Timur dan NTB.
Sebagaimana diberitakan, kondisi peternak ayam (pedaging/broiler) di Bali sekarat, karena anjloknya serapan ayam hidup sampai 60 persen. Karena itulah Perhimpunan Insan Perungasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Bali, berharap kebijakan pembatasan jam buka pasar tradisional diperlonggar. Dikatakan Ketua Pinsar Bali I Ketut Yahya Kurniadi, pelonggaran jam buka pasar tidak saja mengurangi kerumunan, tetapi juga memberi waktu lebih kepada masyarakat, sehingga lebih tenang dalam mendapatkan barang kebutuhan pokok. Termasuk mendapatkan daging ayam sebagai salah satu sumber protein. Sekaligus dapat membantu meningkatkan serapan ayam hidup.
Yahya Kurniadi, juga berharap ada koordinasi dan monitoring di Pelabuhan Gilimanuk, untuk mengawasi/sidak daging ayam dari luar daerah yang masuk ke Bali. *k17
1
Komentar