Sinta Darmariani Godok Bibit Lifter Potensial Bali
JAKARTA, NusaBali
Setelah tidak lolos ke PON 2020 di Papua, lifter atau atlet angkat besi kebanggaan Bali Ni Luh Sinta Darmariani pensiun.
Kini dia fokus melatih bibit-bibit lifter potensial di Sentra Bali, bersama Komang Kardewi dan manager Joko Hanggono. Ada delapan lifter yang mereka latih. "Sentra Bali terbentuk sejak Januari 2020. Kami berlatih di GOR Lila Bhuana, Denpasar," ujar Sinta, Rabu (8/4).
Selain Sentra Bali, ada pula sentra lainnya seperti Aceh, Kalimantan Timur, Bengkulu dan Sumatera Utara. Kemudian Sub Sentra Jogja dan Padang.
Sinta mengatakan, Sentra dan Sub Sentra merupakan program dari PB PABBSI untuk mempopulerkan angkat besi di daerah. Plus mencari bibit atlet untuk generasi selanjutnya. Sentra-sentra pun, mendapat peralatan untuk berlatih.
Peralatan tersebut merupakan perlengkapan dari Asian Games 2018 yang tidak terpakai lagi. Sentra Bali memperoleh mini platform, enam stik, tiga set barbel, tempat magnesium dan dua tempat massage. Peralatan itu, kata Sinta, harganya mencapai Rp 1 milliar lebih.
Kondisinya masih bagus, sehingga dia sangat bersyukur mendapat peralatan tersebut mengingat harganya yang mahal. Sinta melatih dua orang atlet putri dan enam atlet putra. Diantara delapan atlet tersebut, empat diantaranya dilatih Sinta selama dua tahun.
Namun ketika itu, latihan belum di Sentra Bali. Adanya Sentra Bali membuat mereka semakin semangat berlatih, karena lokasi latihan bagus serta dilengkapi peralatan canggih. Sinta mengatakan, sebenarnya setelah meraih medali emas kelas 63 kg di PON Jawa Barat 2016 lalu dia sudah mulai melatih.
Tapi saat ada Pra PON pada Agustus 2019, dia dipercaya membela Bali. Sayang dirinya tidak lolos ke PON Papua, karena hanya peringkat lima besar saja yang dapat berlaga di PON 2020 Papua. Bali pun hanya meloloskan satu atlet angkat besi Ketut Ariana yang merupakan peraih emas kelas 77 kg SEA Games 2017 di Malaysia.
Darisana Sinta mulai mengikuti pelatihan-pelatihan untuk pelatih. Selanjutnya peraih medali perak di kelas 69 kg pada Asian Games Ghuangzou, Cina 2010 ini dipercaya PB PABBSI memegang Sentra Bali. Sentra Bali, lanjut Sinta, tidak hanya diperuntukan bagi bibit atlet angkat besi di Pulau Dewata.
Melainkan bibit atlet angkat besi dari daerah terdekat yakni dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, kata atlet kelahiran Denpasar, 22 Desember 1986 ini masih diisi delapan atlet dari Bali. Untuk mendapatkan bibit-bibit itu, Sinta mengaku, kesulitan.
Lantaran banyak anak-anak tidak berminat menjadi atlet angkat besi dengan alasan takut pendek, karena mengangkat beban berat. Sebagai atlet yang telah mengenyam pertandingan tingkat internasional, Sinta meyakinkan kalau penilaian itu salah. Justru menjadi atlet angkat besi hebat dan membanggakan.
Terlebih jika mampu mengangkat beban. Kemudian menggunakan kaos bertuliskan Bali serta Indonesia. Sinta pun memperlihatkan video atlet-atlet Indonesia meraih prestasi di Olimpiade, Asian Games, SEA Games dan kejuaraan lainnya.
Usaha Sinta berhasil, mereka mau berlatih angkat besi. Rata-rata usia mereka dibawah 15 tahun. Mereka adalah tetangga-tetangga Sinta, tetangga Kardewi dan anak Kardewi. Mereka tertarik bergabung, karena berharap besar bisa menjadi juara seperti atlet Indonesia lainnya. *k22
Selain Sentra Bali, ada pula sentra lainnya seperti Aceh, Kalimantan Timur, Bengkulu dan Sumatera Utara. Kemudian Sub Sentra Jogja dan Padang.
Sinta mengatakan, Sentra dan Sub Sentra merupakan program dari PB PABBSI untuk mempopulerkan angkat besi di daerah. Plus mencari bibit atlet untuk generasi selanjutnya. Sentra-sentra pun, mendapat peralatan untuk berlatih.
Peralatan tersebut merupakan perlengkapan dari Asian Games 2018 yang tidak terpakai lagi. Sentra Bali memperoleh mini platform, enam stik, tiga set barbel, tempat magnesium dan dua tempat massage. Peralatan itu, kata Sinta, harganya mencapai Rp 1 milliar lebih.
Kondisinya masih bagus, sehingga dia sangat bersyukur mendapat peralatan tersebut mengingat harganya yang mahal. Sinta melatih dua orang atlet putri dan enam atlet putra. Diantara delapan atlet tersebut, empat diantaranya dilatih Sinta selama dua tahun.
Namun ketika itu, latihan belum di Sentra Bali. Adanya Sentra Bali membuat mereka semakin semangat berlatih, karena lokasi latihan bagus serta dilengkapi peralatan canggih. Sinta mengatakan, sebenarnya setelah meraih medali emas kelas 63 kg di PON Jawa Barat 2016 lalu dia sudah mulai melatih.
Tapi saat ada Pra PON pada Agustus 2019, dia dipercaya membela Bali. Sayang dirinya tidak lolos ke PON Papua, karena hanya peringkat lima besar saja yang dapat berlaga di PON 2020 Papua. Bali pun hanya meloloskan satu atlet angkat besi Ketut Ariana yang merupakan peraih emas kelas 77 kg SEA Games 2017 di Malaysia.
Darisana Sinta mulai mengikuti pelatihan-pelatihan untuk pelatih. Selanjutnya peraih medali perak di kelas 69 kg pada Asian Games Ghuangzou, Cina 2010 ini dipercaya PB PABBSI memegang Sentra Bali. Sentra Bali, lanjut Sinta, tidak hanya diperuntukan bagi bibit atlet angkat besi di Pulau Dewata.
Melainkan bibit atlet angkat besi dari daerah terdekat yakni dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, kata atlet kelahiran Denpasar, 22 Desember 1986 ini masih diisi delapan atlet dari Bali. Untuk mendapatkan bibit-bibit itu, Sinta mengaku, kesulitan.
Lantaran banyak anak-anak tidak berminat menjadi atlet angkat besi dengan alasan takut pendek, karena mengangkat beban berat. Sebagai atlet yang telah mengenyam pertandingan tingkat internasional, Sinta meyakinkan kalau penilaian itu salah. Justru menjadi atlet angkat besi hebat dan membanggakan.
Terlebih jika mampu mengangkat beban. Kemudian menggunakan kaos bertuliskan Bali serta Indonesia. Sinta pun memperlihatkan video atlet-atlet Indonesia meraih prestasi di Olimpiade, Asian Games, SEA Games dan kejuaraan lainnya.
Usaha Sinta berhasil, mereka mau berlatih angkat besi. Rata-rata usia mereka dibawah 15 tahun. Mereka adalah tetangga-tetangga Sinta, tetangga Kardewi dan anak Kardewi. Mereka tertarik bergabung, karena berharap besar bisa menjadi juara seperti atlet Indonesia lainnya. *k22
Komentar