Mengubah Pikiran
Sering orang berbicara tentang berubah pikiran. Artinya, pada suatu masa, pola pikirnya tertuju ke suatu arah. Namun, beberapa saat kemudian, pikirannya berubah. Misalnya, ini terjadi ketika RTRW Bali sudah di-Perda-kan.
Ada pihak yang tidak setuju dengan RTRW tersebut dan ingin diubah. Menurut Gardner (2003), pikiran sulit untuk diubah. Akan tetapi, banyak aspek kehidupan pakraman di Bali yang berubah-ubah. Sesungguhnya, apa yang terjadi ketika pola pikir berubah?
Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya
Krama Bali, elite maupun rakyat kecil, sering berubah pikiran. Alasannya, antara lain, untuk meyakinkan krama lain dalam melakukan tugas dengan cara baru. Atau, untuk menghilangkan salah sangka. Akibatnya, beberapa krama berusaha mengubah pikiran orang lain dengan dalih apa pun. Dan, biasanya, yang paling getol berubah justru elite-nya. Mereka itu umumnya pemimpin.
Pemimpin menurut definisi adalah orang yang sering mengubah pikiran. Apakah mereka itu pemimpin bangsa, perusahaan, atau institusi nirlaba. Perubahan pikiran merupakan sebuah teka-teki yang menakjubkan. Kotak-kotak isian yang umumnya sederhana berubah menjadi sesuatu yang hampir tak terjawab oleh akal sehat. Ini terjadi terhadap bhisama. Bhisama yang sudah jelas dan sangat inti, inginnya diubah atau difleksibelkan. Apakah melenturkan bhisama merupakan tindakan yang benar (epistemologically right)? Apakah perubahan pikiran tersebut merupakan sesuatu yang berarti?
Sadar atau tidak sadar, pikiran manusia berubah-ubah. Setiapkali terjaga dari tidur, dan bahkan ketika sudah pikun, pikiran selalu berubah-ubah. Namun, perubahan demikian sifatnya sepele, tidak mengandung makna apa pun. Analog dengan perumpamaan ini, maka perubahan pada RTRW Bali diharapkan tidak bersifat sepele. Inti perlindungan terhadap Gumi Bali adalah memelihara ruang, waktu, dan patrum pikiran orang Bali dari penjarahan dan kerusakan.
Krama Bali harus belajar dari mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Tatcher. Ia mengubah arah negara Inggris di tahun 1980-an menuju kesejahteraan sosial. John Browne, sekarang Lord Browne, mengubah cara kerja perusahaan minyak raksasa Inggris BP tahun 1990-an. Ahli biologi, Charles Darwin, yang menstransformasikan cara berpikir para ilmuan dan masyarakat awam tentang asal-usul manusia. Witthaker Chambers yang mengubah ranah politik di Amerika Serikat di awal tahun 1950-an. Dan, masih banyak lagi contoh perubahan pikiran yang berarti. Belajar dari semuanya itu, maka perubahan RTRW Bali akan meniru siapa? Dan, mau dibawa ke mana?
Mungkin belum terpikirkan oleh krama Bali, agen-agen perubahan yang mengha-silkan perubahan berarti. Howard Gardner mengidentifikasi tujuh faktor. Ketujuh faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tapi bekerja secara bersama-sama untuk menghasilkan perubahan bermakna.
Ketujuh faktor tersebut meliputi (1) ketegasan pengambilan keputusan, (2) cara yang imajinatif untuk mendudukan seseorang atau sesuatu, (3) memikirkan apa yang terjadi lima atau limabelas tahun ke depan, (4) peralihan dalam cita rasa dan cara pandang, (5) penemuan kesadaran baru, (6) karakterisasi jenis-jenis perubahan yang diperlukan, dan (7) penetapan sebuah kesadaran tentang kebermaknaan. Setiap tahapan perubahan terjalin dalam satu kesatuan dan keberagaman yang sebenarnya. Semua corak aliran pikiran tetap bersatu.
Mengubah RTRW Bali hendaknya dilakukan tidak dengan ketergesaan. Perubahan yang berarti merupakan produk berpikir yang tidak mendadak. Bahkan mungkin, perubahan tersebut memerlukan waktu yang lebih lama, seperti peralihan selera seseorang. Nicholson Baker (1982) berpandangan bahwa perubahan secara dramatis dan tak sadar seringkali menyembunyikan proses yang tidak terdeteksi. Oleh karenanya, perlu diwaspadai orang-orang yang menginginkan atau yang tidak menginginkan perubahan RTRW tersebut. Karena di balik semua upaya tersebut, mungkin terselip suatu agenda yang tidak terdeteksi. Kalaupun RTRW Bali ditetapkan dan diimplementasikan seperti keadaannya sekarang belum pasti akan dapat memelihara keutuhan Gumi Bali.
Dan, walaupun RTRW itu diubah dengan cara kerja baru, belum pasti akan dapat dimanfaat-gunakan untuk memelihara keutuhan ruang, waktu, dan patrum Gumi Bali yang sebenarnya! Semoga kearifan berpikir yang dilandasi oleh tujuh tahapan berpikir Howard Gardner dapat memberikan pencerahan yang sejati. Semoga!
Komentar