Anggaran Paskibra Diduga Disunat
Paskibra berlatih sebanyak 21 kali, namun pada absen ditulis sebanyak 9 kali.
TABANAN, NusaBali
Ketua DPRD Tabanan I Ketut ’Boping’ Suryadi mencurigai dana untuk Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Tabanan tahun 2016 disunat. Pasalnya ada perbedaan antara data Bappeda dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Tabanan. Bappeda menyebut dana untuk Paskibra sebesar Rp 537 juta, sementara Disdikpora Rp 450 juta.
Boping pun meminta Kepala Disdikpora Tabanan, Putu Santika untuk menjelaskan rincian dana Paskibra. Selain itu, Boping juga mempertanyakan absensi latihan yang mestinya 21 kali namun terisi 9 kali. Mantan Ketua DPC PDIP Tabanan periode 2010-2015 itu mengaku menunggu penjelasan dari Kadisdik terkait anggaran yang beda dengan Bappeda dan absensi yang hanya 9 kali. “Jika tidak ada respon, akan ada pemanggilan khusus,” ancam Boping di DPRD Tabanan, Kamis (26/8).
Terpisah, Kadisdikpora Tabanan, Putu Santika membantah dugaan penyunatan dana Paskibra tahun 2016. Ditegaskan, dana Paskibra Tabanan sebesar Rp 450 juta belum potong pajak. “Anggaran Paskibra tahun 2016 Rp 450 juta. Saya akan tunjukkan perinciannya,” tegas Santika. Ia menjadwalkan temui Ketua DPRD Tabanan pada Senin (29/8) nanti.
Terkait absensi, Santika mengakui latihan sebanyak 21 kali, tapi yang dihitung 9 orang per jam. “Itu sudah satu paket dalam rencana anggaran kerja,” tegasnya. Ia pun menjelaskan, dari 608 orang per jam (OJ) tersebut dibagi 67 sesuai dengan anggota paskibra. Sehingga menjadi 9 orang per jam. “Satu OJ mendapatkan honor Rp 50.000 per orang. Itu sudah dana paket. kiys tidak berani memangkasnya,” tegas pejabat asal Banjar Tanah Pegat, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan ini.
Pada tahun 2011, ada kejadian memilukan yang dialami Paskibra Tabanan. Jelang melaksanakan tugas, mereka mengalami kendala. Pasalnya, sepatu yang mereka terima kebanyakan rusak. Atas kondisi itu, anggota Paskibra Tabanan terpaksa mengeluarkan saku sendiri untuk mengelem dan bawa ke tukang sol agar sepatu yang mereka terima layak pakai.
“Kualitas sepatunya kurang bagus. Saya upayakan membawa ke tukang sol untuk meyakinkan kekuatan sepatunya,” terang salah seorang orangtua anggota Paskibra Tabanan, Senin (15/8). Selain urusan sepatu rusak, anggota Paskibra Tabanan juga merasa tak nyaman dengan seragam yang diterima. Pasalnya, pakaian utama yang akan dipakai melaksanakan tugas saat detik-detik Proklamasi dinilai basi. “Seragam sudah dua kali kita pakai untuk kegiatan pengukuhan dan gladi. Kesannya agak basi kalau dipakai untuk 17-an besok, karena sudah lebih dari dua kali dipakai,” imbuh anggota lainnya. * cr61
Boping pun meminta Kepala Disdikpora Tabanan, Putu Santika untuk menjelaskan rincian dana Paskibra. Selain itu, Boping juga mempertanyakan absensi latihan yang mestinya 21 kali namun terisi 9 kali. Mantan Ketua DPC PDIP Tabanan periode 2010-2015 itu mengaku menunggu penjelasan dari Kadisdik terkait anggaran yang beda dengan Bappeda dan absensi yang hanya 9 kali. “Jika tidak ada respon, akan ada pemanggilan khusus,” ancam Boping di DPRD Tabanan, Kamis (26/8).
Terpisah, Kadisdikpora Tabanan, Putu Santika membantah dugaan penyunatan dana Paskibra tahun 2016. Ditegaskan, dana Paskibra Tabanan sebesar Rp 450 juta belum potong pajak. “Anggaran Paskibra tahun 2016 Rp 450 juta. Saya akan tunjukkan perinciannya,” tegas Santika. Ia menjadwalkan temui Ketua DPRD Tabanan pada Senin (29/8) nanti.
Terkait absensi, Santika mengakui latihan sebanyak 21 kali, tapi yang dihitung 9 orang per jam. “Itu sudah satu paket dalam rencana anggaran kerja,” tegasnya. Ia pun menjelaskan, dari 608 orang per jam (OJ) tersebut dibagi 67 sesuai dengan anggota paskibra. Sehingga menjadi 9 orang per jam. “Satu OJ mendapatkan honor Rp 50.000 per orang. Itu sudah dana paket. kiys tidak berani memangkasnya,” tegas pejabat asal Banjar Tanah Pegat, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan ini.
Pada tahun 2011, ada kejadian memilukan yang dialami Paskibra Tabanan. Jelang melaksanakan tugas, mereka mengalami kendala. Pasalnya, sepatu yang mereka terima kebanyakan rusak. Atas kondisi itu, anggota Paskibra Tabanan terpaksa mengeluarkan saku sendiri untuk mengelem dan bawa ke tukang sol agar sepatu yang mereka terima layak pakai.
“Kualitas sepatunya kurang bagus. Saya upayakan membawa ke tukang sol untuk meyakinkan kekuatan sepatunya,” terang salah seorang orangtua anggota Paskibra Tabanan, Senin (15/8). Selain urusan sepatu rusak, anggota Paskibra Tabanan juga merasa tak nyaman dengan seragam yang diterima. Pasalnya, pakaian utama yang akan dipakai melaksanakan tugas saat detik-detik Proklamasi dinilai basi. “Seragam sudah dua kali kita pakai untuk kegiatan pengukuhan dan gladi. Kesannya agak basi kalau dipakai untuk 17-an besok, karena sudah lebih dari dua kali dipakai,” imbuh anggota lainnya. * cr61
Komentar